BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tanah
merupakan bahan alam yang memiliki wujud tersendiri. Dalam kehidupan sehari –
hari tanah sangat dibutuhkan. Selain sebagai tempat berpijak, tanah merupakan
media tanam bagi tumbuhan. Tanah terdiri dari empat komponen utama yaitu bahan
mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Tanah terdiri dari empat komponen
utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Tanah
dipengaruhi oleh proses gabungan anasir alami yaitu bahan induk, iklim, topografi,
dan organisme yang bekerja pada waktu tertentu. Pengaruh tersebut mengakibatkan
kenampakan dan sifat-sifat tanah didaerah tertentu berbeda dengan daerah lain.
Dengan kata lain oleh karena intensitas faktor – faktor pembentukan tanah antar
daerah satu dengan yang lain berbeda, makan tanah yang terbentuk juga berbeda.
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh
berbagai kakas (matrik, osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan
dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik
zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang
dapat diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap
dinamakan air ketersediaan. Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat
spesifik yang berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan)
lengas tanah dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas
tanah dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah
dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi.
1.2.
Tujuan Praktikum
Praktikum penetapan kadar tanah bertujuan untuk
menetapkan kadar lengas contoh tanah kering udara, menetapkan kadar lengas
kapasitas lapang, dan menetapkan kapasitas lengas maksimum.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah
adalah lapisan permukaan bumi yang secara
fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran
penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana
dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl);
dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman
obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Hakim, dkk., 2008).
Lengas tanah adalah air yang
terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas (matrik, osmosis, dan
kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah
dan kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga
menentukan beberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah
yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan air ketersediaan (Notohadiprabowo, 2006).
Kandungan air tanah dapat
ditentukan dengan beberapa cara. Sering kali istilah-istilah nisbih, seperti
basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar
air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi
dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh (Buckman, 2006).
Di dalam tanah, air
berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan
jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan ini jumlah tanah
yang disimpan di dalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas
penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami
pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi
air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh
(Handriyanto, 2010).
Tanah entisol
mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga struktur lepas, porositas aerasi
besar dan permeabilitas cepat. Selain itu, kadar lempung dan bahan organik
rendah menyebabkan kapasitas menahan air dan unsur hara rendah, agregasi lemah,
kemantapan agregat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mengalami
dispersi bila mengalami tumbukan air hujan dan mengakibatkan tanah mudah
tererosi dan agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang sangat halus
menutupi pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi tanah
(Handayanto, 2009).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Jum’at tanggal 10 Mei 2013 pada pukul 14.45 sampai dengan 15.55 WITA, di
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan
Praktikum
3.2.1.
Alat
Adapun alat-alat yang
digunakan dalam praktikum diantaranya adalah cawan kosong, timbangan, oven, dan
eksikator, dan cawan tetes.
3.2.2.
Bahan
Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum diantaranya adalah tanah entisol,
air dan kertas label.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Kadar Lengas Contoh Tanah
Kapasitas Kering Angin
1. Timbang cawan kosong
bersih (a gr)
2. Masukkan tanah entisol ke
dalam cawan kira-kira setengah tinggi bejana, kemudian
ditimbang (b gr)
3. Dengan tutup terbuka,
masukkan cawan tersebut kedalam oven yang telah diatur temperaturnya 105o
C - 110o C, dibiarkan selama 17 jam
4. Setelah di oven,
dikeluarkan dan didinginkan di dalam eksikator kira-kira 15 menit, kemudian
ditimbang (c gr)
3.3.2. Kadar Lengas Contoh Tanah
Kapasitas Lapang
1. Timbang cawan kosong
bersih (a gr)
2. Masukkan tanah
entisol ke dalam cawan kira-kira setengah tinggi bejana, kemudian ditimbang (b gr)
3. Secara
perlahan-lahan, ditetesi dengan air sampai tanah dalam bejana penuh dengan air.
4. Dengan tutup terbuka,
masukkan cawan tersebut ke dalam oven yang telah diatur temperaturnya 105o
C - 110o C, dibiarkan selama 17 jam.
5. Setelah di oven,
dikeluarkan dan didinginkan di dalam eksikator kira-kira 15 menit, kemudian
ditimbang (c gr)
3.3.3. Kadar Lengas Contoh Maksimum
Tanah
1. Timbang cawan kosong
bersih (a gr)
2. Masukkan tanah entisol ke
dalam cawan kira-kira setengah tinggi bejana,
kemudian ditimbang b gr)
3. Secara
perlahan-lahan, ditetesi dengan air sampai tanah dalam bejana penuh dengan air.
4. Dengan tutup terbuka,
masukkan cawan tersebut ke dalam oven yang telah diatur temperaturnya 105o
C - 110o C, dibiarkan selama 17 jam.
5. Setelah di oven,
dikeluarkan dan didinginkan di dalam eksikator kira-kira 15 menit, kemudian
ditimbang (c gr)
6. Buang tanah yang sudah
ditimbang dalam cawan tersebut, kemudian timbang kembali cawan yang telah
kosong tersebut (d gr)
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Table 1. Hasil Pengamatan Kadar
Lengas
NO
|
Contoh Tanah
|
Berat ( gr )
|
Kadar Lengas (%)
|
|||
A
|
B
|
c
|
d
|
|||
1.
|
Kadar
Lengas Tanah Kering
|
16,89
|
24,40
|
24,27
|
-
|
1,76
|
2.
|
Kadar
Lengas Kapasitas Lapang
|
14,56
|
23,52
|
20,28
|
-
|
56,64
|
3.
|
Kadar
Lengas Maksimum Tanah
|
17,35
|
26,65
|
22,96
|
17,41
|
66,84
|
4.2.
Pembahasan
Di
dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah
dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan ini
jumlah tanah yang disimpan di dalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut
kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami
pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi
air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh.
Pada praktikum ini yang diamati kadar lengas suatu jenis tanah, kadar
lengas itu sendiri adalah kandungan uap air yang terdapat pada pori tanah.
Faktor-faktor kandungan lengas dalam tanah di pengaruhi oleh analisis iklim,
kandungan bahan organic, dan bahan penutup tanah (organik maupun anorganik).
Pemahaman
kadar lengas dalam bidang pertanian sangat penting karena lewat proses
pengaturan lengas ini di control juga serapan hara dan pernapasan akar-akar
tanaman. Dari kadar lengas juga dapat diketahui kapasitas lengas Maksimum suatu
tanah. Manfaatnya dapat digunakan untuk menduga kehilangan air selama pengairan
dan daya simpan lengas juga dapat di ketahui. Metode yang digunakan dalam
praktek ini adalah metode gravimetris yaitu menghitung selisih berat lengas antara
sebelum dan setelah dikeringkan, metode ini digunakan keran lebih cepat, akan tetapi
penimbangannya harus dilakukan dengan ketelitian sebab jika terjadi kekeliruan
sedalam penimbangan maka hasil akan menyimpang dari tensi, jenis tanah yang
digunakan adalah tanah entisol.
Dari hasil praktikum
didapatkan kadar lengas contoh tanah kering angin sebanyak 1,76 %, kadar lengas
kapasitas lapang sebanyak 56,64 % dan kadar lengas maksimum tanah sebanyak
66,84 %. Tanah entisol mempunyai kadar lengas yang kurang dari 40 %, namun dari
hasil praktikum yang dilakukan di dapatkan kadar lengas yang lebih dari 40 %,
hal itu bisa terjadi karena mungkin terjadi kesalahan pada saat menimbang, dan
praktikan kurang teliti dalam melaksanakan praktikum.
