contoh laporan ekologi



LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI HUTAN



 

















DI SUSUN OLEH   :
SYAMSUDIN
 ( C1L013092 )




PROGRAM STUDI KEHUTANAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014





HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai tugas akhir pelaksanaan praktikum Ekologi Hutan
Mengetahui :
Asisten/Co.Ass                                                                                 Praktikan


( MUDATSIR )                                                             (SANDY PURNAMA)
NIM :C1L011034                                                          NIM:C1L013092





















DAFTAR ISI                                                                                                                                                                                                        

................................................... Halaman
HALAMAN JUDUL                
HALAMAN PENGESAHAN   ...................................................................... ........ i
DAFTAR ISI                              ...................................................................... ....... ii
DAFTAR TABEL                      ........................................................................... 10
KATA PENGANTANR            ...................................................................... ...... iii
BAB I    PENDAHULUAN      ............................................................................. 1
a.       Latar Belakang               ............................................................................. 1
b.      Tujuan                            ............................................................................. 1

BAB II   TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3
BAB III   METODOLOGI PRAKTIKUM............................................................ 9
a.       Waktu dan Tempat         ...................................................................... ....... 9
b.      Alat dan Bahan               ...................................................................... ....... 9
c.       Prosedur kerja                 ...................................................................... ....... 9
BAB IV   HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 10
a.       Hasil Pengamatan           ...................................................................... ..... 10
b.      Analisis Data                   ...................................................................... ..... 11
c.        Pembahasan                   ........................................................................... 17
BAB V   PENUTUP                  ........................................................................... 19
a.       Kesimpulan                    ........................................................................... 19
b.      Saran                              ........................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA



KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirad Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmad dan hidayah kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan “ LAPORAN EKOLOGI HUTAN “ dapat di selesaikan dengan tepat waktu. Pratikum  ekologi hutan merupakan mata kuliah yang wajib melakukan kegiatan pratikum mengingat beban SKS yang dimiliki 2/1, yang artinya satu SKS wajib melakukan kegiatan pratikum.
Tidak lupa pula kami berterima kasih kepada bapak / ibu dosen mata kuliah dasar- dasar ilmu tanah dan asisten pratikum yang telah membimbing kami sehingga pratikum ini telah selesai di laksanakan.

Dalam penyusunan laporan ini kami masih banyak mengalami kekurangan untuk itu kami meminta kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan ini.

Mataram, 30 juni 2014


penyusun








 
BAB I    PENDAHULUAN

I. 1       Latar Belakang
            Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya.
            Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada.
Komunitas vegetasi merupakan tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya (Hadisubroto, 1989)

1.2         Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dari praktikum Ekologi Hutan adalah agar mahasiswa dapat mengetahui sekaligus memahami cara mengukur atau menaksir potensi dari suatu tegakan hutan dalam hal pengukuran INP (Indeks Nilai Penting) suatu jenis pohon.
            Kegunaan  dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menambah wawasan sekaligus memahami tata cara pembuatan petak ukur, penentuan arah jalur, penentuan jarak antar jalur dan pengukuran parameter pohon dalam hal pengelolaan sumber daya hutan. Mengenal jenis-jenis hutan di Taman Nasional Gunung Rinjani.





















