contoh laporan DDIT



BAB I. PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
            Tanah merupakan bahan alam yang memiliki wujud tersendiri. Dalam kehidupan sehari – hari tanah sangat dibutuhkan. Selain sebagai tempat berpijak, tanah merupakan media tanam bagi tumbuhan. Tanah terdiri dari empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Tanah terdiri dari empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Tanah dipengaruhi oleh proses gabungan anasir alami yaitu bahan induk, iklim, topografi, dan organisme yang bekerja pada waktu tertentu. Pengaruh tersebut mengakibatkan kenampakan dan sifat-sifat tanah didaerah tertentu berbeda dengan daerah lain. Dengan kata lain oleh karena intensitas faktor – faktor pembentukan tanah antar daerah satu dengan yang lain berbeda, makan tanah yang terbentuk juga berbeda.
            Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas (matrik, osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan air ketersediaan. Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi.

1.2.            Tujuan Praktikum
Praktikum penetapan kadar tanah bertujuan untuk menetapkan kadar lengas contoh tanah kering udara, menetapkan kadar lengas kapasitas lapang, dan menetapkan kapasitas lengas maksimum.



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Hakim, dkk., 2008).
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas (matrik, osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan air ketersediaan (Notohadiprabowo, 2006).
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering kali istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh (Buckman, 2006).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan ini jumlah tanah yang disimpan di dalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Handriyanto, 2010).
Tanah entisol mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga struktur lepas, porositas aerasi besar dan permeabilitas cepat. Selain itu, kadar lempung dan bahan organik rendah menyebabkan kapasitas menahan air dan unsur hara rendah, agregasi lemah, kemantapan agregat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mengalami dispersi bila mengalami tumbukan air hujan dan mengakibatkan tanah mudah tererosi dan agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang sangat halus menutupi pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi tanah (Handayanto, 2009).



















BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 10 Mei 2013 pada pukul 14.45 sampai dengan 15.55 WITA, di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1. Alat        
                  Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum diantaranya adalah cawan kosong, timbangan, oven, dan eksikator, dan cawan tetes.
3.2.2. Bahan
           Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum diantaranya adalah tanah entisol, air dan kertas label.

3.3. Prosedur Kerja
        3.3.1. Kadar Lengas Contoh Tanah Kapasitas Kering Angin
                    1. Timbang cawan kosong bersih (a gr)
                    2. Masukkan tanah entisol ke dalam cawan kira-kira setengah tinggi bejana,    kemudian ditimbang (b gr)
                        3. Dengan tutup terbuka, masukkan cawan tersebut kedalam oven yang telah diatur temperaturnya 105o C - 110o C, dibiarkan selama 17 jam
                        4. Setelah di oven, dikeluarkan dan didinginkan di dalam eksikator kira-kira 15 menit, kemudian ditimbang (c gr)
            3.3.2. Kadar Lengas Contoh Tanah Kapasitas Lapang
                    1. Timbang cawan kosong bersih (a gr)
                        2. Masukkan tanah entisol ke dalam cawan kira-kira setengah tinggi bejana,   kemudian ditimbang (b gr)
                        3. Secara perlahan-lahan, ditetesi dengan air sampai tanah dalam bejana penuh dengan air.
                        4. Dengan tutup terbuka, masukkan cawan tersebut ke dalam oven yang telah diatur temperaturnya 105o C - 110o C, dibiarkan selama 17 jam.
                    5. Setelah di oven, dikeluarkan dan didinginkan di dalam eksikator kira-kira 15 menit, kemudian ditimbang (c gr)
            3.3.3. Kadar Lengas Contoh Maksimum Tanah
                    1. Timbang cawan kosong bersih (a gr)
                    2. Masukkan tanah entisol ke dalam cawan kira-kira setengah tinggi bejana,   kemudian ditimbang  b gr)
                        3. Secara perlahan-lahan, ditetesi dengan air sampai tanah dalam bejana penuh dengan air.
                    4. Dengan tutup terbuka, masukkan cawan tersebut ke dalam oven yang telah diatur temperaturnya 105o C - 110o C, dibiarkan selama 17 jam.
                    5. Setelah di oven, dikeluarkan dan didinginkan di dalam eksikator kira-kira 15 menit, kemudian ditimbang (c gr)
                    6. Buang tanah yang sudah ditimbang dalam cawan tersebut, kemudian timbang kembali cawan yang telah kosong tersebut (d gr)









BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
            Table 1. Hasil Pengamatan Kadar Lengas
NO
Contoh Tanah
Berat ( gr )
Kadar Lengas (%)
A
B
c
d
1.
Kadar Lengas Tanah Kering
16,89
24,40
24,27
-
1,76
2.
Kadar Lengas Kapasitas Lapang
14,56
23,52
20,28
-
56,64
3.
Kadar Lengas Maksimum Tanah
17,35
26,65
22,96
17,41
66,84


 4.2. Pembahasan
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan ini jumlah tanah yang disimpan di dalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh.
Pada praktikum ini yang diamati kadar lengas suatu jenis tanah, kadar lengas itu sendiri adalah kandungan uap air yang terdapat pada pori tanah. Faktor-faktor kandungan lengas dalam tanah di pengaruhi oleh analisis iklim, kandungan bahan organic, dan bahan penutup tanah (organik maupun anorganik).
Pemahaman kadar lengas dalam bidang pertanian sangat penting karena lewat proses pengaturan lengas ini di control juga serapan hara dan pernapasan akar-akar tanaman. Dari kadar lengas juga dapat diketahui kapasitas lengas Maksimum suatu tanah. Manfaatnya dapat digunakan untuk menduga kehilangan air selama pengairan dan daya simpan lengas juga dapat di ketahui. Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode gravimetris yaitu menghitung selisih berat lengas antara sebelum dan setelah dikeringkan, metode ini digunakan keran lebih cepat, akan tetapi penimbangannya harus dilakukan dengan ketelitian sebab jika terjadi kekeliruan sedalam penimbangan maka hasil akan menyimpang dari tensi, jenis tanah yang digunakan adalah tanah entisol.
Dari hasil praktikum didapatkan kadar lengas contoh tanah kering angin sebanyak 1,76 %, kadar lengas kapasitas lapang sebanyak 56,64 % dan kadar lengas maksimum tanah sebanyak 66,84 %. Tanah entisol mempunyai kadar lengas yang kurang dari 40 %, namun dari hasil praktikum yang dilakukan di dapatkan kadar lengas yang lebih dari 40 %, hal itu bisa terjadi karena mungkin terjadi kesalahan pada saat menimbang, dan praktikan kurang teliti dalam melaksanakan praktikum.
Manfaat mengetahui lengas tanah dalam bidang pertanian adalah tanah bermanfaat untuk menduga kebutuhan air untuk persawahan, menduga kebutuhan air selama proses irigasi dan mengetahui kemampuan suatu jenis tanah, mengenal daya simpan lengas atau airnya.












BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
              Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
1.      Kadar lengas tanah adalah kemampuan tanah menyimpan uap air di dalam pori-porinya.
2.      Kadar lengas tanah dipengaruhi oleh anasir iklim, relief, kandungan bahan organik dan lempung tanah.
3.      Tanah entisol adalah jenis tanah yang berpasir. Tanah entisol, mempunyai kadar lengas tanah kering 1,76 %, kadar lengas kapasitas lapang 56,64 % dan kadar lengas maksimum tanah 66,84 %.

5.2. Saran
                     Sebaiknya dalam melaksanakan praktikum ini, praktikan harus cermat dan teliti dalam mengamati dan menghitung kadar lengas tanah, agar tidak terjadi kesalahan dalam menghitung kadar lengas tanah.











BAB I. PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
        Tanah merupakan salah satu komponen abiotik pada permukaan bumi yang sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah menjadi sangat penting karena tanah menyediakan unsur hara, seperti mineral, bahan organik, air dan udara bagi tumbuhan untuk proses fotosintesis. Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang menangkap sinar matahari. Disamping itu kebanyakan unsur-unsur dalam usaha memelihara kehidupan berada pada siklus yang lebih berat ke tanah dalam hubungan ini tanah menyediakan lingkungan yang cocok untuk terlaksananya pelapukan bahan-bahan mati dengan cukup cepat melalui aktivitas mikroorganisme terhadap senyawa-senyawa dasar untuk dapat segera menyusul memasuki kembali siklus, terutama melalui vegetasi. Tanah terdiri dari gumpalan-gumpalan kecil beraneka bentuk yang disebut agregat sekunder tanah. Bagian-bagian ini terbentuk dari penggabungan butir-butir lebih kecil yang disebut agregat primer. Agregat primer tersusun dari butir-butir mineral atau pecahan batuan berbagai bentuk dan ukuran yang diselaputi oleh senyawa-senyawa hasil pelapukan.Senyawa hasil pelapukan mineral dan pecahan batuan terdiri dari koloid tanah, senyawa kapur, senyawa besi dan almunium yang bertindak sebagai perekat yang menggabungkan agregat-agregat primer. Agregat primer tersusun dari butir-butir mineral atau pecaahn batuan berbagai bentuk dan ukuran yang diselaputi oleh senyawa-senyawa hasil pelapukan.
      Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah.keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keaadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas, dan lain-lain. Gabungan dari fraksi liat, debu dan pasir disebut sebagai kelas tekstur. Pada umumnya tanah asli merupakan campuran butiran-butiran yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda.

1.2.         Tujuan Praktikum
                  Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menetapkan kelas tekstur tanah secara kuantitatif dan kualitatif.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
                  Fungsi utama tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi baik secara lateral atau horizontal dan vertikal. Hal ini tergantung pada ruang pori-pori yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah. Tesktur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi relatif antara fraksi pasir (diameter 0,20 - 2,00 mm), debu (0,002 – 0,20 mm) dan liat (diameter < 2,00 mm). Di dalam pengklasifikasian tekstur tanah terdapat sistem USDA dan sistem internasional (Hanafiah, 2007).
                 Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti butir debu, pasir dan kerikil. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi dari pasir, debu, dan litanya hampir sama atau seimbang. Tanah seperti itu disebut tanah lempung (Sutanto, 2009)
                 Tekstur tanah mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah dan hara tanah. Selain itu juga berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah. Faktor-faktor fisik tanah yang dipengaruhi oleh tekstur tanah adalah konsistensi, kadar air, organism, perakaran dan pengobatan (Purwadido, 2006)
                 Tekstur tanah berengaruh terhadap ketersediaan air yang ada di dalam tanah, semakin besar maka akan semakin porus. Semakin akar mudah melakukan penetrasi. Untuk mengetahui peranan tekstur tanah bagi ketersediaan air, unsur hara dan pertumbuhan tanaman, maka pentingnya dilakukan pengamatan tekstur tanah ini, sehingga akan menjadi optimal ( Praharyanto, 2012)
Di daerah tropis tanaman melakukan beberapa persyaratan kondisi fisik untuk dapat tumbuh dengan baik, sebagai contoh tanaman jahe. Tanah yang sesuai dengan tanaman jahe adalah liat, liat lempung pasiran, liat berpasir, lempung pasiran (Siradz dan Mulyono, 2005)






BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
1.1.   Waktu dan Tempat Praktikum
        Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 17 Mei 2013, pada pukul 14.45 sampai dengan 15.55, di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

1.2.   Alat dan Bahan
1.2.1.   Alat
                 Adapun alat yang digunakan dalam praktikum diantaranya adalah 3 buah tabung sedimentasi, stopwacth, plastik dan karet gelang.
1.2.2.   Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 buah sampel tanah (I, C, G) untuk menetapkan kelas tekstur tanah secara kualitatif (lapangan) dan sampel tanah x, untuk menetapkan kelas tekstur tanah secara kuantitatif (cara laboratorium), 5 ml NaOH dan aquadesh.

1.3.         Prosedur Kerja
1.3.1. Menetapkan Kelas Tekstur Tanah Secara Kuantitatif (cara laboratorium)
1.   Disiapkan contoh tanah x 2mm, kemudian diletakkan tabung sedimentasi secara tegak lurus tersebut pada sebuah rak.
2.   Dimasukkan contoh tanah ke dalam tabung I sampai garis 15 dan ditambahkan 5 ml NaOH.
3.   Ditambahkan aquadesh hingga tanda pada garis Y5, kemudian ditutup rapat menggunakan plastik, lalu diikat dengan karet gelang.
4.   Dikocok selama 10 menit hingga homogeny
5.   Dibuka tutup tadi, diletakkan pada rak dan biarkan mengendap selama 30 detik
6.   Dituangkan larutan I dengan perlahan-lahan ke dalam tabung II dan biarkan mengendap selama 30 menit.
7.   Setelah itu dituangkan larutan tabung II ke dalam tabung III
8.   Dihitung presentasi fraksi-fraksi tanah tersebut.
1.3.2.   Menetapkan tekstur tanah secara kualitatif (cara lapangan)
1.   Disiapkan 3 sampel tanah (I,C, G)
2.   Diambil tanah I menggunakan ibu jari dan telunjuk, lalu dibasahi dengan air
3.   Dilakukan pengulian menggunakan ibu jari dan telunjuk selama beberapa menit
4.   Dicatat seberapa banyak fraksi pasir, debu dan liatnya
5.   Dilakukan langkah 2-4 pada sampel tanah C dan G.





















BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
                    Berdasarkan pada hasil pengamatan secara kuantitatif didapatkan hasil sebagai berikut :
           Tabel 2. Hasil pengamatan secara kuantitatif.
Sampel
Pasir
Debu
Liat
Kelas Tekstur
X
46,6 %
26,6 %
26,8 %
Lempung Liat Berpasir   ( SCL )

                    Sedangkan pada pengamatan yang dilakukan secara kualitatif didapatkan hasil sebagai berikut:
           Tabel 3. Hasil pengamatan secara kualitatif.
Sampel
Pasir
Debu
Liat
Kelas Tekstur
I
40
25
35
Lempung Berliat     ( CL )
C
10
50
40
Liat Berdebu ( SiC )
G
25
55
20
Lempung Berdebu   ( Si.L )

4.2. Pembahasan
               Tekstur tanah adalah perbandingan relatif halus kasarnya fraksi tanah halus dari berbagai ukuran (pasir, debu, liat). Tekstur tanah merupakan pembagian ukuran butir-butir tanah. Butir-butir tanah yang terkecil adalah liat, diikuti oleh debu dan pasir. Tekstur tanah mempunyai hubungan dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah, dan unsur hara tanah, tekstur tanah juga berpengaruh terhadap ketersediaan air di dalam tanah, dimana semakin besar maka akan semakin besar maka akan semakin porus, maka akan semakin mudah melakukan pemetrasi. Ada 2 cara untuk menentukan kelas tekstur tanah, yaitu dengan cara kuantitatif (cara laboratorium) dengan menggunakan sistem tabung sedimentasi dan dengan cara kualitatif (cara lapangan) yaitu dengan cara menguli menggunakan ibu jari dan telunjuk. Pada pengamatan secara kuantitatif digunakan proses pengendapan untuk memisahkan fraksi pasir, debu dan liat. Berdasarkan pada hasil pengamatan mengglunakan system tabung sedimentasi, didapatkan fraksi pasir 46,6%, fraksi debu 26,6% dan fraksi liat 26,8%. Oleh karena itu sampel tanah X termasuk kedalam kelas tekstur lempung lit berpasir (SCL).
               Pada penetapan kelas tekstur tanah secara kualitatif ini didasarkan pada hasil pengulian, dimana masing-masing fraksi akan menunjukkan cirri-ciri tersendiri, pada pengulian pasir akan terasa kasar (menusuk), pada debu pengulian akan terasa licin, (seperti sabun), dan pada liat pengulian akan terasa lekat. Hasil pengamatan yang dilakukan secara kulitatif dengan cara menguli menggunakan ibu jari dan telunjuk didapatkan 40% fraksi pasir, 25% fraksi debu dan 35% fraksi liat pada tanah I, maka dari itu sampel tanah I termasuk kedalam kelas tekstur  empung berliat (CL). Pada sampel tanah C didapatkan 10%  faraksi pasir, 50% fraksi debu,dan 40% fraksi liat, maka dari itu tanah C termasuk ke dalam tekstur liat berdebu (SIC), sedangkan pada sampel tanah G didapatkan 25% fraksi pasir, 55% fraksi debu, 20% fraksi liat, maka dari itu sampel tanah G termasuk kedalam kelas tekstur lempung berdebu (Si.C).
               Menurut butiran-butiran penyusunanya, tanah terdiri atasbatu, erikil, pasir, lumpur, tanah liat, serta debu. Batu kerikil merupkan penyusun tanah yang paling kecil adalah debu. Butiran debu ini sangat halus dan ringan sehingga mudah diterbangkan angin. Penyusun tanah sangat erat kaitannya dengan daya peresapan air, tanah yang mengandung banyak debu atau butiran-butiran tanah liat sukar dilalui air, sebaliknya tanah yang mengandung banyak psir mudah dilalui air. Untuk menetukan  tekstur tanah dapat digunakan segitiga tekstur menurut USDA.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
              Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa:
1.   Tekstur tanah merupakan pembagian ukuran butir-butir tanah yaitu pasir. debu, dan liat.
2.   Percobaan penetuan tekstur tanah dilakukan dengan dua metode, yaitu secara kualitatif (cara lapangan) dan kuantiatif (cara laboratorium).
3.   Hasil pengamatan secara kuantitatif didapatkan tanah X mengandung pasir sebanyak 46,6%, debu 26,6%, liat 26,8% dan termasuk dalam kelas tekstur lempung liat berpasir (SCL).
4.   Tanah sampel 1 termasuk dalam kelas tekstur lempung berliat (CC), tanah C termasuk kelas tekstur liat berdebu (SiC), dan tanah G termasuk kelas lempung berdebu (Si.l)

5.2. Saran
            Dalam mempelajari ilmu tanah, kita harrus benarr-benar mengetahui tentang sifat-sifat tanah salah satunya yaitu tekstur tanah karena kondisi tekstur tanah akan menentukan bagaimana mengolah tanah yang baik dan efisien.








BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
            Tanah adalah bahan alam yang memiliki wujud tersendiri. Dalam kehidupan sehari-hari tanah sangat dibutuhkan. Selain sebagai tempat berpijak, tanah merupakan media tanam bagi tumbuhan. Tanah merupakan suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat, cair dan gas yang terdapat dipermukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuan dan dekomposisi bahan organik.
            Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara dimana, patikel pasir debu dan liat relative disusun satu sama lain, struktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang snagat mempengaruhi sifat tanah yang lain serta besar pengaruhnya terhadap kemampuan tanah sebagai media tanam. Struktur tanah berpengaruh terhadap gerakan air, gerakan udara, suhu udara, suhu tanah dan hambatan perkecambahn biji serta penetrasi akar tanaman.

1.2.Tujuan praktikum
            Praktikum struktur tanah bertujuan untuk menetapkan kerapatan butir tanah (BJ), menetapkan kerapatan massa tanah (BV) dan menghitung porositas tanah (n).









BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-patikel tanah seperti pasir, debu, dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatsi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut ped, struktur yang dapat memodifikasi pengaruh tekstur tanah dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar (Madjid, 2007).
   Struktur tanah dapat memodifikasi pengaru tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersediannya unsure hara, kegiatan jasad hidup dah perubahan akar, struktur lapisan dipengaruhi oleh praktis dan dimana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman (Ariyanto, 2010).
        Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah terbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped. Sedangkan ikatan yang merupakan gempalan tanah yang sudah terbentuk akibat penggumpalan tanah yang disebut clod (Hanafiah,  2007).
        Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat) menjadi butir-butir (agregat) tanah, menurut bentuk ped, struktur tanah dapat digolongkan dalam bentuk lempung (platy), prismatik, kolumnar, kubus menyudut, kubus membulat (subangular blocky), kersay (granular),  dan remah (crumb). Tanah yang tidak membentuk  struktur data butiran tunggal (single grain) atau massif (massa tanah tidak menunjukkan bidang-bidang pemisah) (Purwadido, 2006).
        Komponen–komponen tanah yang mengikat fraksi pasir dan debu membentuk struktur tanah yang tersusun adalah liat, bahan organic, dan seskuioksida. Bila ikatan antara partikel-partikel tanah lemah, tenaga mekanik akan mudah memisahkan partikel-partikel tanah dan akibatnya pori-pori tanah tertutup dan kontinuitas pori-pori tanah terganggu (Sutanto, 2009).


BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.  Waktu dan tempat praktikum
              Praktikum struktur tanah dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 24 mei 2013 pada pukul 14.45 sampai dengan 15.55 WITA, di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
                                                                                          
3.2.  Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
         Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum diantanya adalah piknometer, thermometer, tali dan timbangan analitik.
3.2.2 Bahan
         Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum diantanya adalah tanah entisol.
3.3.  Prosedur Kerja
            3.3.1. Kerapatan butir tanah (BJ)
                       1. Ditimbang piknometer yang kosong, bersih, bersumbat (a gr)
                       2. Diisi piknometer dengan air suling sampai penuh
   3.  Ditimbang piknometer yang diisi air (b gr) kemudian di ukur temperatur air dalam piknometer dengan pembulatan. Lihat dalam daftar yang tersedia berapa BJ  air pada temperature itu (misal BJ I)
4. Air didalam piknomeer dibuang, dan dibersihkan dengan alcohol 3 tetes kemudian buang dan diiamkan 5 menit.
   5. Dimasukkan tanah entisol 5gr, kemudian dipasang sumbatnya, dan ditimbang (c gr).
6.   Piknometer di isi dengan air kira-kira setengahnya. Tanah diaduk-aduk dengan kawat pengaduk halus untuk menghilangkan udara yang terserap dalam tanah, kemudian ditimbang (d gr) dan kemudian diukur temperaturnya.
      3.3.2. Kerapatan Massa (BV)
                    1.   Diambil sebongkah tanah entisol, kemudian ditimbang (a gr)
                    2.   Dimasukkan tanah kedalam lilin yang dicairkan, terus diangkat dan      dibiarkan terrgantung sampai lapisan lilin membeku.
                    3.    Setelah selaput lilin cukup keras, kemudian ditimbang (b gr)
        4.    Diisi tabung dengan air sampai volume tertentu, bongkah lilin ditenggelamkan kedalam air yang menyababkan permukaan air akan naik.
                    5.   Diambil bongkah tanah yang sejenis dan tetapkan kadar lengasnya untuk  mendapatkan berat tanah kering mutlak.




















BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
                    Berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
            Tabel 4. Hasil pengamatan BJ dan BV
BJ
BV
a(gr)
b(gr)
c(gr)
Suhu
BJ1
d(gr)
Suhu
BJ2
a (gr)
b (gr)
X
30,31
80,12
35,20
30oc
0,996
82,79
30oc
0,996
10,21
11,58
20

                  4.2. Pembahasan
                     Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikatsatu sama lain oleh suatu perekat. Dimana struktur tanah mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda.
                     Komponen-komponen tanah yang mengikat fraksi pasir dan debu membentuk struktur yang tersusun, seperti liat, bahan organik dan lain-lain. Bila ikatan antara partikel-partikel tanah lemah, maka tenaga mekanik akan mudah memisahkan partikel-partikel tanah dan mengakibatkan pori-pori tanah tertutup dan kontinuitas pori-pori tanah akan terganggu.
                     Tanah yang hancur menutupi pori-pori lapisan atas tanah akan mengurangi kapasitas infiltrasi air pada tanah tersebut. Tanah yang kompak pada lapisan paling atas tanah menyebabkan aerasi memburuk dan menimbulkan aliran permukaan yang lebih besar sehingga resiko aerasi tanah menjadi lebih serius.
                     Dalam praktikum struktur tanah, tanah yang digunakan adalah tanah entisol. Tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan penampang tanah. Tanah ini umumnya terbenuk dari pengendap baru atau tanah-tanah yang mengalami proses erosi secara kontinyu, sehingga seolah-olah terjadi pemudaan kembali. Tanah entisol memiliki sifat fisik tanah yaitu permeabilitas rendah sehingga kurang menangkap air. Tanah entisol umumnya berstruktur pasir dengan porositas total dari suatu material dimana pori total terdiri dari pori mikro dan makro. Pori-pori tanah sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Dimana berfungsi sebagai pertukaran udara (O2) bagi organisme yang terdapat di dalamnya serta bagi akar tumbuhan. Selain itu pori-pori tanah juga dapat menahan air dalam tanah, sehingga tumbuhan dapat menyerap air dengan baik untuk kelangsungan hidup. Tanaman yang ada di tanah yang memiliki pori-pori yang baik akan subur karena kaya akan air dan udara sehingga organisme yang ada akan lestari.
                     Dari hasil praktikum struktur tanah didapatkan hasil Berat Jenis Tanah (BJ) sebesar 9,81g/cm3 dan Berat Volume Tanah (BV) sebesar 0,34 g/cm3 dan Porositas Total Tanah (n) yaitu 96,6 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah ialah tekstur tanah, aktivitas organisme, bahan organik, kandungan liat dan perakaran sedangkan faktor-faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanah adalah pergerakan air, perakaran tanah, pengolahan, konsistensi, erosi dan porositas.
















BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
                 Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.   Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Dari hasil praktikum didapatkan  BJ sebesar 9,81g/cm3, BV sebesar 0,34 g/cm3 dan Porositas Total Tanah  sebesar 96,6 %.
2.   Tanah yang digunakan berbentuk padat dan kering. Struktur tanah merupakann salah satu sifat dasar tanah yang lain serta besar pengaruhnya terhadap pengaruh tanah sebagai media tanam.
3.   Tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan penampang tanah.
4.   Tanah entisol memiliki sifat fisik tanah yaitu permeabilitas rendah sehingga kurang menangkap air.
5.2. Saran
                     Sebaiknya dalam melakukan penimbangan dan pengukuran temperatur suhu diperlukan ketelitian pada praktikum agar hasil yang didapatkan tidak salah.