Manfaat mengetahui lengas
tanah dalam bidang pertanian adalah tanah bermanfaat untuk menduga kebutuhan
air untuk persawahan, menduga kebutuhan air selama proses irigasi dan
mengetahui kemampuan suatu jenis tanah, mengenal daya simpan lengas atau
airnya.
BAB
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
1.
Kadar lengas tanah
adalah kemampuan tanah menyimpan uap air di dalam pori-porinya.
2.
Kadar lengas tanah
dipengaruhi oleh anasir iklim, relief, kandungan bahan organik dan lempung
tanah.
3.
Tanah entisol adalah
jenis tanah yang berpasir. Tanah entisol, mempunyai kadar lengas tanah kering
1,76 %, kadar lengas kapasitas lapang 56,64 % dan kadar lengas maksimum tanah
66,84 %.
5.2. Saran
Sebaiknya
dalam melaksanakan praktikum ini, praktikan harus cermat dan teliti dalam
mengamati dan menghitung kadar lengas tanah, agar tidak terjadi kesalahan dalam
menghitung kadar lengas tanah.
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu komponen abiotik pada permukaan
bumi yang sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah menjadi sangat penting
karena tanah menyediakan unsur hara, seperti mineral, bahan organik, air dan
udara bagi tumbuhan untuk proses fotosintesis. Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang
menangkap sinar matahari. Disamping itu kebanyakan unsur-unsur dalam usaha
memelihara kehidupan berada pada siklus yang lebih berat ke tanah dalam
hubungan ini tanah menyediakan lingkungan yang cocok untuk terlaksananya
pelapukan bahan-bahan mati dengan cukup cepat melalui aktivitas mikroorganisme
terhadap senyawa-senyawa dasar untuk dapat segera menyusul memasuki kembali
siklus, terutama melalui vegetasi. Tanah terdiri
dari gumpalan-gumpalan kecil beraneka bentuk yang disebut agregat sekunder
tanah. Bagian-bagian ini terbentuk dari penggabungan butir-butir lebih kecil
yang disebut agregat primer. Agregat primer tersusun dari butir-butir mineral
atau pecahan batuan berbagai bentuk dan ukuran yang diselaputi oleh
senyawa-senyawa hasil pelapukan.Senyawa hasil pelapukan mineral dan pecahan
batuan terdiri dari koloid tanah, senyawa kapur, senyawa besi dan almunium yang
bertindak sebagai perekat yang menggabungkan agregat-agregat primer. Agregat
primer tersusun dari butir-butir mineral atau pecaahn batuan berbagai bentuk
dan ukuran yang diselaputi oleh senyawa-senyawa hasil pelapukan.
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah.keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap
keaadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas
tanah, porositas, dan lain-lain. Gabungan dari fraksi liat, debu dan pasir
disebut sebagai kelas tekstur. Pada umumnya tanah asli merupakan campuran
butiran-butiran yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda.
1.2.
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ini
yaitu untuk menetapkan kelas tekstur tanah secara kuantitatif dan kualitatif.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi
utama tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar mencari ruang untuk
berpenetrasi baik secara lateral atau horizontal dan vertikal. Hal ini
tergantung pada ruang pori-pori yang terbentuk diantara partikel-partikel
tanah. Tesktur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi relatif antara fraksi pasir (diameter
0,20 - 2,00 mm), debu (0,002 – 0,20 mm) dan liat (diameter < 2,00 mm). Di
dalam pengklasifikasian tekstur tanah terdapat sistem USDA dan sistem
internasional (Hanafiah, 2007).
Tekstur
tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah
butir liat, diikuti butir debu, pasir dan kerikil. Tekstur tanah dikatakan baik
apabila komposisi dari pasir, debu, dan litanya hampir sama atau seimbang.
Tanah seperti itu disebut tanah lempung (Sutanto, 2009)
Tekstur tanah mempunyai
hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah dan
hara tanah. Selain itu juga berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah.
Faktor-faktor fisik tanah yang dipengaruhi oleh tekstur tanah adalah
konsistensi, kadar air, organism, perakaran dan pengobatan (Purwadido, 2006)
Tekstur tanah berengaruh
terhadap ketersediaan air yang ada di dalam tanah, semakin besar maka akan
semakin porus. Semakin akar mudah melakukan penetrasi. Untuk mengetahui peranan
tekstur tanah bagi ketersediaan air, unsur hara dan pertumbuhan tanaman, maka
pentingnya dilakukan pengamatan tekstur tanah ini, sehingga akan menjadi
optimal ( Praharyanto, 2012)
Di
daerah tropis tanaman melakukan beberapa persyaratan kondisi fisik untuk dapat
tumbuh dengan baik, sebagai contoh tanaman jahe. Tanah yang sesuai dengan
tanaman jahe adalah liat, liat lempung pasiran, liat berpasir, lempung pasiran
(Siradz dan Mulyono, 2005)
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
1.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 17 Mei 2013, pada pukul 14.45 sampai
dengan 15.55, di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
1.2.
Alat dan Bahan
1.2.1. Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum diantaranya adalah 3 buah tabung
sedimentasi, stopwacth, plastik dan karet gelang.
1.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3
buah sampel tanah (I, C, G) untuk menetapkan kelas tekstur tanah secara
kualitatif (lapangan) dan sampel tanah x, untuk menetapkan kelas tekstur tanah
secara kuantitatif (cara laboratorium), 5 ml NaOH dan aquadesh.
1.3.
Prosedur
Kerja
1.3.1.
Menetapkan Kelas Tekstur Tanah Secara Kuantitatif (cara laboratorium)
1. Disiapkan
contoh tanah x 2mm, kemudian diletakkan tabung sedimentasi secara tegak lurus
tersebut pada sebuah rak.
2. Dimasukkan
contoh tanah ke dalam tabung I sampai garis 15 dan ditambahkan 5 ml NaOH.
3. Ditambahkan
aquadesh hingga tanda pada garis Y5, kemudian ditutup rapat menggunakan plastik,
lalu diikat dengan karet gelang.
4. Dikocok
selama 10 menit hingga homogeny
5. Dibuka
tutup tadi, diletakkan pada rak dan biarkan mengendap selama 30 detik
6. Dituangkan
larutan I dengan perlahan-lahan ke dalam tabung II dan biarkan mengendap selama
30 menit.
7. Setelah
itu dituangkan larutan tabung II ke dalam tabung III
8. Dihitung
presentasi fraksi-fraksi tanah tersebut.
1.3.2. Menetapkan
tekstur tanah secara kualitatif (cara lapangan)
1. Disiapkan
3 sampel tanah (I,C, G)
2. Diambil
tanah I menggunakan ibu jari dan telunjuk, lalu dibasahi dengan air
3. Dilakukan
pengulian menggunakan ibu jari dan telunjuk selama beberapa menit
4. Dicatat
seberapa banyak fraksi pasir, debu dan liatnya
5. Dilakukan
langkah 2-4 pada sampel tanah C dan G.
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Berdasarkan pada hasil
pengamatan secara kuantitatif didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil pengamatan secara
kuantitatif.