BAB II   TINJAUAN PUSTAKA

              Menurut Marsono (1977), Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
           Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 1978).
            Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
           Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) yang dimaksud analisis vegetasi atau studi komunitas adalah suatu cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Cain dan Castro (1959) dalam Soerianegara dan Indrawan (1978) menyatakan bahwa penelitian yang mengarah pada analisis vegetasi, titik berat penganalisisan terletak pada komposisi jenis atau jenis. Struktur masyarakat hutan dapat dipelajari dengan mengetahui sejumlah karakteristik tertentu diantaranya, kepadatan, frekuensi, dominansi dan nilai penting.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :
1.      Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan  membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda.
2.      Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3.      Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.
Mengerjakan analisis vegetasi ada dua nilai yang di amati , yaitu nilai ekonomi dan nilai bologi. Nilai ekonomi suatu vegetasi dapat dilihat dari potensi vegetasi-vegetasi tersebut untuk mendatangkan devisa seperti vegetasi seperti vegetasi yang berupa pohon yang diambil kayunya atau vegetasi padang rumput yang dapat dijadikan padang penggembangan ternak dan lain-lain. Sedangkan dalam istilah biologi suatu vegetasi dapat dilihat peranan vegetasi tersebut., seperti vegetasi hutan yang dapat dijadiakan sumber pakan , relung, ekologi ( tempat istirahat, bercengkrama, bermijah beberapa jenis hewan ), pengatur iklim, pengatur tata aliran air dan indicator untuk beberapa unsur tanah dan lain-lain.
Sedangkan analisis vegetasi data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantiatif. Data kuantitatif menyatakan jumlah , ukuran , berat kering , berat basah suatu jenis. Frekuensi temuan dan luas daerah yang ditumbhinya. Data kuantitatif di dapat dari hasil penjabaran pengamatan petak contoh lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan dilapangan berdasarkan pengamatan yang luas. Parameter kualitatif dalam pengamatan ini yaitu Fisiognomi, Fenologi, Periodisitas, Stratifikasi, Kelimpahan, Penyebaran, Daya hidup, dan Bentuk Pertumbuhan. Sedangkan Parameter kuantitatif dalam pengamatan atau analisis ini Densitas, Luas penutupan, Indeks Nilai Penting (INP), Dominansi, Frekuensi, dan lain-lain.
Seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metoda sensus) pada anggota suatu populasi.
Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1.      Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2.      Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3.      Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4.      Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5.      Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
6.      Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7.      Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a.      Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5m.
b.      Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c.       Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah :
1.      Nama jenis (lokal atau botanis)
2.      Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3.      Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan
4.      Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon.
5.      Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon.
Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu (Gapala, 2010);
1.             Kerapatan (Density)
Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha.
2.             Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:
a)      Banyaknya Individu (abudance) dan kerapatan (density)
b)      Persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA)
c)      Volume
d)     Biomassa
e)      Indek nilai penting (importance value-IV)
Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalh LBH dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat, yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas heigt-dbh)
3.             Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan.
Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase, yaitu:
·                     Kelas A dalam frekuensi 01 –20 %
·                     Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
·                     Kelas C dalm frekuensi 41-60%
·                     Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
·                     Kelas E dalam frekuensi 81-100%
4.             Indeks Nilai Penting (importance value Indeks)
Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas (Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam Shukla dan chandel (1977). Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif, sehingga jumlah maksimalnya 300%.
Metode petak merupakan prosedur yang paling umum digunakan untuk pengambilan contoh berbagai tipe organisme termasuk komunitas tumbuhan. Disamping itu, untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan dapat digunakan petak tunggal atau petak ganda. Pengambilan contoh vegetasi pada metode petak ganda dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal yanng dipelajari, dan peletakan petak contoh dapat berupa petak secara acak dan secara sistematis (Indriyanto, 2010).
Dalam analisis vegetasi masalah yang dihadapi adalah pembuatan kuadrat (petak contoh) di lapangan, ada metode sampling yang disebut teknik sampling tanpa petak contoh (plotless sampling technique). Metode ini pada dasamya memanfaatkan pengukuran jarak antar individu tumbuhan atau jarak dari pohon yang dipilih secara acak terhadap individu-individu tumbuhan yang terdekat dengan asumsi individu tumbuhan menyebar secara acak. Dengan demikian disamping metode ini akan menghemat waktu karena tidak memerlukan pembuatan petak contoh di lapangan, kesalahan sampling dalam proses pembuatan petak contoh dan penentuan individu tumbuhan berada di dalam atau di luar kuadrat dapat dikurangi. Paling sedikit terdapat empat macam metode tanpa petak contoh yang berdasarkan satuan contoh berupa titik yang penempatannya di lapangan bisa secara acak atau sistematik (Soerianegara, I  dan Indrawan, 1988).












BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1       Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Hutan ini di laksanakan pada hari Minggu tanggal 24 Mei 2014 mulai pukul 16.00 Wita sampai dengan selesai. Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Rinjani, Senaru, Kabupaten Lombok Utara.

