Resume
Ilmu Kayu
Nama :Sandy
Purnama
N
I M :C1L013082
Prodi :Kehutanan
KAYU
JEVENIL, KAYU REAKSI, KAYU CABANG DAN AKAR
- KAYU JEVENIL
Suatu pohon mudah di
analogikan dengan seorang muda tumbuh dengan kuat, membutuhkan
makanan yang bergizi dan seimbang untuk perkembangannya yang normal
dapat terganggu atau tertekan oleh sesamanya apabila ia lemah, dan
cenderung untuk sembuh dengan cepat apabila terluka.
Kayu jevenil telah diberi
batasan sebagai xylem sekunder yang di hasil sebagai aktivitas
kambium yang dipengaruhi oleh kegiatan dalam maristem apikal
(Rendle,1960). Batasan ini berguna untuk menerangkan mengapa terdapat
perubahan yang berangsur- angsur dalam sifat kayu antara kayu jevenil
dengan kayu dewasa.
Pada umumnya, kayu jevenil
lebih rendah kualitasnya dari pada kayu dewasa, hal ini terutama
benar untuk kayu lunak. Dalam kayu keras dan kayu lunak misalnya sel-
sel kayu jevenil lebih pendek dari pada sel- sel kayu dewasa. Sel-
sel dewasa kayu lunak mungkin 3- 4 kali lipat panjang sel kayu
jevenil, sedangkan serabut- serabut dewasa kayu keras umumnya 2 kali
lipat panjang sel- sel yang terdapat di dekat empelur (daswell,1958
). Hasil adalah kerapatan yang rendah dan hubungannya dengan
kekuatanan yang rendah dibandingkan dengan kayu dewasa. Dalam konifer
Amerika Serikat, kerpatan khasnya 10-15 % lebih rendah dibandingkan
kayu jevenil dengan kekuatan kayu seperti yang di laporkan berkisar
sedikit lebih rendah sampai umumnya 15-30 % dan sebanyak 50 % kurang
dari pada kayu normal dewasa untuk sifat- safat dan kekuatannya
(Bendtsen,1978).
Kayu jevenil sukar di kenal
dengan pengamatan sekilas, terutama dalam kayu lunak, meskipun
beberapa sifatnya yang normal kadang- kadang berubah, dalam kayui
keras pembuluh kayu jevenil lebih kecil dan tersusun secara lain dari
pada kayu dewasa. Kayu- kayu berpori melingkar misalnya cenderung
memiliki kayu jevenil yang cenderung berpori baur. Sebuah penelitian
kayu jevenil southern yellow pine menunjukkan daerah kayu jevenil
yang mengandung 42 % kayu reaksi dibandingkan dengan hanya 7 % saja
sekitar kayu yang dewasa (Nort Carolina State Colle, 1957 ).
Pada tanaman yang masih mudah
atau pada tahun- tahun pertama pertumbuhan kambium primer membentuk
kayu jevenil. Sering dengan bertambah usia pohon, maka tajuk semakin
bergerak ke atas. Di pengaruhi tajuk pada daerah kambium semakin
berekurang dan dan terbentuklah kayu dewasa. Karena perubahan yang
berangsur- angsur dalaas yangm sifat kayu maka tidak jelas dimna kayu
jevenil berakhir dan kayu dewasa bermula lagi. Namun peneliti-
peneliti umumnya setuju bahwa kayu jevenil adalah terbanyak dalam 5-
20 lingkaran tumbuh pertama dengan lama pembentukannay tergantung
pada spesies. Sejumlah peneliti percaya bahwa rangsangan tumbuh (
lewat pemupukan, irigasi, atau perlakuan silvikultul ) selama priode
pembentukan kayu jevenil akan memperpanjang priode jevenil
(Larson,1969 ; Megrew dan Nearn 1972 )
- KAYU REAKSI
Suatu reasi adalah jawaban
terhadap suatu peristiwa memacu. Kayu reaksi adalah nama yang sesuai
apabila batang pohon miring vertikal. Kayu reaksi dapat pula timbul
mengikuti belokannya batang lateral ( atau cabang ) dari arahnya yang
normal.