Sampel
|
Pasir
|
Debu
|
Liat
|
Kelas
Tekstur
|
X
|
46,6
%
|
26,6
%
|
26,8
%
|
Lempung
Liat Berpasir ( SCL )
|
Sedangkan pada pengamatan
yang dilakukan secara kualitatif didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil pengamatan secara
kualitatif.
Sampel
|
Pasir
|
Debu
|
Liat
|
Kelas
Tekstur
|
I
|
40
|
25
|
35
|
Lempung
Berliat ( CL )
|
C
|
10
|
50
|
40
|
Liat
Berdebu ( SiC )
|
G
|
25
|
55
|
20
|
Lempung
Berdebu ( Si.L )
|
4.2. Pembahasan
Tekstur tanah adalah perbandingan
relatif halus kasarnya fraksi tanah halus dari berbagai ukuran (pasir, debu,
liat). Tekstur tanah merupakan pembagian ukuran butir-butir tanah. Butir-butir
tanah yang terkecil adalah liat, diikuti oleh debu dan pasir. Tekstur tanah mempunyai
hubungan dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah, dan unsur hara
tanah, tekstur tanah juga berpengaruh terhadap ketersediaan air di dalam tanah,
dimana semakin besar maka akan semakin besar maka akan semakin porus, maka akan
semakin mudah melakukan pemetrasi. Ada 2 cara untuk menentukan kelas tekstur
tanah, yaitu dengan cara kuantitatif (cara laboratorium) dengan menggunakan sistem
tabung sedimentasi dan dengan cara kualitatif (cara lapangan) yaitu dengan cara
menguli menggunakan ibu jari dan telunjuk. Pada pengamatan secara kuantitatif
digunakan proses pengendapan untuk memisahkan fraksi pasir, debu dan liat.
Berdasarkan pada hasil pengamatan mengglunakan system tabung sedimentasi,
didapatkan fraksi pasir 46,6%, fraksi debu 26,6% dan fraksi liat 26,8%. Oleh
karena itu sampel tanah X termasuk kedalam kelas tekstur lempung lit berpasir
(SCL).
Pada penetapan kelas tekstur
tanah secara kualitatif ini didasarkan pada hasil pengulian, dimana
masing-masing fraksi akan menunjukkan cirri-ciri tersendiri, pada pengulian
pasir akan terasa kasar (menusuk), pada debu pengulian akan terasa licin,
(seperti sabun), dan pada liat pengulian akan terasa lekat. Hasil pengamatan
yang dilakukan secara kulitatif dengan cara menguli menggunakan ibu jari dan telunjuk
didapatkan 40% fraksi pasir, 25% fraksi debu dan 35% fraksi liat pada tanah I,
maka dari itu sampel tanah I termasuk kedalam kelas tekstur empung berliat (CL). Pada sampel tanah C didapatkan
10% faraksi pasir, 50% fraksi debu,dan
40% fraksi liat, maka dari itu tanah C termasuk ke dalam tekstur liat berdebu (SIC),
sedangkan pada sampel tanah G didapatkan 25% fraksi pasir, 55% fraksi debu, 20%
fraksi liat, maka dari itu sampel tanah G termasuk kedalam kelas tekstur
lempung berdebu (Si.C).
Menurut butiran-butiran
penyusunanya, tanah terdiri atasbatu, erikil, pasir, lumpur, tanah liat, serta
debu. Batu kerikil merupkan penyusun tanah yang paling kecil adalah debu.
Butiran debu ini sangat halus dan ringan sehingga mudah diterbangkan angin.
Penyusun tanah sangat erat kaitannya dengan daya peresapan air, tanah yang
mengandung banyak debu atau butiran-butiran tanah liat sukar dilalui air,
sebaliknya tanah yang mengandung banyak psir mudah dilalui air. Untuk
menetukan tekstur tanah dapat digunakan
segitiga tekstur menurut USDA.
BAB
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tekstur
tanah merupakan pembagian ukuran butir-butir tanah yaitu pasir. debu, dan liat.
2. Percobaan
penetuan tekstur tanah dilakukan dengan dua metode, yaitu secara kualitatif
(cara lapangan) dan kuantiatif (cara laboratorium).
3. Hasil
pengamatan secara kuantitatif didapatkan tanah X mengandung pasir sebanyak
46,6%, debu 26,6%, liat 26,8% dan termasuk dalam kelas tekstur lempung liat
berpasir (SCL).
4. Tanah
sampel 1 termasuk dalam kelas tekstur lempung berliat (CC), tanah C termasuk
kelas tekstur liat berdebu (SiC), dan tanah G termasuk kelas lempung berdebu
(Si.l)
5.2. Saran
Dalam mempelajari ilmu tanah, kita
harrus benarr-benar mengetahui tentang sifat-sifat tanah salah satunya yaitu
tekstur tanah karena kondisi tekstur tanah akan menentukan bagaimana mengolah
tanah yang baik dan efisien.
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Tanah adalah bahan alam yang
memiliki wujud tersendiri. Dalam kehidupan sehari-hari tanah sangat dibutuhkan.
Selain sebagai tempat berpijak, tanah merupakan media tanam bagi tumbuhan.
Tanah merupakan suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat,
cair dan gas yang terdapat dipermukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuan
dan dekomposisi bahan organik.
Struktur tanah merupakan sifat fisik
tanah yang menggambarkan susunan partikel-partikel tanah yang bergabung satu
dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur
tanah berhubungan dengan cara dimana, patikel pasir debu dan liat relative
disusun satu sama lain, struktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang
snagat mempengaruhi sifat tanah yang lain serta besar pengaruhnya terhadap
kemampuan tanah sebagai media tanam. Struktur tanah berpengaruh terhadap
gerakan air, gerakan udara, suhu udara, suhu tanah dan hambatan perkecambahn
biji serta penetrasi akar tanaman.
1.2.Tujuan praktikum
Praktikum struktur tanah bertujuan
untuk menetapkan kerapatan butir tanah (BJ), menetapkan kerapatan massa tanah
(BV) dan menghitung porositas tanah (n).
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Struktur
tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-patikel tanah seperti pasir,
debu, dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatsi
oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut
ped, struktur yang dapat memodifikasi pengaruh tekstur tanah dalam hubungannya
dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan
pengaruh permukaan akar (Madjid, 2007).
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaru
tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersediannya unsure
hara, kegiatan jasad hidup dah perubahan akar, struktur lapisan dipengaruhi
oleh praktis dan dimana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman
(Ariyanto, 2010).
Struktur tanah merupakan susunan ikatan
partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah terbentuk sebagai agregat tanah.
Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari
luar disebut ped. Sedangkan ikatan yang merupakan gempalan tanah yang sudah
terbentuk akibat penggumpalan tanah yang disebut clod (Hanafiah, 2007).
Struktur tanah menggambarkan cara
bersatunya partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat) menjadi
butir-butir (agregat) tanah, menurut bentuk ped, struktur tanah dapat
digolongkan dalam bentuk lempung (platy), prismatik, kolumnar, kubus menyudut,
kubus membulat (subangular blocky), kersay (granular), dan remah (crumb). Tanah yang tidak
membentuk struktur data butiran tunggal
(single grain) atau massif (massa tanah tidak menunjukkan bidang-bidang
pemisah) (Purwadido, 2006).