3.2       Alat dan Bahan                                           
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Ekologi Hutan adalah peta kerja, GPS (Global Position System), meteran roll, kompas sunto, parang, pita ukur/phi band, hagameter/spiegel relaskop, alat tulis-menulis, tali rafia, tally sheet, dan kamera.

3.3       Prosedur kerja
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode petak ganda secara acak menurut kerapatan vegetasi yang ada. Kemudian membuat petak pengamatan berukuran 100 x 100 meter. Setelah itu, membuat 4 (empat) plot dengan masing-masing plot ukurannya 20 x 20 meter.
Setelah menentukan plot dengan berukuran 20 m x 20 m, kita membuat Plot dari sudut  ukuran 2 x 2 m, 5 x 5 m, 10 x 10 m. Kemudian mencatat jenis-jenis pohon yang terdapat dalam plot yang telah kita tentukan dan menentukan di nomor petak ukur berapa letaknya. Lalu mengukur keliling pohon untuk mencari berapa besar diameter pohon tersebut dan mencari luas bidang dasar pohon dengan rumus ¼ π d2 dan mencari nilai INP dari tegakan hutan tersebut.



























BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil Pengamatan
            Berdasarkan hasil pengamatan praktikum di lapangan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis Vegetasi
NO
DATA PLOT
I
II
III
IV
Nama local
Nama spesies
Family
1
Bajur
Pterospermum javanicum
Sterculiaceae
175
70
251
280
2
Bangsal
Engelhartia spicata
Juglandaceae
125
204, 337 ,625, 162

132, 107
3
Jepun cina
Symploccos sp
symplococaceae
223, 132


124,5, 74
4
Suren
Toona sureni
Meliaceae
113
86


5
Tanjung gunung
Acmela acuminatissia
Myrtaceae
176



6
Goak
Ficus variegate
Moraceae
230



7
Nyambuk gawah
Syzigium sp
Myrtaceae

87

98
8
Sipit
Crypteronia paniculata
Crypteroniaceae


326

9
Temerek
saurauria pandala
Saurariaceae


96

10
Buni gawah
Antidesma tetandrum
Euphorbiaceae


165

11
Klokos udang
Syzigium hemsiliana
Myrtaceae



102,5



4.2    Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan, jenis yang paling tinggi atau yang paling mendominasi adalah Bajur atau Pterospermum javanicum yang terdapat pada semua plot. Sedangkan jumlah pohon yang terbanyak adalah Bangsal atau Engelhartia spicata yang tumbuh terbanyak pada plot namun pada plot II, jumlah pohon yang paling sedikit adalah Klokos udang (Syzigium hemsiliana), Buni gawah  Antidesma tetandrum), Temerek (saurauria pandala), Sipit (Crypteronia paniculata), Goak (Ficus variegate), Tanjung gunung (Acmela acuminatissia).
Dalam analisis vegetasi masalah yang dihadapi adalah pembuatan kuadrat (petak contoh) di lapangan, ada metode sampling yang disebut teknik sampling tanpa petak contoh (plotless sampling technique). Metode ini pada dasamya memanfaatkan pengukuran jarak antar individu tumbuhan atau jarak dari pohon yang dipilih secara acak terhadap individu-individu tumbuhan yang terdekat dengan asumsi individu tumbuhan menyebar secara acak. Dengan demikian disamping metode ini akan menghemat waktu karena tidak memerlukan pembuatan petak contoh di lapangan, kesalahan sampling dalam proses pembuatan petak contoh dan penentuan individu tumbuhan berada di dalam atau di luar kuadrat dapat dikurangi. Paling sedikit terdapat empat macam metode tanpa petak contoh yang berdasarkan satuan contoh berupa titik yang penempatannya di lapangan bisa secara acak atau sistematik (Soerianegara, I  dan Indrawan, 1988).         
Dalam pembuatan plot yaitu 100x100 meter, terjadi kendala yaitu kondisi geografis atau kondisi lahan hutan yang miring sehingga memungkinkan sedikit pohon yang masuk dalam plot tersebut. Pengukuran batang mulai dari diameter batang, tinggi batang bebas cabang, dan tinggi batang total, yang menggunakan meteran dan tembak ukur. Ketinggian daerah sangat mempengaruhi pertumbuhan setiap pohon, karena pohon terpengaruh dengan kondisi iklim, tanah, air dan sebagainya, yang bias dibuktikan, dengan tumbuhan Klokos udang yang tidak ada tumbuh pada daerah yang lebih tinggi justru yang tumbuh pada puncak gunung Rinjani adalah rerumputan (safana) dan cemara.