Kayu reaksi yang di bentuk
dalam kayui keras berbeda dengan yang terbentuk dalam kayu lunak.
Dalam kayu lunak kayu reaksi dinamakan kayu tekan dan dalam kayu
keras dinamakan kayu tarik, akan tetapi keduanya berfungsi sama yaiyu
untuk mengembalikan batang atau cabang keposisi semula.
Kayu tekan apabila gaya yang
cukup dikenakan pada pada pucuk suatu tiang yang berdiri, tiang
tersebut akan melengkung menjadi lebih pendek sebagai akibat gaya
tekan yang terjadi. Sebaliknya sisi yang lain dari tiang terentang
sedikit karena terkena gaya tarik. Pada kayu lunak, kayu reaksi
berbentuk pada sisi tekanan (atau sisi bawah ) batang yang miring.
Kayu tekan juga terbentuk hampir secara universal dalam cabang-
cabang, berfungsi untuk mempertahankan sudut cabang suatu kecualian
adalah dalam spesiesdengang cabang- cabang yang terkulai sperti
spruce, ketiadaan kayu kayu tekan sangat menyolok ( Timell, 1973 ).
Sifat- sifat kayu tekan sangat
penting bagi ahli- ahli teknologi hasil hutan karena sifatnya yang
sangat berbeda. Kayu tekan sangat tidak di sukai dalam kayu
gergajian dan produk kayu utuh lainnya. Keberatan utamanya apabila
menggunakan vkayu tekan dalam bentuk yang utuh ialah penyusutan
longitudinal yang terjadi pada saat pengeringan. Penyusutan
longitudinal umumnya 1-2 % ( di banding dengan 0,1-0,2 % untuk kayu
normal ) dan mungkin dapat sebesar 6-7 %. Kira-kira kekuatannya sama,
kayu tekan dengan kayu normal dewasa dengan spesies yang sama pula.
Pengenalan kayu tekan relatif
sangat menyolok dan sering dapat dikenal secara visual apabila
melihat pada permukaan yang halus. Hal ini terutama dapat di
perhatikan pada pandangan transversal. Meskipun kayu tekan dapat
terlihat pada pandangan potongan melintang halus, pengamatan pada
potongan ujung yang kasar suatu dolok kayu ( di perlukan apabila
cacat ini harus dikenali dengan sauatu penggergajian ).
Kayu tarik adalah kayu reaksi
spesies kayu keras. Kayu ini terbentuk pada sisi atas atau sisi
tarikan miring. Sifat- sifat sama seperti halnya kayu tekan yaitu
berbeda dengan kayu dewasa normal. Namun sifat- sifat tersebut tidak
semuanya tidak di sukai dan kegunaan kayu tarik mungkin paling baik
dijelaskan oleh suatu kisah kabar baik dan kabar buruk yang
terkenal. Kayu tarik sudah sangat lama dikenal sebagai bahan baku
yang sangat tidak didskai dalam pembuatan produk di badingkan dengan
kayu normal dewasa. Di sisi lainnya juga kayu tarik, kayu tarik
cenderung menghasilan permukaan yang keriting pada pengergajian atau
pengetaman. Tingkat penyusutan longitudinal kayu tarik biasanya 1 %
atau kurang. Meskipun tingkat penyusutan ini mungin nampaknya tidak
nyata, perubahan dimensi- dimensi seberapa saja sepanjang serat dapat
menciptkan masalah-masalah. Misalnya suatu perubaham yang hanya 0,5 %
dapat berarti kira-kira penyusutan 0,25 inci untuk tiap kaki (atau
0,6 cm/0,8 m ) panjang. Kekuatan kayu tarik tidak sebanding dengan
kayu normal dewasa.