Komponen–komponen tanah yang mengikat
fraksi pasir dan debu membentuk struktur tanah yang tersusun adalah liat, bahan
organic, dan seskuioksida. Bila ikatan antara partikel-partikel tanah lemah,
tenaga mekanik akan mudah memisahkan partikel-partikel tanah dan akibatnya
pori-pori tanah tertutup dan kontinuitas pori-pori tanah terganggu (Sutanto,
2009).
BAB III. METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat praktikum
Praktikum struktur tanah
dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 24 mei 2013 pada pukul 14.45 sampai
dengan 15.55 WITA, di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1.
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam
praktikum diantanya adalah piknometer, thermometer, tali dan timbangan
analitik.
3.2.2
Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum diantanya adalah tanah entisol.
3.3. Prosedur
Kerja
3.3.1. Kerapatan butir tanah (BJ)
1. Ditimbang piknometer
yang kosong, bersih, bersumbat (a gr)
2. Diisi piknometer
dengan air suling sampai penuh
3. Ditimbang
piknometer yang diisi air (b gr) kemudian di ukur temperatur air dalam piknometer
dengan pembulatan. Lihat dalam daftar yang tersedia berapa BJ air pada temperature itu (misal BJ I)
4.
Air didalam piknomeer dibuang, dan dibersihkan dengan alcohol 3 tetes kemudian
buang dan diiamkan 5 menit.
5. Dimasukkan
tanah entisol 5gr, kemudian dipasang sumbatnya, dan ditimbang (c gr).
6.
Piknometer di isi dengan air kira-kira
setengahnya. Tanah diaduk-aduk dengan kawat pengaduk halus untuk menghilangkan
udara yang terserap dalam tanah, kemudian ditimbang (d gr) dan kemudian diukur
temperaturnya.
3.3.2. Kerapatan Massa (BV)
1. Diambil sebongkah tanah entisol, kemudian ditimbang (a gr)
2. Dimasukkan tanah kedalam lilin yang dicairkan, terus diangkat
dan dibiarkan terrgantung sampai lapisan lilin
membeku.
3. Setelah
selaput lilin cukup keras, kemudian ditimbang (b gr)
4. Diisi tabung dengan air sampai volume
tertentu, bongkah lilin ditenggelamkan kedalam air yang menyababkan permukaan
air akan naik.
5. Diambil bongkah tanah yang
sejenis dan tetapkan kadar lengasnya untuk
mendapatkan berat tanah kering mutlak.
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Berdasarkan
pada hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil pengamatan BJ dan BV
BJ
|
BV
|
|||||||||
a(gr)
|
b(gr)
|
c(gr)
|
Suhu
|
BJ1
|
d(gr)
|
Suhu
|
BJ2
|
a
(gr)
|
b
(gr)
|
X
|
30,31
|
80,12
|
35,20
|
30oc
|
0,996
|
82,79
|
30oc
|
0,996
|
10,21
|
11,58
|
20
|
4.2. Pembahasan
Struktur tanah merupakan
gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena
butir-butir pasir, debu dan liat terikatsatu sama lain oleh suatu perekat.
Dimana struktur tanah mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda.
Komponen-komponen
tanah yang mengikat fraksi pasir dan debu membentuk struktur yang tersusun,
seperti liat, bahan organik dan lain-lain. Bila ikatan antara partikel-partikel
tanah lemah, maka tenaga mekanik akan mudah memisahkan partikel-partikel tanah
dan mengakibatkan pori-pori tanah tertutup dan kontinuitas pori-pori tanah akan
terganggu.
Tanah yang hancur menutupi
pori-pori lapisan atas tanah akan mengurangi kapasitas infiltrasi air pada
tanah tersebut. Tanah yang kompak pada lapisan paling atas tanah menyebabkan
aerasi memburuk dan menimbulkan aliran permukaan yang lebih besar sehingga
resiko aerasi tanah menjadi lebih serius.
Dalam praktikum struktur
tanah, tanah yang digunakan adalah tanah entisol. Tanah entisol adalah tanah
yang belum mengalami perkembangan penampang tanah. Tanah ini umumnya terbenuk
dari pengendap baru atau tanah-tanah yang mengalami proses erosi secara
kontinyu, sehingga seolah-olah terjadi pemudaan kembali. Tanah entisol memiliki
sifat fisik tanah yaitu permeabilitas rendah sehingga kurang menangkap air. Tanah
entisol umumnya berstruktur pasir dengan porositas total dari suatu material
dimana pori total terdiri dari pori mikro dan makro. Pori-pori tanah sangat
penting dalam pertumbuhan tanaman. Dimana berfungsi sebagai pertukaran udara (O2)
bagi organisme yang terdapat di dalamnya serta bagi akar tumbuhan. Selain itu
pori-pori tanah juga dapat menahan air dalam tanah, sehingga tumbuhan dapat
menyerap air dengan baik untuk kelangsungan hidup. Tanaman yang ada di tanah
yang memiliki pori-pori yang baik akan subur karena kaya akan air dan udara
sehingga organisme yang ada akan lestari.
Dari hasil praktikum
struktur tanah didapatkan hasil Berat Jenis Tanah (BJ) sebesar 9,81g/cm3
dan Berat Volume Tanah (BV) sebesar 0,34 g/cm3 dan Porositas Total
Tanah (n) yaitu 96,6 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah ialah
tekstur tanah, aktivitas organisme, bahan organik, kandungan liat dan perakaran
sedangkan faktor-faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanah adalah pergerakan
air, perakaran tanah, pengolahan, konsistensi, erosi dan porositas.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan
dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Struktur
tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Dari hasil praktikum
didapatkan BJ sebesar 9,81g/cm3,
BV sebesar 0,34 g/cm3 dan Porositas Total Tanah sebesar 96,6 %.
2. Tanah
yang digunakan berbentuk padat dan kering. Struktur tanah merupakann salah satu
sifat dasar tanah yang lain serta besar pengaruhnya terhadap pengaruh tanah
sebagai media tanam.
3. Tanah
entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan penampang tanah.
4. Tanah
entisol memiliki sifat fisik tanah yaitu permeabilitas rendah sehingga kurang
menangkap air.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam melakukan
penimbangan dan pengukuran temperatur suhu diperlukan ketelitian pada praktikum
agar hasil yang didapatkan tidak salah.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
.Latar belakang
Warna
tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang perlu diketahui, karena dapat
dijadikan peunjuk adanya sifat-sifat khusus dari tanah tersebut. Tanah berwarna
gelap mencirikan kandungan bahan organik yang tinggi, warna kelabu menunjukkan pengaruh air yang dominan, warna
merah menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan yang lanjut. Warna
tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada
Munsell Soil Color Chart. Warna dinyatakan dalam tiga satuan atau variabelyaitu
hue, valeu, dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya
sinar yang dipantulkan. Chroma mnunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna
spektrum ( hue).
Warna
tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam
menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab, atau kering. Oeh
karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut tentang warna tanah dilakukanlah
percobaan, dalam percobaan ini digunakan contoh tanah entisol kering dan
entisol basah.
1.2.Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara menetukan warna tanah
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Warna tanah merupakan gabugan berbagai warna
komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna
tanah yangb dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh
luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing
terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan
menentukan warna tanah (Sutanto, 2005).
