AIR adalah unsur alami semua bagian suatu pohon yang hidup. Dalam bagian
xilem, air (lengas) umumnya berjumlah lebih dari separuh berat total; artinya,
berat air dalam kayu segar umumnya sama atau lebih besar daripada berat bahan
kayu kering. Sejumlah air akan segera hilang apabila pohon mati atau suatu kayu
glondongan diolah menjadi kayu gergajian, finir atau serpih kayu. Keadaan yang
demikian bila berlangsung cukup lama, akan mempengaruhi dimensi dan sifat sifat
kayu tsb
Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari
kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar air tertentu, kering udara dan
kering tanur. Kayu pada kondisi basah paling rawan terhadap serangan organisme
perusak misalnya serangga dan jamur. Kondisi kadar air tertentu (di bawah titik
jenuh serat) kayu rawan terhadap efek penyusutan yang tidak terkendali,
sedangkan kayu kering udara (disebut juga kering angin, seimbang, siap pakai
atau stabil) sangat penting untuk diterapkan di dalam penggunaan kayu sebagai
bahan baku produk tertentu. Kadar air kayu siap pakai di Indonesia untuk
penggunaan kayu (produk kayu) di dalam ruangan sebaiknya kurang dari 15% dan di
luar ruangan bisa sampai 18%, sedangkan di dalam ruangan (AC, pemanas/heater)
harus lebih rendah lagi. Apabila kayu atau produk kayu digunakan di daerah sub
tropis (Jepang, Eropa, Amerika), kadar air di dalam ruangan berkisar 6 – 10%
dan di luar ruangan di atas 18%. Di dalam ruangan ber AC atau pemanas/heater
kadar air kayu/produk kayu harus di bawah 10%.
Kayu mengalami kondisi kritis untuk stabilitas dimensinya adalah pada kisaran 25-30%, yang biasa disebut titik jenuh serat (TJS). Yaitu, titik dimana keadaan semua air cair di dalam rongga sel telah dikeluarkan tetapi dinding sel masih jenuh. Kenapa sih disebut titik jenuh? Kkarena pada keadaan ini kayu dapat terganggu oleh perubahan‑perubahan dalam besarnya fluktuasi kandungan air. Banyaknya air yang terdapat di dalam kayu apabila digunakan di dalam kondisi lingkungan yang tidak berhubungan langsung dengan air akan selalu lebih rendah daripada TJS.
Kayu mengalami kondisi kritis untuk stabilitas dimensinya adalah pada kisaran 25-30%, yang biasa disebut titik jenuh serat (TJS). Yaitu, titik dimana keadaan semua air cair di dalam rongga sel telah dikeluarkan tetapi dinding sel masih jenuh. Kenapa sih disebut titik jenuh? Kkarena pada keadaan ini kayu dapat terganggu oleh perubahan‑perubahan dalam besarnya fluktuasi kandungan air. Banyaknya air yang terdapat di dalam kayu apabila digunakan di dalam kondisi lingkungan yang tidak berhubungan langsung dengan air akan selalu lebih rendah daripada TJS.
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang
terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persenterhadap berat kering tanurnya.
Dengan demikian standar kekeringan kayu adalah pada saat kering tanur (Brown et
al, 1952).
Air dalam kayu tediri dari air bebas dan air
terikat dimana keduaanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Dalam
satu pohon kadar air segar bervariasi tergantung tempat tumbuh dan umur pohon
(Haygreen dan Bowyer, 1993).
Kayu akan bertambah kuat apabila terjadi penurunan
kadar air, terutama bila terjadi dibawah titik jenuh serat (Kollmann dan Cote,
1968).
Kekuatan kayu sebagai balok (lenturan) dan
sebagai kolom (tekan sejajar serat) akan bertambah besar bila kondisi kayu
tersebut bertambah kering, kecuali keuletannya (Wangaard, 1950).
Higroskopik
Kayu
mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau
kelembapan. Kelembapan kayu sangat dipengaruhi oleh kelembapan dan suhu udara
pada suatu saat. Makin lembab udara di sekitarnya akan makin tinggi pula kelembapan kayu sampai
tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air pada kayu semacam ini
dinamakan kandungan air kesetimbangan ( EMC
= Equilibrium Moisture Content). Dengan masuknya air ke dalam kayu
menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu akan mengemgbang atau
menyusut.