BAB V PENUTUP
5.1       Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpukan :
1.    jenis yang paling tinggi atau yang paling mendominasi adalah Bajur atau Pterospermum javanicum yang terdapat pada semua plot.  
2.     jumlah pohon yang terbanyak adalah Bangsal atau Engelhartia spicata yang tumbuh terbanyak pada plot namun pada plot II.
3.    jumlah pohon yang paling sedikit adalah Klokos udang (Syzigium hemsiliana), Buni gawah  Antidesma tetandrum), Temerek (saurauria pandala), Sipit (Crypteronia paniculata), Goak (Ficus variegate), Tanjung gunung (Acmela acuminatissia).
4.     Pengukuran batang mulai dari diameter batang, tinggi batang bebas cabang, dan tinggi batang total
5.      Ketinggian daerah sangat mempengaruhi pertumbuhan setiap pohon, karena pohon terpengaruh dengan kondisi iklim, tanah, air dan sebagainya

5.2         Saran
Diharapkan agar dalam pelaksanaan praktek berikutnya dapat memberikan arahan dan informasi yang lebih jelas dan akurat, agar para praktikan tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan laporan dan perhitungannya.



DAFTAR PUSTAKA

Arief,a.1994.Hutan:Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Gopal, B. dan N. Bhardwaj. 1979. Element of Ecology. Department of Botany. Rajasthan University Jaipur, India.
Irwan, Z.D. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem, Komunitas, dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Indriyanto, Ir. 2010. Ekologi Hutan. Bandar Lampung. Penerbit Bumi Aksara.
Kurniawan, Agung. 2008. Asosiasi Jenis-jenis Pohon Dominan di Hutan Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.
Kusmana, C.1997. Ekologi dan Sumberdaya. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Resosoedarmo, S.,K. Kartawinata, dan A. Soegiarto.1986. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Rosda Karya.
Santoso, Y. 1996. Diversitas dan Tipologi Ekosistem Hutan yan Perlu Dilestarikan. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Soerianegara, I. Dan Indrawan. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutana, IPB.
Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Jakarta:Djambatan
Vickery, M.L. 1984. Ecology of Tropical Plants. John Wiley and Sons.New York. Yayasan Obor Indonesia.









LAMPIRAN
STRATIFIKASI TAJUK DALAM HUTAN HUJAN TROPIKA
  • Stratum A: Merupakan lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang tingginya sekitar rata-rata >30 meter dan bertajuk tidak beraturan (diskontinu) sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang bersinambungan. Pepohonan tersebut umumnya mempunyai 3 atau 4 lapisan tajuk, batang yang tumbuh lurus, tinggi, serta batang bebas cabangnya cukup tinggi. Pada hutan stratum A ini banyak dijumpai liana-liana berbatang tebal, berkayu, bersifat herba dan epifit.
  • Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 20-30 meter dengan tajuk yang beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan batang bebas cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis pohon pada stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).
  • Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-20 meter dan bertajuk kontinu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil dan banyak bercabang banyak. Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.
  • Stratum D: Terdiri dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4 meter. Termasuk di dalamnya adalah pohonpohon muda, palma-palma kecil, herba besar dan pakupakuan besar.
  • Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah atau lapisan lapangan yang mempunyai tinggi 0-1 meter. Di daerah ini banyak dijumpai tanaman anak-anakan dan tumbuhan yang bersifat herba.







 






















Komentar