Warna tanah dapat digunakan sebagai petunjuk
sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik, kondisi drainase, aerase
serta menggunakan bahan warna tanah dalam mengklasifikasi tanah dan mencirikan
perbedaan horison-horison dalam tanah. Tanah dengan drainase yang terhambat
biasanya banyak mengandung bahan organik pada lapisan atas (Ariyanto, 2010).
Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh
kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi. Bahan organik dalam
tanah akan menghasilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat
pengaruh mineral seperti besi oksida ataupu akumulasi garam-garam sehingga
sering terjadi modifikasi dari warna-warna diatas (Winarso,2005).
Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor
yaitu jenis mineral dan jumlahnya, kandungan bahan organik tanah dan kadar air
tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mneral feldspar, kaolin,
kapur kuarsa dapat menyebabkan beragam warna dari putih hingga merah (Hanafiah,
2007).
Warna tanah ditentukan dengan menggunakan
wara-warna baku yang terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart. Warna baku
ini adalah warna yang disusun oleh tiga variabel yaitu hue, value, dan chroma.
Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombang. Value
menunjukan gelap terangnya warna sesuai dengan jumlah sinar yang dipantulkan.
Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum (Handayani,
2009).
BAB III.METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Mei 2013 di Laboratorium Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3.2.
Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat-aat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah buku Munsell Soil Color Chart dan botol semprot.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah contoh tanah entisol dan aquades.
3.3. Prosedur Kerja
1. Diambil bongkah tanah dengan permukaan asli.
Jika tanah dalam keadaan kering bisa dibasahkan untuk memperoleh permukaan
asli.
2. Dibandingkan warna tanah dengan warna-warna
pada buku Munsell Soil Color Chart.
3. Dicatat hue, value, dan chroma
4. Diakukan pengamatan serupa (bongkah-bongkah)
untuk tanah dalam keadaan lembab atau basah.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Berdasarkan
hasil pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil pengamatan warna tanah.
Tanah Entisol
|
Variabel
|
Notasi Warna
|
Warna Tanah
|
||
Hue
|
Value
|
Chroma
|
|||
Kering
|
7,5 YR
|
6
|
3
|
7,5 YR 6/3
|
Light Brown (Coklat Cerah)
|
Basah
|
2,5 YR
|
3
|
2
|
2,5 YR 3/2
|
Dark Brown (Coklat Gelap)
|
4.2. Pembahasan
Warna
tanah menentukan kualitas tanah. Semakin gelap warna tanah, maka tanah semakin
bagus, karena mengandung banyak bahan organik. Dalam praktikum ini digunakan
tanah entisol. Tanah entisol mrupakan tanah yang cenderung menjadi tanah asal
baru atau tanah yang belum mengalami perkembangan penampang tanah.
Pada
tanah entisol kering, warna spektrum dominan (hue) yaitu 7,5 YR, mempunyai
value 6, yaitu tingkat kecerahan warna tanahnya cukup tinggi dan mempunyai
chroma 3, yang secara keseluruhan disebut 7,5 YR 6/3 artinya tanah ini berwarna
coklat cerah (light brown).
Pada
tanah etisol basah, warna spektrum dominan (hue) yaitu 2,5 YR, mempunyai value
sebesar 3 yaitu tingkat kecerahannya kurang dan mempunyai chroma 2, yang secara
keseluruhan disebut 2,5YR 3/2 artinya tanah ini berwarna coklat gelap.
Warna
tanah dapat digunakan sebagai petunjuk sifat-sifat tanh seperti kandungan bahan
organik, kondisi drainase, aerase serta menggunakan bahan warna tanah dalam
mengklasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan horison-horison dalam tanah.
Intensitas warna tanah dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jenis mineralnya
serta jumlahnya, kandungan bahan organik tanah dan kadar air tanah dan tingkat
hidratasi.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
- Terdapat variable dalam menentukan warna tanah yaitu hue, value, dan chroma
- Warna tanah menentukan kualitas tanah, warna tanah dapat dientukan menggunakan buku Munsel Soil Color Chart.
- Pada tanah yang kering berwarna coklat cerah (light brown) yaitu dengan Hue 7,5 YR, Value 6, dan Chroma 3.
- Pada tanah yang lembab atau basah berwarna coklat gelap (dark brown) yaitu dengan Hue 2,5 YR, Value 3, dan Chroma 2
5.2. Saran
Pada warna tanah, sebelum melakukan penanaman sebaiknya cek terlebih
dahulu warna tanahnya, sehingga dapat ditentukan jenis tersebut dan cocok untuk
dijadikan media tanam.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakan
pH
tanah adalah ukuran aktivitas ion hidrogen dalam larutan pH tertentu pada tanah
dilakukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH
tanah adalah uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah
pertumbuhan tanaman. Biasanya tanah pada daerah kering bersifat basa dan pada
tanah basah bersifat masam. Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi
kepekatan/konsentrasi (H+) dalam tanah, makin rendah pH tanah dan
sebaliknya.
Sehubungan
dengan nilai pH dijumpai tiga kemungkinan yaitu asam, netral, dan basa.
Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktual dan kemasaman potensial.
Kemasaman aktual menggambarkan aktivitas ion hydrogen yang ada dalam larutan
tanah. Sebagai pelarutnya digunakan H2O, sehingga sering disebut pH
H2O. Kemasaman potensial menggambarkan aktivitas ion hydrogen yang
ada dalam larutan tanah dan kompleks jerapan koloid tanah yang mudah tertukar.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut tentang kemasaman tanah maka
dilakukan praktikum kemasaman tanah ini.
1.2.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengukur pH tanah aktual dan potensial dan menetukan
muatan tanah melalui pengukuran pH.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab
terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara yang juga terdapat beberapa
hubungan dengan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada
umumnya pH tanah ditentukan oleh percampuran satu bagian air suling untuk mendapatkan
tanah dan air sampai mendekati
keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah (Syarifuddin, 2005).
Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+
di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka
semakin masam tanah tersebut. Didalam tanah selain H+ dan ion-ion
lain ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik
dengan ion H+. Kemasaman tanah terdapat pada daerah curah hujan
tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar pada tanaman, sehingga kemasaman
tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting
(Foth, 2007).
Kondisi pH tanah
mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya
teradap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur-unsur beracun. Beberapa unsur
hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH tanah
dinaikkan dari 5,0 menjadi 7,5 atau 8,0. Pada pH tinggi, ion bikarbonat akan
dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat mengganggu serapan normal unsur
hara lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Soepardi, 2012).
Sifat kemasaman tanah ada dua jenis yaitu kemasaman aktif
dan kemasaman potensial. Reaksi kemasaman aktif adalah yang diukurnya
konsentrasi ion H+ yang terdapat pada pemakaian sehari-hari. Reaksi
tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat ditukar baik dijerap oleh
kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan (Hardjowigeno, 2006)
Pada umunya pada larutan pertanian, penggunaan pH secara
rutin dilakukan untuk memonitor pengaruh praktek pengolahan pertanian terhadap
efisiensi penggunaan N, kelarutan Al dan hubungannya dengan lingkungan.
Sebagian besar lahan yang mempunyai pH sangat rendah atau tinggi menguntungkan
untuk pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2005).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Mei 2013 pada pukul 14.45 sampai dengan
15.55 di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3.3.
Alat
dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah botol kocok, pengaduk gelas, pH meter.
