KEGIATAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI
Kegiatan
Konservasi sumber daya alam hayati merupakan upaya pengelolaan sumber
daya alam hayati dengan memperhitungkan kelangsungan dan tetap
memelihara serta meningkatkan kualitasnya.
Tujuan
melakukan konservasi tersebut adalah untuk mengusahakan terwujudnya
kelestarian sumber daya alam dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga
dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta
mutu kehidupan manusia.
Ada tiga strategi yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut yaitu :
- Perlindungan sistem penyangga kehidupan;
- Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar beserta ekosistemnya;
- Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Proses
perlindungan, pengawetan dapat dilakukan di kawasan konservasi, taman
hutan raya, dan taman wisata alam; mengingat kawasan konservasi itu
adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Perlindungan
Sistem Penyangga Perlindungan sistem penyangga ini dimaksudkan untuk
memelihara proses ekologi yang dapat menunjang kelangsungan dan mutu
kehidupan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
a. Konservasi In-Situ (Kelebihan dan Kelemahannya)
Konservasi
in-situ merupakan upaya pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar di
dalam kawasan suaka alam yang dilakukan dengan jalan membiarkan agar
populasinya tetap seimbang menurut proses alami di habitatnya. Sampai
saat ini telah ditetapkan ada enam jenis kawasan yang dipergunakan
sebagai kawasan konservasi in-stu, yaitu kawasan konservasi, taman
wisata alam, taman hutan raya, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman
buru.
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Liar, maka pengelolaan di dalam habitatnya dapat dilakukan dalam bentuk
identifikasi, inventarisasi, pemantauan habitat dan populasinya,
penyelamatan jenis, pengkajian, penelitian dan pengembangan. Upaya
konservasi in-situ ini dikatakan paling efektif, karena perlindungan
dilakukan di dalam habitat aslinya, sehingga tidak diperlukan lagi
proses adaptasi bagi kehidupan dari jenis tumbuhan dan satwa liar
tersebut ke tempat yang baru .
Namun
demikian, suatu kelemahan akan terjadi jika suatu jenis yang
dikonservasi secara in-situ tersebut memiliki penyebaran yang sempit;
kemudian tanpa diketahui terjadi perubahan habitat, maka akan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup jenis tersebut; begitu pula jika
di daerah tersebut terjadi bencana atau kebakaran, niscaya seluruh
jenis yang terdapat di dalamnya akan terancam musnah dan tidak ada yang
dapat dicadangkan lagi. Oleh karena itu, selain upaya konservasi in-situ
perlu dilengkapi dengan upaya konservasi ex-situ.
b. Konservasi Ex-Situ (Kelebihan dan Kelemahannya)
Upaya
konservasi ex-situ merupakan upaya pengawetan jenis di luar kawasan
yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakan jenis tumbuhan dan
satwa liar. Tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan tersebut misalnya
di kebun binatang, kebun raya, arboretum, dan taman safari. Kegiatan
konservasi ex-situ ini dilakukan adalah untuk menghindarkan adanya
kepunahan suatu jenis. Hal ini perlu dilakukan mengingat terjadinya
berbagai tekanan terhadap populasi maupun habitatnya. Menurut Peraturan
Pemerintah No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Liar, maka pengelolaan jenis di luar habitatnya dapat dilakukan dalam
bentuk pemeliharaan, pengembangbiakan, pengkajian, penelitian,
pengembangan rehabilitasi satwa, penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa
liar.
Untuk melakukan kegiatan
konservasi ex-situ berbagai persyarataan yang perlu dipenuhi, yaitu:
tersedianya tempat yang cukup luas, aman dan nyaman, memenuhi standart
kesehatan tumbuhan dan satwa, serta mempunyai tenaga ahli dalam bidang
medis dan pemeliharaan. Begitu pula kalau ingin melakukan
perkembangbiakan jenis di luar habitatnya, maka persyaratan yang perlu
dipenuhi yaitu: dapat menjaga kemurnian jenis dan keanekaragaman
genetik, dapat melakukan penandaan dan sertifikasi, serta dapat membuat
buku daftar silsilah.
Ada
berbagai kelebihan dan kekurangan dalam penyelenggaraan kegiatan
konservasi ex-situ. Kelebihannya antara lain dapat mencegah kepunahan
lokal pada berbagai jenis tumbuhan akibat adanya bencana alam dan
kegiatan manusia, dapat dipakai untuk arena perkenalan berbagai jenis
tumbuhan dan wisata alam bagi masyarakat luas, berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berkaitan
dalam kegiatan budidaya jenis hewan dan tumbuhan; sedangkan kelemahannya
antara lain, konservasi ex-situ memerlukan kegiatan eksplorasi dan
penelitian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan adalah untuk melihat
adanya kecocokan terhadap daerah atau lokasi sebelum kegiatan tersebut
dilakukan; di samping itu pada kegiatan ini dibutuhkan pula dana yang
cukup besar, serta tersedianya tenaga ahli dan orang yang berpengalaman.
Komentar
Posting Komentar