BAB I. PENDAHULUAN
1.1  .Latar belakang
                  Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang perlu diketahui, karena dapat dijadikan peunjuk adanya sifat-sifat khusus dari tanah tersebut. Tanah berwarna gelap mencirikan kandungan bahan organik yang tinggi, warna kelabu  menunjukkan pengaruh air yang dominan, warna merah menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan yang lanjut. Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada Munsell Soil Color Chart. Warna dinyatakan dalam tiga satuan atau variabelyaitu hue, valeu, dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma mnunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum ( hue).
                  Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut  dalam keadaan basah, lembab, atau kering. Oeh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut tentang warna tanah dilakukanlah percobaan, dalam percobaan ini digunakan contoh tanah entisol kering dan entisol basah.

1.2.Tujuan
                  Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara menetukan warna tanah






BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
     Warna tanah merupakan gabugan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung  secara proporsional dari total campuran warna tanah yangb dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah (Sutanto, 2005).
      Warna tanah dapat digunakan sebagai petunjuk sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik, kondisi drainase, aerase serta menggunakan bahan warna tanah dalam mengklasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan horison-horison dalam tanah. Tanah dengan drainase yang terhambat biasanya banyak mengandung bahan organik pada lapisan atas (Ariyanto, 2010).
      Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi. Bahan organik dalam tanah akan menghasilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupu akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna diatas (Winarso,2005).
      Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor yaitu jenis mineral dan jumlahnya, kandungan bahan organik tanah dan kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mneral feldspar, kaolin, kapur kuarsa dapat menyebabkan beragam warna dari putih hingga merah (Hanafiah, 2007).
      Warna tanah ditentukan dengan menggunakan wara-warna baku yang terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart. Warna baku ini adalah warna yang disusun oleh tiga variabel yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombang. Value menunjukan gelap terangnya warna sesuai dengan jumlah sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum (Handayani, 2009).



BAB III.METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.   Waktu dan Tempat Praktikum
                 Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Mei 2013 di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3.2.   Alat dan Bahan
3.2.1.   Alat
Adapun alat-aat yang digunakan dalam praktikum ini adalah buku Munsell Soil Color Chart dan botol semprot.
3.2.2.   Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah entisol dan aquades.
3.3.  Prosedur Kerja
1.      Diambil bongkah tanah dengan permukaan asli. Jika tanah dalam keadaan kering bisa dibasahkan untuk memperoleh permukaan asli.
2.      Dibandingkan warna tanah dengan warna-warna pada buku Munsell Soil Color Chart.
3.      Dicatat hue, value, dan chroma
4.      Diakukan pengamatan serupa (bongkah-bongkah) untuk tanah dalam keadaan lembab atau basah.








BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil Pengamatan
            Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil pengamatan warna tanah.
Tanah Entisol
Variabel
Notasi Warna
Warna Tanah
Hue
Value
Chroma
Kering
7,5 YR
6
3
7,5 YR 6/3
Light Brown (Coklat Cerah)
Basah
2,5 YR
3
2
2,5 YR 3/2
Dark Brown (Coklat Gelap)

4.2.  Pembahasan
            Warna tanah menentukan kualitas tanah. Semakin gelap warna tanah, maka tanah semakin bagus, karena mengandung banyak bahan organik. Dalam praktikum ini digunakan tanah entisol. Tanah entisol mrupakan tanah yang cenderung menjadi tanah asal baru atau tanah yang belum mengalami perkembangan penampang tanah.
            Pada tanah entisol kering, warna spektrum dominan (hue) yaitu 7,5 YR, mempunyai value 6, yaitu tingkat kecerahan warna tanahnya cukup tinggi dan mempunyai chroma 3, yang secara keseluruhan disebut 7,5 YR 6/3 artinya tanah ini berwarna coklat cerah (light brown).
            Pada tanah etisol basah, warna spektrum dominan (hue) yaitu 2,5 YR, mempunyai value sebesar 3 yaitu tingkat kecerahannya kurang dan mempunyai chroma 2, yang secara keseluruhan disebut 2,5YR 3/2 artinya tanah ini berwarna coklat  gelap.
            Warna tanah dapat digunakan sebagai petunjuk sifat-sifat tanh seperti kandungan bahan organik, kondisi drainase, aerase serta menggunakan bahan warna tanah dalam mengklasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan horison-horison dalam tanah. Intensitas warna tanah dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jenis mineralnya serta jumlahnya, kandungan bahan organik tanah dan kadar air tanah dan tingkat hidratasi.






















BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dari praktikum dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
  1. Terdapat variable dalam menentukan warna tanah yaitu hue, value, dan chroma
  2. Warna tanah menentukan kualitas tanah, warna tanah dapat dientukan menggunakan buku Munsel Soil Color Chart.
  3. Pada tanah yang kering berwarna coklat cerah (light brown) yaitu dengan Hue 7,5 YR, Value 6, dan Chroma 3.
  4. Pada tanah yang lembab atau basah berwarna coklat gelap (dark brown) yaitu dengan Hue 2,5 YR, Value 3, dan Chroma 2

 5.2. Saran
Pada warna tanah, sebelum melakukan penanaman sebaiknya cek terlebih dahulu warna tanahnya, sehingga dapat ditentukan jenis tersebut dan cocok untuk dijadikan media tanam.













BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakan
pH tanah adalah ukuran aktivitas ion hidrogen dalam larutan pH tertentu pada tanah dilakukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Biasanya tanah pada daerah kering bersifat basa dan pada tanah basah bersifat masam. Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi kepekatan/konsentrasi (H+) dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya.
Sehubungan dengan nilai pH dijumpai tiga kemungkinan yaitu asam, netral, dan basa. Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktual dan kemasaman potensial. Kemasaman aktual menggambarkan aktivitas ion hydrogen yang ada dalam larutan tanah. Sebagai pelarutnya digunakan H2O, sehingga sering disebut pH H2O. Kemasaman potensial menggambarkan aktivitas ion hydrogen yang ada dalam larutan tanah dan kompleks jerapan koloid tanah yang mudah tertukar. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut tentang kemasaman tanah maka dilakukan praktikum kemasaman tanah ini.

1.2.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur pH tanah aktual dan potensial dan menetukan muatan tanah melalui pengukuran pH.









BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
            Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara yang juga terdapat beberapa hubungan dengan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh percampuran satu bagian air suling untuk mendapatkan tanah  dan air sampai mendekati keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah (Syarifuddin, 2005).
            Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Didalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan ion H+. Kemasaman tanah terdapat pada daerah curah hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar pada tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Foth, 2007).
            Kondisi  pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya teradap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur-unsur beracun. Beberapa unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH tanah dinaikkan dari 5,0 menjadi 7,5 atau 8,0. Pada pH tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat mengganggu serapan normal unsur hara lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Soepardi, 2012).
            Sifat kemasaman tanah ada dua jenis yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Reaksi kemasaman aktif adalah yang diukurnya konsentrasi ion H+ yang terdapat pada pemakaian sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat ditukar baik dijerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan (Hardjowigeno, 2006)
            Pada umunya pada larutan pertanian, penggunaan pH secara rutin dilakukan untuk memonitor pengaruh praktek pengolahan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N, kelarutan Al dan hubungannya dengan lingkungan. Sebagian besar lahan yang mempunyai pH sangat rendah atau tinggi menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2005).






BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Mei 2013 pada pukul 14.45 sampai dengan 15.55 di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

3.3.      Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol kocok, pengaduk gelas, pH meter.
3.2.2 . Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquades, 0.1 KCl, 0.1 NH2SO4, dan contoh tanah entisol

3.4.      Prosedur Kerja
1.      Ditimbang contoh tanah 10 gr, dimasukkan kedalam botol kocok
2.      Ditambahkan aquades 20 ml untuk pH H2O, atau 20 ml 0,1 N KCl untuk pH KCl
3.      Dikocok selama ± 10 menit hingga tanah betul-betul larut, diamkan 15 menit
4.      Diukur pH tanah dengan pH meter.












BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil pengamatan kemasan tanah.
Jenis pH
Hasil
Muatan Tanah Melalui Pengukuran pH
Aktual
6,01
pH KCl – pH H2O
= 5,40 – 6,01 = -1,39
Potensial
5,40


4.2.Pembahasan
                        Kemasaman atau pH tanah adalah ukuran aktivitas ion hydrogen dalam larutan pH tertentu pada tanah dilakukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Pada praktikum kemasaman tanah digunakan dua jenis kemasaman yaitu Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktual dan kemasaman potensial. Kemasaman aktual menggambarkan aktivitas ion hydrogen yang ada dalam larutan tanah, sebagai pelarutnya digunakan H2O, sehingga sering disebut pH H2O. Kemasaman potensial menggambarkan aktivitas ion hydrogen yang ada dalam larutan tanah dan kompleks jerapan koloid tanah yang mudah tertukar, sebagai pelarutnya digunakan KCl 0.1 N, sehingga disebut pH KCl.
                        Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan, pH tanah aktual yang didapat adalah 6,01 yang berarti sedikit masam. Sedangkan pH potensial yang didapat adalah 5,40 yang berarti agak masam. Sementara itu, muatan tanah yang didapat malalui pengukuran pH yaitu –1,39 yang berarti tanah entisol yang digunakan bermuatan negatif sehingga ia mampu memegang kation-kation yang diperlukan tanaman. Jika pH positif, tanah bermuatan positif dan dapat di artikan tanah tersebut miskin atau tua.




BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum dari pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1.       pH aktual yang didapatkan yaitu 6,01 dan pH potensial yang didapat yaitu 5,40
2.      Muatan tanah melalui perhitungan pH didapatkan muatan negatif yaitu -1,39
3.      Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman
4.      PH tanah adalah ukuran aktivitas ion hydrogen dalam larutan

5.2.Saran
Pada pH tanah sebaiknya diukur dulu pH tanahnya, supaya tanaman yang kan ditanam akan maksimal. jika pHnya dibawah 7 dalam keadaan masam maka perlu diadakan pengapuran pada tanah tersebut.














BAB I. PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman yang diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah.
Konsistensi tanah merupakan salah satu sifa fisik tanah yang penting untuk dipahami. Konsistensi tanah dirifkan sehingga bentuk kerja keras (force) adhesi dan kohesi pada partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan. Bentuk kerja tersebut tercermin antara lain, ketahanan tanah terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi dan tarikan, kecendrungan massa tanah untuk melekat satu dengan yang lain. Konsistensi berguna dalam menentukan cara pengolahan tanah yang baik atau itu yang penting bagi penetrasi akar tanaman dilapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan lengas.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu, basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kaar air tanah diatas kapasitas lapang. Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasias lapang Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.

1.2.   Tujuan Praktikum
               Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menetapkan batas cair tanah (BC), menetapkan batas lekar tanah (BL), menetapkan batas gulung tanah (BG), menetapkan batas berubah warna (BBW), menghitung jangka olah tanah, menghitung indeks plastisitas tanah (IP), dan menghitung persediaan air maksimum dalam tanah (PAM).




BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kaar air tanah diatas kapasitas lapang (field capacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasias lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu pentingnyamengetahui tanah tersebut layak apa tidak untuk dikelola sebagai lahan pertanian (Yunus, 2006).
Konsistensi tanah menunjukan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh masaa tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena itu, tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab, dan kering, maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tersebut (Weni, 2009).
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif dilakukan dengan cara memijat atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan cara kualitatif dilakukan dengan cara penentuan angka Atterberg (Nurhidayati, 2006).
Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan kelekatan. Tingkat plastisitas ditetapkan dari tingkatan sanagat plastis, plastis, agak plastis dan tidak plastis (kaku). Tingkat kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, dan sangat lekat.
Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan kedalam tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai dari lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul.
Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah. Konsistensi tanah dibedakan berdasarkan lunak sampai keras, yaitu meliputi lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras (Sutanto, 2005).
Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya daya kohesi. Konsistensi sedang pada waktu lembab karena adanya gaya adhesi. Konsistensi rendah atau sangat rendah apabila keadaan basah atau sangat basah (Syahwal, 2007).
































BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan
            Berdasarkan pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil pengamatan BC, BL, BG, dan BBW
Kategori Perhitungan
Nilai
Hasil Perhitungan
A
B
C
Batas Cair Tanah (BC)
16,16 gr
22,18 gr
20,29 gr
45,76%
Batas Lekat Tanah (BL)
17,76 gr
25,11 gr
23,25 gr
33,33%
Batas Gulung Tanah (BG)
15,82 gr
21,04 gr
19,77 gr
32,15%
Batas Berubah Warna (BBW)
14 gr
17,08 gr
16,50 gr
23,2%

Tabel 8. Hasil pengamatan JO, IP, dan PAM
Kategori Perhitungan
Rumus
Hasil
Jangka Olah Tanah (JO)
BL-BG
1,18%
Indeks Plastisitas Tanah (IP)
BC-BG
-31,15%
Persediaan Air Maksimum Dalam Tanah (PAM)
BG-BBW
8,95%

4.2.Pembahasan
                  Konsistensi tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantar partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah.
                  Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Tanah yang bertekstur pasir bersifat tidsk lengket, tidak liat, dan lepas-lepas. Sebaliknya tanah bertekstur lempung berat pada keadaan basah berkonsistensi sangat lengket, sangat liat dan bila kering bersifat dangat teguh (kuat) dan keras.
                  Dalam keadaan kering, tanah tidak mengandung air. Jenis tanah yang konsistensi keringnya sangat keras adalah tanah vertisol dan redzina, sedangkan konsistensi kering keras adalah jenis tanah ultisol agak keras adalah alfisol atau entisol.
                  Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam praktikum ini digunakan tanah vertisol. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan batas cair tanah (BC) sebesar 45,76%, batas cair merupakan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Batas lekat tanah (BL) yang didapat adalah 33,33%, batas lekat merupakan kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Batas gulung tanah (BG) yang didapat adalah 32,15%, batas gulung adalah kadar dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golek lagi. Batas berubah warna (BBW) yang didapat adalah 23,2%, batas berubah warna yaitu tanah yang telah mencapai batas menggolek, masih masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat laun menjadi kering dan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang.
                  Jangka olah tanah yang didapat sebesar 1,18%, menurut harkat angka-angka Atterberg, harkat jangka olah tanahnya rendah, hal ini berarti tanah lebih sukar diolah. Indeks plastisitas tanah yang didapat sebesar -31,15%, menurut harkat angka-angka Atterberg, harkat indeks plastisitas tanahnya rendah. Sementara itu hasil yang didapat pada persediaan maksimum air dalam tanah adalah 8,95%. Konsistensi tanah menentukan kemampuan tanah dilahan untuk mendukung pertumbuhan tanaman, selain itu konsistensi tanah juga menetukan kemapuan tanaman memanjangkan akarnya, serta mempengaruhi jumlah oksigen dan air dalam tanah yang merupakan kebutuhan esensial bagi pertumbuhan tanaman








BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
                  Berdasarkan hasil dari praktikum dari pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Batas Cair Tanah (BC) yang didapat yaitu 36, 40%, batas Lekat Tanah yang didapat yaitu 38,05%, batas Gulung Tanah yang didapat yaitu 30,39%, batas Berubah Warna yang didapat yaitu 31,50%
2.      Jangka Olah Tanah (JO) yang didapat yaitu 7,66% , yang bererti jangka olahnya termasuk rendah
3.      Indeks Plastisitas Tanah (IP) yang didapat yaitu 6,01%, yang berarti indeks plastisitasnya termasuk rendah
4.      Persediaan Air Maksimum Tanah (PAM) yang didapat yaitu -1,11%

5.2. Saran
Pada saat praktikum, apabila tanah mengalami kerekatan maka perlu ditambahkan air, sedangkan apabila tanah tersebut lunak maka perlu ditambahkan tanah yang digunakan pada praktikum











BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
           Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain, karena keaneka ragaman ini, maka tanah dapat dipandang sebagai kumpulan individu-individu tanah. Pementukan tanah dari bongkahan bum mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping secara halus . Tiap tanah berkembang secara baik dan masih dalam keadaan asli akan mempunyai sifat profil yang khas. Sifat-sifat ini yang dipakai dalam klasifikasi dan penjarangan tanah yang sangat besar manfatnya dalam menentukan pendapat tentang tanah dan sifat-sifat profil tanah. Meskipun tanah bersifat multifungsional, tetapi tanah ini juga mempunyai variasi-variasi sehingga tanah tersebut juga diklasifikasikan. Untuk mengklasifikasi tanah tersebut, hal yang perlu diperhatikan ialah profil dari tanah tersebut.
           Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat di lapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah. Pengamatan profil tanah meliputi pengamatan dalam profil itu sendiri dan pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
           Pengenalan tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati dan menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Profil tanah tersebut dapat dipelajari dan diamati dengan mengenali tanah dengan dinding lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Oleh karena itum pengenalan di lapangan perlu untuk dilakukan.


1.2. Tujuan Praktikum
       Praktikum lapangan tentang profil tanah ini bertujuan untuk mengetahui kadar lengas, warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik, pH tanah, dan konsistensi tanah.




BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
              Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tumbuhan, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N,P,K,Ca,Mg,S,Zn,Fe,Mn,B,Cl) dan secara biologi (organisme) yang berperan aktif dalam perombakan dan penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman ketiganya secara internal mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industry perkebunan maupun kehutanan (Hanafiah,K.A., 2007)
              Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan mineral. Pembentukan dan pelapukan bahan-bahan organik pertukaran ion-ion, pergerakan dan pencucian bahan-bahan koloid (Anonim, 2011)
              Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horison-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal tanah tersebut akan menunjukan susunan horison yanag disebut profil tanah (Purwadido, 2006)
Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti butir debu, pasir dan kerikil. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi dari pasir, debu, dan litanya hampir sama atau seimbang. Tanah seperti itu disebut tanah lempung ( Sutanto, 2009 )
              Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah terbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped. Sedangkan ikatan yang merupakan gempalan tanah yang sudah terbentuk akibat penggumpalan tanah yang disebut clod (Hardjowigeno, 2010)



BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1.Waktu dan Tempat Praktikum
     Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 16 juni 2013 pada pukul 08.00 sampai selesai di Lahan Percobaan Narmada.
3.2.Alat dan Bahan
3.2.1.Alat
           Adapun alat yang digunakan diantaranya yaitu botol kocok, kertas lakmus, meteran, dan Munsell Soil Color Chart.
3.2.2.Bahan
           Adapun bahan yang digunakan diantaranya yaitu H2O, H2O2, KCl. dan macam-macam jenis tanah.
3.2.Prosedur Praktikum
      1. Diratakan dan dibersihkan lapisan atas tanah yang di ambil.
      2. Disekeliling tanah digalih dengan sekop
      3. Digali sampai terlihat beberapa horizon tanah atau warna tanah yang berbeda.
      4. Dilakukan pengujian seperti yang telah diberi pada daftar isian profil tanah.









BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan
      Table 9. Hasil pengamatan praktikum lapangan
No
Lapisan
I
II
III
IV
V
VI
VII
1
Kedalaman
Lapisan (cm)
25 cm
9 cm
8 cm
10 cm
15 cm
13 cm
15 cm
2
Batas lapisan
Diffuse
Gradual
Gradual
Gradual
Diffuse
Diffuse
Diffuse
3
Bentuk
Iregular
Iregular
Iregular
Iregular
Iregular
Iregular
Iregular
4
Warna (Munsell
Feridagri
Browen
Browen
Credis browen
Browen
Ledis browen
Foly yellow
5
Jumlah bercak
Few
Common
Common
Many
Few
Few
Few

Ukuran bercak








Kejelasan bercak
Faint
Distinet
Distinet
Prominent
Faint
Faint
Faint
6
Tekstur pasir
15%
50%
55%
60%
90%
85%
95%

Tekstur debu
55%
30%
30%
20%
5%
10%
3%

Tekstur liat
30%
20%
15%
20%
5%
5%
2%
7
Struktur kejelasan
Weak
Moderate
Weak
Weak
Istructureless
Istructureless
Istructureless
Struktur tipe
Bleccky
Bleccky
Bleccky
Bleccky
Glanular
Glanular
Glanular
8
Konsistensi lembab
Fribele
Very friable
Very friable
Very friable
loose
loose
Loose
9
pH









4.2.Pembahasan
                    Pada  praktikum ini contoh tanah terusik berarti  tanah tersebut telah pernah di pergunakan  untuk kegiatan budidaya tanaman atau kegiatan lainnya seperti bercocok tanam.Berdasarkan pada tabel diatas terlihat bahwa setiap tanah mempunyai horizon-horizon yang berbeda. Horizon A pada profil dalan mempunyai kedalaman lapisan 25 cm dan berwarna hitam. Warna gelap tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi yang terdekomposisi. Atau horizon teratas hampir seluruhnya mengandung bahan organjk. Tumbuhan daratan dan jatuhan daunan termasuk pada horizon ini. Humus dari horizon bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk lapisan 1 soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organic dan aktifitas biologis, tumbuhan ataupun hewan.
                    Horizon B pada profil dalam mempunyai kedalaman  lapisan 9cm dan berwarna coklat muda. Memiliki tekstur pasir 50%,debu 30%,dan liat 20%, karna pada saat pengambilan profil butir-butir  struktur agak kuat dan tidak hancur atau rusak.Konsistensinya lepas karna tidak melekat satu sama lain, dan ada sedikit karatan.
                    Horizon C pada profil dalam, berwarna coklat muda dengan kedalaman 8cm. Memiliki tekstur pasir dan struktur halus, konsistensinya gembur, karna diperlukan sedikit tekanan untuk menghancurkan gumpalan tanah, dengan meremasnya dan terdapat sedikit bercak, pada lapisan ke 3 merupakan transisi dari bantuan asal dibawahnya dan soil yang berkembang diatasnya.
                     Horizon D profil berwarna reddish brown dengan kedalama 10 cm meniliki tekstur pasir dan struktur halus, konsistensinya lembab, karna diperlukan sedikit tekanan untuk menghancurkan gumpalan tanah denagn meremaskannya. Adanya karatan bahwa udara masih dapat masuk kedalam tanah sehingga terjadi oksidasi ditempat tersebut pada profil ini bentuknya tidak rata daan jumlah bercak yang ada pada profil ini banyak.
                     Horizon E pada profil ini tanah berwarna coklat dengan croma dan value  4/4, 7,7 YR dengan kedalama 15cm batas lapisan tersebar dengan bentuk tidak rata tredapat jumlah bercak yang sedikit pada profil ini. Bertekstur pasir, dan pasir kara pada saat pangambilan  profil butir-butir konsistensinya lepas karna tanah tidak melekat satu sama lain disebut lepas misalnya tanah pasir atau terlalu padu yang disebut massifel atau pejal.
                    Sedangkan Horizon F dan G sama, tapi yang membedakannya hanya pada bagian tekstur, kedalaman lapisan, dan warna, pada lapisan ke 6 kedalamannya 13cm sedangkan lapisan ke 7 kedalamannya 15cm dengan warna lapisan 6 warna ledis brown, sedangkan lapisan ke 7 berwarna felly yellow pada teksturnya sama bertekstur pasir. Pada lapisan terakhir strukturnya keras dan apa bila ingin menghancurkannya, harus diremas dengan tenaga yang kuat, karna pada dasarnya lapisan bawah terdapat sedikit unsur  hara, dan pada lapisan bawah tidak adanya kandungan bahan organik karna pada dasarnya bahan oganik terdapat  pada lapisan tanah paling atas.
















BAB IV. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
           Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Analisa tanah bertujuan untuk menentukan sifat fisika dan kimia tanah juga mengetahui lebih dini zat beracun tanah.
2.      Lapisan 1 mempunyai kedalaman 25cm dengan warna hitam memiliki batas lapisan nyata, konsistensi tanah lepas, tekstur pasir, struktur kasar dan ada sedikit bercak.
3.      Pada lapisan 6 dan 7 umumnya sama tapi yang membedakan hanya warna, dan  kedalamannya.

5.2. Saran
           Pada praktikum dibutuhkan ketelatenan dalam melihat atau mengidentifikasi jenis tanah.











DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Profil Tanah. http://wahyuaksari.wordpress.com/literatur/profil-tanah/. Diakses pada tanggal 18 Juni 2013.
Ariyanto, Dwi. 2010. Struktur Tanah. http://ariyanto_staff.pertanian.uns.ac.id//  [Diakses pada tanggal 30 Mei 2013]
Buckman and Brady .2006 . Ilmu Tanah. Bhrata Karya Akasara . Jakarta.        
Foth, Henry D. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta. Erlangga
Hakim, N. dkk.2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah , Penerbit Universitas Lampung. Lampung
Handriyanto .2011. http://www.unsiklopedia bebas .com/Struktur Tanah. Diakses pada tanggal 28 Mei 2013.
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Baja Grafino Persada. Jakarta.
Handayani, S. 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jurusan Fakultas Pertanian UGM. UGM Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno. 2006. Ilmu Tanah. Akademika. Jakarta.
Indranada K. Henny. 2008 . Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.
Nurhidayati. 2006. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Unisma . Malang.
Praharyanto. 2002. Tekstur Tanah. http//www.praharyanto-zone.blogspot.com/2012/Tekstur tanah// xiaoau89 (diakses pada tanggal 20 mei 2013)
Purwodido. 2006. Ganesa Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor Press. Bogor.
Sirada, Sa dan M. Nitrisaputro. 2005. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Beberapa Daerah di Jawa Tengah dan di Jawa Timur-Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Halaman:49.
Soepardi. 2012. Pengukuran pH Tanah. http:// www.soepardi.zone.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 Juni 2013.
Sutanto, Rahchman. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  Kanisius.Yogyakarta.
Syarif. H.F, Syarifudin. 2005. Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Yunus, Yuswar. 2006. Tanah dan Pengolahan. CV Alfabeta . Bandung.
`

Komentar