3.2.2 . Bahan
Adapun bahan-bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah aquades, 0.1 KCl, 0.1 NH2SO4,
dan contoh tanah entisol
3.4.
Prosedur
Kerja
1. Ditimbang
contoh tanah 10 gr, dimasukkan kedalam botol kocok
2. Ditambahkan
aquades 20 ml untuk pH H2O, atau 20 ml 0,1 N KCl untuk pH KCl
3. Dikocok
selama ± 10 menit hingga tanah betul-betul larut, diamkan 15 menit
4. Diukur
pH tanah dengan pH meter.
BAB IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil pengamatan kemasan tanah.
Jenis
pH
|
Hasil
|
Muatan
Tanah Melalui Pengukuran pH
|
Aktual
|
6,01
|
pH
KCl – pH H2O
=
5,40 – 6,01 = -1,39
|
Potensial
|
5,40
|
4.2.Pembahasan
Kemasaman atau pH tanah
adalah ukuran aktivitas ion hydrogen dalam larutan pH tertentu pada tanah
dilakukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Pada praktikum kemasaman
tanah digunakan dua jenis kemasaman yaitu Kemasaman tanah dibedakan atas
kemasaman aktual dan kemasaman potensial. Kemasaman aktual menggambarkan
aktivitas ion hydrogen yang ada dalam larutan tanah, sebagai pelarutnya
digunakan H2O, sehingga sering disebut pH H2O. Kemasaman
potensial menggambarkan aktivitas ion hydrogen yang ada dalam larutan tanah dan
kompleks jerapan koloid tanah yang mudah tertukar, sebagai pelarutnya digunakan
KCl 0.1 N, sehingga disebut pH KCl.
Berdasarkan hasil
percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan, pH tanah aktual yang didapat
adalah 6,01 yang berarti sedikit masam. Sedangkan pH potensial yang didapat
adalah 5,40 yang berarti agak masam. Sementara itu, muatan tanah yang didapat
malalui pengukuran pH yaitu –1,39 yang berarti tanah entisol yang digunakan
bermuatan negatif sehingga ia mampu memegang kation-kation yang diperlukan
tanaman. Jika pH positif, tanah bermuatan positif dan dapat di artikan tanah
tersebut miskin atau tua.
BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari
praktikum dari pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1. pH aktual yang didapatkan yaitu 6,01 dan pH
potensial yang didapat yaitu 5,40
2. Muatan
tanah melalui perhitungan pH didapatkan muatan negatif yaitu -1,39
3. Kondisi
pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman
4. PH
tanah adalah ukuran aktivitas ion hydrogen dalam larutan
5.2.Saran
Pada pH tanah sebaiknya
diukur dulu pH tanahnya, supaya
tanaman yang kan ditanam akan
maksimal. jika pHnya dibawah 7 dalam keadaan masam maka perlu diadakan
pengapuran pada tanah tersebut.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu
keberhasilan penanaman yang diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan
dan perkembangan tanaman sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu
tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah.
Konsistensi tanah merupakan salah satu sifa
fisik tanah yang penting untuk dipahami. Konsistensi tanah dirifkan sehingga
bentuk kerja keras (force) adhesi dan kohesi pada partikel-partikel tanah pada
berbagai tingkat kelengasan. Bentuk kerja tersebut tercermin antara lain,
ketahanan tanah terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi dan tarikan, kecendrungan
massa tanah untuk melekat satu dengan yang lain. Konsistensi berguna dalam
menentukan cara pengolahan tanah yang baik atau itu yang penting bagi penetrasi
akar tanaman dilapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan lengas.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan
dalam tiga kondisi yaitu, basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kaar air tanah diatas
kapasitas lapang. Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada
kondisi kadar air tanah sekitar kapasias lapang Konsistensi kering merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk menetapkan batas cair tanah (BC),
menetapkan batas lekar tanah (BL), menetapkan batas gulung tanah (BG),
menetapkan batas berubah warna (BBW), menghitung jangka olah tanah, menghitung
indeks plastisitas tanah (IP), dan menghitung persediaan air maksimum dalam
tanah (PAM).
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya
mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi
tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab, dan kering.
Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kaar air
tanah diatas kapasitas lapang (field capacity). Konsistensi lembab merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasias
lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi
kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu pentingnyamengetahui tanah
tersebut layak apa tidak untuk dikelola sebagai lahan pertanian (Yunus, 2006).
Konsistensi tanah menunjukan derajat kohesi
dan adhesi diantara partikel-partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh masaa
tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai
kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi
yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh
karena itu, tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab, dan kering, maka
penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tersebut (Weni,
2009).
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara
kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif dilakukan dengan cara memijat
atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan cara kualitatif dilakukan dengan
cara penentuan angka Atterberg (Nurhidayati, 2006).
Pada kondisi basah, konsistensi tanah
dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan kelekatan. Tingkat plastisitas
ditetapkan dari tingkatan sanagat plastis, plastis, agak plastis dan tidak
plastis (kaku). Tingkat kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, dan
sangat lekat.
Pada kondisi lembab, konsistensi tanah
dibedakan kedalam tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai dari lepas,
sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah
gembur berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul.
Pada kondisi kering, konsistensi tanah
dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah. Konsistensi tanah dibedakan
berdasarkan lunak sampai keras, yaitu meliputi lepas, lunak, agak keras, keras,
sangat keras, dan ekstrim keras (Sutanto, 2005).
Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan
paling kering yang disebabkan oleh adanya daya kohesi. Konsistensi sedang pada
waktu lembab karena adanya gaya adhesi. Konsistensi rendah atau sangat rendah
apabila keadaan basah atau sangat basah (Syahwal, 2007).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan
Berdasarkan
pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil pengamatan BC, BL, BG, dan BBW
Kategori
Perhitungan
|
Nilai
|
Hasil Perhitungan
|
||
A
|
B
|
C
|
||
Batas
Cair Tanah (BC)
|
16,16 gr
|
22,18 gr
|
20,29 gr
|
45,76%
|
Batas
Lekat Tanah (BL)
|
17,76 gr
|
25,11 gr
|
23,25 gr
|
33,33%
|
Batas
Gulung Tanah (BG)
|
15,82 gr
|
21,04 gr
|
19,77 gr
|
32,15%
|
Batas
Berubah Warna (BBW)
|
14 gr
|
17,08 gr
|
16,50 gr
|
23,2%
|
Tabel 8. Hasil pengamatan JO, IP, dan PAM
Kategori
Perhitungan
|
Rumus
|
Hasil
|
Jangka
Olah Tanah (JO)
|
BL-BG
|
1,18%
|
Indeks
Plastisitas Tanah (IP)
|
BC-BG
|
-31,15%
|
Persediaan
Air Maksimum Dalam Tanah (PAM)
|
BG-BBW
|
8,95%
|
4.2.Pembahasan
Konsistensi
tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantar partikel-partikel tanah dan
ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh
tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi. Konsistensi tanah
ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah.
Pentingnya
konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien
dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Tanah yang bertekstur
pasir bersifat tidsk lengket, tidak liat, dan lepas-lepas. Sebaliknya tanah
bertekstur lempung berat pada keadaan basah berkonsistensi sangat lengket,
sangat liat dan bila kering bersifat dangat teguh (kuat) dan keras.