Kadar
air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau produk kayu
biasanya dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%) terhadap berat kayu
bebas air atau berat kering tanur (BKT), namun dapat juga dipakai satuan
terhadap berat basahnya. Berat kering tanur dijadikan sebagai dasar karena
berat kering tanur merupakan indikasi dari jumlah substansi/bahan solid yang
ada (Panshin dan de Zeeuw, 1980). Rumus yang digunakan untuk mencari besarnya
kadar air adalah sebagai berikut :
%KA= (berat dengan air / BKT) x
100
|
Karena
penyebutnya adalah berat kering bukan berat total, kadar air yang dihitung
dengan cara ini dapat melebihi 100%. Salah satu cara yang paling lazim untuk
menentukan kadar air adalah dengan menimbang contoh uji basah dan
mengeringkannya dalam tanur pada 103 ± 2oC untuk mengeluarkan semua air,
kemudian menimbangnya kembali. Rincian metode kering tanur ini diterangkan di
dalam standar ASTM (American Society for Testing and Materials) D 2016. Apabila
menggunakan metode kering tanur, kadar air dapat dihitung sebagai berikut
%KA={(berat dengan air – BKT)/BKT}x100
|
Suatu contoh
mungkin dapat menolong menggambarkan bagaimana kandungan air dihitung. Suatu
balok meranti merah (Shorea leprosula) segar mempunyai berat total 970 g.
Setelah dikering tanurkan beratnya menjadi 390 g. Berapa kandungan airnya ?
%KA={(970-390)/390}x100
= 149%
|
Perlu
diingat bahwa apabila menghitung kandungan air, banyaknya air dinyatakan
sebagai suatu persen berat kayu kering tanur. Metode penghitungan kandungan air
ini adalah standar yang diterima untuk semua kayu gergajian, kayulapis, papan
partikel, dan produk produk papan serat di Amerika Serikat dan di sebagian
besar dunia. Tetapi dalam industri pulp dan kertas serta untuk kayu yang
digunakan sebagai bahan bakar banyaknya air sering dinyatakan sebagai persen
berat total yaitu berat kayu ditambah airnya. Dalam praktek hasil hasil hutan
secara umum, apabila dasar untuk menghitung kandungan air tidak
diberikan/dinyatakan maka dapat dianggap atas dasar berat kering tanur. Apabila
dasar berat basah digunakan, harus ditunjukkan sebagai kandungan air (atas
dasar berat basah).
Persamaan
dasar untuk kandungan air dapat diubah ke bentuk bentuk yang mudah untuk
digunakan di dalam situasi-¬situasi yang lain. Misalnya, memecahkan persamaan
untuk berat kering tanur apabila berat basah diketahui yaitu menggunakan rumus
:
BKT=berat
basah / {1+(%KA/100)}
|
Jika
air berhubungan dengan kayu baik kayu hidup maupun kayu dalam pemakaian, maka
sesudah dinding sel jenuh dengan air akhirnya rongga sel akan terisi air
bebas. Kadar air maksimum akan tercapai apabila semua rongga dalam dinding
sel telah jenuh air dan rongga sel penuh dengan air.
Keadaan
air yang terdapat di dalam kayu terdiri atas dua macam yaitu air bebas dan air
terikat.
1. Air
bebas
Air
bebas yaitu air yang terdapat dalam rong-ronga sel. Air bebas ini paling mudan
dan paling lebih dulu keluar. Air bebas umumnya tidak di pengaruhi sifat an
bentuk kayu kecuali berat kayu
2. Air
terikat
Air terikat yaitu air yang berad apada
dinding-dinding sel kayu, sehingga sangat sulit untuk di lepaskan. Zat cair
pada dinding-dinding sel inilah yang berpengaruh kepada sifat-sifat kayu
(penyusutan). Jika air bebas telah keluar dan masih tertinggal air terikat,
dikatakan air telah sampai titik jenuh (fiber
saturation point). Tingkat titik jenuh serat untuk semua jenis kayu tidak
sama.karena adanya variasi susunan kimiawi kayu,akan tetapi kadar air kayu
umumnya berkisar Antara 25% -30%.
Kadar air maksimum dalam kayu
Jika air berhubungan dengan kayu.baik kayu segarmaupun kayu dalam
pemaikaian.maka sesudah dinding sel jenuh dengan air.akhirnya rongga sel akan
terisi air bebas. kadar air maksimum akan tercapai bila semua rongga dalam
dinding sel dan rongga-rongga sel telah jenuh dengan air. Banyak air dalam kayu
pada titik kejenuhan total ditentukan oleh :
a. Volume
rongga-rongga dalam kayu yang tidak diisi oleh zat dinding sel dan zat
eksekutif, dan
b. Berat
jenis kayu (pada keadaan kering tanur)
DAFTAR PUSTAKA
Dumanauw, J.F. Mengenal Kayu.
1982. Kanisius. Yogyakarta.
Haygreen, J.G. and J.I. Bowyer. 1982. Forest Product and Wood Science: An
Introduction. Iowa State University Press, Ames. USA.
Lowery,
D P., dan Schmidt, W. C. 1967. Effect of thinning on the specific gravity of
western larch crop trees. USDA For. Serv.int.for. Range Exp. Stn Res. Note
INT-7-.
Smith,D,;Wahgren, H,;
dann Beengtson, G. M. 1972. Influence of fertilation on wood and pulp
properties of Dougglas-fir proc. Syimp. Effect of Growth Acceleration on the
properties of Word. USDA For Serv. For Prod. Lab.
W. Boerjan, J. Ralph,
M. Baucher. 2003 . "Lignin
Biosynthesis". Ann. Rev. Pla
Komentar
Posting Komentar