Dalam
keadaan kering, tanah tidak mengandung air. Jenis tanah yang konsistensi
keringnya sangat keras adalah tanah vertisol dan redzina, sedangkan konsistensi
kering keras adalah jenis tanah ultisol agak keras adalah alfisol atau entisol.
Konsistensi
tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam praktikum ini digunakan tanah
vertisol. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan batas
cair tanah (BC) sebesar 45,76%, batas cair merupakan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah.
Batas lekat tanah (BL) yang didapat adalah 33,33%, batas lekat merupakan kadar air dimana
tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Batas gulung tanah
(BG) yang didapat adalah 32,15%, batas gulung adalah kadar dimana gulungan tanah mulai tidak dapat
digolek-golek lagi. Batas berubah warna
(BBW) yang didapat adalah 23,2%, batas berubah warna yaitu tanah yang telah mencapai batas menggolek,
masih masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat laun menjadi
kering dan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang.
Jangka
olah tanah yang didapat sebesar 1,18%, menurut harkat angka-angka Atterberg,
harkat jangka olah tanahnya rendah, hal ini berarti tanah lebih sukar diolah.
Indeks plastisitas tanah yang didapat sebesar -31,15%, menurut harkat angka-angka Atterberg,
harkat indeks plastisitas tanahnya rendah. Sementara itu hasil yang didapat
pada persediaan maksimum air dalam tanah
adalah 8,95%.
Konsistensi tanah menentukan kemampuan tanah dilahan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, selain itu konsistensi tanah juga menetukan kemapuan
tanaman memanjangkan akarnya, serta mempengaruhi jumlah oksigen dan air dalam
tanah yang merupakan kebutuhan esensial bagi pertumbuhan tanaman
BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum dari pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Batas Cair Tanah (BC) yang didapat yaitu 36,
40%, batas Lekat Tanah yang didapat yaitu 38,05%, batas Gulung Tanah yang
didapat yaitu 30,39%, batas Berubah Warna yang didapat yaitu 31,50%
2. Jangka Olah Tanah (JO) yang didapat yaitu
7,66% , yang bererti jangka olahnya termasuk rendah
3. Indeks Plastisitas Tanah (IP) yang didapat
yaitu 6,01%, yang berarti indeks plastisitasnya termasuk rendah
4. Persediaan Air Maksimum Tanah (PAM) yang
didapat yaitu -1,11%
5.2.
Saran
Pada saat praktikum, apabila
tanah mengalami kerekatan maka perlu ditambahkan air, sedangkan apabila tanah
tersebut lunak maka perlu ditambahkan tanah yang digunakan pada praktikum
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah
adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Tanah bervariasi dari satu
tempat ke tempat yang lain, karena keaneka ragaman ini, maka tanah dapat dipandang
sebagai kumpulan individu-individu tanah. Pementukan tanah dari bongkahan bum
mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping secara halus . Tiap
tanah berkembang secara baik dan masih dalam keadaan asli akan mempunyai sifat
profil yang khas. Sifat-sifat ini yang dipakai dalam klasifikasi dan
penjarangan tanah yang sangat besar manfatnya dalam menentukan pendapat tentang
tanah dan sifat-sifat profil tanah. Meskipun tanah bersifat multifungsional, tetapi tanah ini
juga mempunyai variasi-variasi sehingga tanah tersebut juga diklasifikasikan.
Untuk mengklasifikasi tanah tersebut, hal yang perlu diperhatikan ialah profil
dari tanah tersebut.
Profil
tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan berbagai lapisan
tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah
secara cepat di lapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan
klasifikasi tanah. Pengamatan profil tanah meliputi pengamatan dalam profil itu
sendiri dan pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan
tanah.
Pengenalan
tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati dan menjelaskan sifat-sifat profil
tanah. Profil tanah tersebut dapat dipelajari dan diamati dengan mengenali
tanah dengan dinding lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Oleh karena itum
pengenalan di lapangan perlu untuk dilakukan.
1.2.
Tujuan Praktikum
Praktikum
lapangan tentang profil tanah ini bertujuan untuk mengetahui kadar lengas,
warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik, pH tanah,
dan konsistensi tanah.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
Tanah adalah lapisan permukaan
bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
tumbuhan, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara atau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti:
N,P,K,Ca,Mg,S,Zn,Fe,Mn,B,Cl) dan secara biologi (organisme) yang berperan aktif
dalam perombakan dan penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh, proteksi) bagi tanaman ketiganya secara internal mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman
pangan, tanaman obat-obatan, industry perkebunan maupun kehutanan
(Hanafiah,K.A., 2007)
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada
tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar
serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian.
Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena
gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan mineral.
Pembentukan dan pelapukan bahan-bahan organik pertukaran ion-ion, pergerakan
dan pencucian bahan-bahan koloid (Anonim, 2011)
Horison tanah adalah
lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan
tanah. Proses pembentukan horison-horison tersebut akan menghasilkan benda alam
baru yang disebut tanah. Penampang vertikal tanah tersebut akan menunjukan
susunan horison yanag disebut profil tanah (Purwadido, 2006)
Tekstur tanah adalah pembagian ukuran
butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti butir
debu, pasir dan kerikil. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi dari
pasir, debu, dan litanya hampir sama atau seimbang. Tanah seperti itu disebut
tanah lempung ( Sutanto, 2009 )
Struktur
tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah
terbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka
dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped. Sedangkan ikatan yang
merupakan gempalan tanah yang sudah terbentuk akibat penggumpalan tanah yang
disebut clod (Hardjowigeno, 2010)
BAB
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1.Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada
hari Minggu tanggal 16 juni 2013 pada pukul 08.00 sampai selesai di Lahan
Percobaan Narmada.
3.2.Alat dan Bahan
3.2.1.Alat
Adapun alat yang digunakan
diantaranya yaitu botol kocok, kertas lakmus, meteran, dan Munsell Soil Color
Chart.
3.2.2.Bahan
Adapun bahan yang digunakan
diantaranya yaitu H2O, H2O2, KCl. dan
macam-macam jenis tanah.
3.2.Prosedur Praktikum
1. Diratakan dan dibersihkan lapisan atas
tanah yang di ambil.
2. Disekeliling tanah digalih dengan sekop
3. Digali sampai terlihat beberapa horizon tanah atau warna
tanah yang berbeda.
4. Dilakukan pengujian seperti yang telah diberi pada daftar
isian profil tanah.
BAB IV. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan
Table 9. Hasil pengamatan praktikum
lapangan
No
|
Lapisan
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
1
|
Kedalaman
Lapisan
(cm)
|
25
cm
|
9
cm
|
8
cm
|
10
cm
|
15
cm
|
13
cm
|
15
cm
|
2
|
Batas
lapisan
|
Diffuse
|
Gradual
|
Gradual
|
Gradual
|
Diffuse
|
Diffuse
|
Diffuse
|
3
|
Bentuk
|
Iregular
|
Iregular
|
Iregular
|
Iregular
|
Iregular
|
Iregular
|
Iregular
|
4
|
Warna
(Munsell
|
Feridagri
|
Browen
|
Browen
|
Credis
browen
|
Browen
|
Ledis
browen
|
Foly
yellow
|
5
|
Jumlah
bercak
|
Few
|
Common
|
Common
|
Many
|
Few
|
Few
|
Few
|
|
Ukuran
bercak
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kejelasan
bercak
|
Faint
|
Distinet
|
Distinet
|
Prominent
|
Faint
|
Faint
|
Faint
|
6
|
Tekstur
pasir
|
15%
|
50%
|
55%
|
60%
|
90%
|
85%
|
95%
|
|
Tekstur
debu
|
55%
|
30%
|
30%
|
20%
|
5%
|
10%
|
3%
|
|
Tekstur
liat
|
30%
|
20%
|
15%
|
20%
|
5%
|
5%
|
2%
|
7
|
Struktur
kejelasan
|
Weak
|
Moderate
|
Weak
|
Weak
|
Istructureless
|
Istructureless
|
Istructureless
|
Struktur
tipe
|
Bleccky
|
Bleccky
|
Bleccky
|
Bleccky
|
Glanular
|
Glanular
|
Glanular
|
|
8
|
Konsistensi
lembab
|
Fribele
|
Very
friable
|
Very
friable
|
Very
friable
|
loose
|
loose
|
Loose
|
9
|
pH
|
|
|
|
|
|
|
|
4.2.Pembahasan
Pada praktikum ini contoh tanah terusik
berarti tanah tersebut telah pernah di
pergunakan untuk kegiatan budidaya
tanaman atau kegiatan lainnya seperti bercocok tanam.Berdasarkan pada tabel
diatas terlihat bahwa setiap tanah mempunyai horizon-horizon yang berbeda. Horizon
A pada profil dalan mempunyai kedalaman lapisan 25 cm dan berwarna hitam. Warna
gelap tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang
tinggi yang terdekomposisi. Atau horizon teratas hampir seluruhnya mengandung
bahan organjk. Tumbuhan daratan dan jatuhan daunan termasuk pada horizon ini.
Humus dari horizon bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk lapisan 1
soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organic dan aktifitas biologis,
tumbuhan ataupun hewan.
Horizon B pada profil dalam
mempunyai kedalaman lapisan 9cm dan
berwarna coklat muda. Memiliki tekstur pasir 50%,debu 30%,dan liat 20%, karna
pada saat pengambilan profil butir-butir
struktur agak kuat dan tidak hancur atau rusak.Konsistensinya lepas
karna tidak melekat satu sama lain, dan ada sedikit karatan.
Horizon C pada profil dalam,
berwarna coklat muda dengan kedalaman 8cm. Memiliki tekstur pasir dan struktur
halus, konsistensinya gembur, karna diperlukan sedikit tekanan untuk
menghancurkan gumpalan tanah, dengan meremasnya dan terdapat sedikit bercak,
pada lapisan ke 3 merupakan transisi dari bantuan asal dibawahnya dan soil yang
berkembang diatasnya.
Horizon D profil berwarna reddish brown dengan
kedalama 10 cm meniliki tekstur pasir dan struktur halus, konsistensinya
lembab, karna diperlukan sedikit tekanan untuk menghancurkan gumpalan tanah
denagn meremaskannya. Adanya karatan bahwa udara masih dapat masuk kedalam
tanah sehingga terjadi oksidasi ditempat tersebut pada profil ini bentuknya
tidak rata daan jumlah bercak yang ada pada profil ini banyak.
Horizon E pada profil ini tanah berwarna
coklat dengan croma dan value 4/4, 7,7 YR
dengan kedalama 15cm batas lapisan tersebar dengan bentuk tidak rata tredapat
jumlah bercak yang sedikit pada profil ini. Bertekstur pasir, dan pasir kara
pada saat pangambilan profil butir-butir
konsistensinya lepas karna tanah tidak melekat satu sama lain disebut lepas
misalnya tanah pasir atau terlalu padu yang disebut massifel atau pejal.
Sedangkan Horizon F dan G
sama, tapi yang membedakannya hanya pada bagian tekstur, kedalaman lapisan, dan
warna, pada lapisan ke 6 kedalamannya 13cm sedangkan lapisan ke 7 kedalamannya
15cm dengan warna lapisan 6 warna ledis brown, sedangkan lapisan ke 7 berwarna
felly yellow pada teksturnya sama bertekstur pasir. Pada lapisan terakhir
strukturnya keras dan apa bila ingin menghancurkannya, harus diremas dengan
tenaga yang kuat, karna pada dasarnya lapisan bawah terdapat sedikit unsur hara, dan pada lapisan bawah tidak adanya
kandungan bahan organik karna pada dasarnya bahan oganik terdapat pada lapisan tanah paling atas.
BAB IV. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Analisa
tanah bertujuan untuk menentukan sifat fisika dan kimia tanah juga mengetahui
lebih dini zat beracun tanah.
2. Lapisan
1 mempunyai kedalaman 25cm dengan warna hitam memiliki batas lapisan nyata,
konsistensi tanah lepas, tekstur pasir, struktur kasar dan ada sedikit bercak.
3. Pada
lapisan 6 dan 7 umumnya sama tapi yang membedakan hanya warna, dan kedalamannya.
5.2. Saran
Pada praktikum dibutuhkan ketelatenan dalam
melihat atau mengidentifikasi jenis tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2011. Profil Tanah. http://wahyuaksari.wordpress.com/literatur/profil-tanah/.
Diakses pada tanggal 18 Juni 2013.
Ariyanto,
Dwi. 2010. Struktur Tanah. http://ariyanto_staff.pertanian.uns.ac.id// [Diakses pada tanggal 30 Mei 2013]
Buckman
and Brady .2006 . Ilmu Tanah.
Bhrata Karya Akasara . Jakarta.
Foth, Henry D. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta.
Erlangga
Hakim, N. dkk.2008. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah , Penerbit Universitas Lampung. Lampung
Handriyanto
.2011. http://www.unsiklopedia bebas
.com/Struktur Tanah. Diakses pada tanggal 28 Mei 2013.
Hanafiah,
Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
PT. Baja Grafino Persada. Jakarta.
Handayani,
S. 2009. Panduan Praktikum dan Bahan
Asistensi Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jurusan Fakultas Pertanian UGM. UGM Press.
Yogyakarta.
Hardjowigeno.
2006. Ilmu Tanah. Akademika. Jakarta.
Indranada
K. Henny. 2008 . Pengelolaan Kesuburan Tanah.
Bumi Aksara. Jakarta.
Madjid,
A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Erlangga. Jakarta.
Nurhidayati.
2006. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Fakultas Pertanian Unisma . Malang.
Praharyanto.
2002. Tekstur Tanah.
http//www.praharyanto-zone.blogspot.com/2012/Tekstur tanah// xiaoau89 (diakses
pada tanggal 20 mei 2013)
Purwodido.
2006. Ganesa Tanah. Institut
Pertanian Bogor. Bogor Press. Bogor.
Sirada,
Sa dan M. Nitrisaputro. 2005. Evaluasi
Kesesuaian Lahan Pada Beberapa Daerah di Jawa Tengah dan di Jawa Timur-Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan. Halaman:49.
Soepardi.
2012. Pengukuran pH Tanah. http:// www.soepardi.zone.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 4 Juni 2013.
Sutanto,
Rahchman. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius.Yogyakarta.
Syarif.
H.F, Syarifudin. 2005. Kimia Tanah
Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Winarso. 2005. Pengertian dan
Sifat Kimia Tanah. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Yunus, Yuswar. 2006. Tanah dan Pengolahan. CV Alfabeta .
Bandung.
`
Komentar
Posting Komentar