Pengenalan kayu tarik tidak
mudah di kenal secara visual menyebakan penghilanngannaya selama
pengelolaan kayu menjadi sulit. Suatu tanda adanya akayu tarik pada
dolok kayu adalah adanya lingkaran- lingkaran yang lebih besar dalam
daerah kayu reaksi dari pada sisi yang belawanan dari empelur, yang
sering menyebabkan suatu bentuk elips dan untuk mengetahuinya secara
lebih detail untuk mengenal kayu tekan dan kayu tarik perlu dilakukan
pengamatan secara laboratoris untuk mendapatkan hasil yang
terperinci.
- KAYU CABANG DAN AKAR
Terjadinya permintaan yang
lebih besar besar akan kay dan produk- produk kayu merangsang
keinginan dalam menemukan sumber- sumber kayu baru.suatu perkembangan
penting yang timbul dari keinginan ini adalah konsep pohon yang total
yang di kembangkan pada tahun 1960-an oelh Young, Keays, Hkkila,
Koch, dan lain- lain. Apabila metode- metode panenan tradisional
hanya melibatkan pemungutan batang utama, yang di potong pucuk dan
cabangannya, penenan pohon total dicirikan oleh pengumpulan batang-
batang utama, cabang- cabang, ranting- ranting,daun- daun, bahkan
akar- akar.
Pemanenan semua bagin pohon di
atas tanah menjadi kenyataan dalam tahun 1970-an dan awal1970-an
dengan berkembangnya unit- unit mobil di Amerika Serikat dengan
membuat tatal- tatal katyudi lokasi semua bagian pohon. Sistem
tersebut dilengkapi dengan pengumpul tatal dalam setengah kereta
gandengan untuk di angkut ke pusat- pusat pengelolaan. Peralatan
mekanis untuk pencabutan tunggul datang di pasaran pada tahun 1973-
1974 dengan perkembangan di Firlandia dan Amerika Serikat.
Kayu cabang dari segi
pemanfaatannya, salah satu yang paling nyata antar bahan dari cabang
dan bahan utama, cabang memiliki kulit dengan proporsi yang jauh
lebih tinggi. Hal ini terutama benar untuk cabang dengan diameter
kurang dari 1 inci (sekitar 2,5 cm) karena kulit mempunyai sifat yang
berbeda dengan kayu dan sering membawa kotoran pada saat pemanenan.
Terlepas dari kulit kayu cabang sendiri berbeda dengan kayu batang.
Hal ini dapat menyebabkan pengenalan kayu maupun pemanfaatannya
sulit. Beberapa jenis sel lebih banyak terdapat pada kayu cabang
daripada dalam kayu batang utama. Dalam cabang- cabang kayu
keras,pembuluh dan jari- jari lebih banyak dari pada kayu utama
dengan jumlah serabut yang lebih tinggi. Serabut pada kayu cabang
didapatkan rata- rata 15-35 % lebih pendek di bandingkan dengan
batang kayu utama ( Manwiller,1974 ;Taylor 1977 ).
Secara ringkas kayu cabang
adalah bahan baku yang dapat diterima, meskipun untuk jumlah produk
yang kurang di sukai dari pada kayu batnag utama. Karena potensinya
yang yang nyat untuk menaikan hasil apabila pucuk dan cabang
digunakan perubahan perubahan dalam cara pengelolahan mungkin akan
dilakukan bila mana mungkin untuk menampung bahan ini.
Mengembakan minat dalam
pemanfaatan kayu sebagai sumber serat dengan mengumumkan fakta bahwa
tunggul/ sistem peakaran southern pine mengandung sejumlah serat
setara dengan 20-25 % volume serat dalam batang utama (
Koch,1972-1974 ). Ia juga mendorong perkembangan peralatan pemanenan
akar yang di rancang untuk penggunaan di tanah berpasir di Amerika
Serikat bagian selatan ( Koch dan Coughran, 1975 ).pemanfaatan akar
lebih luas nampaknya memungkinkan. Tetapi masalah harus tetap
dipecahkan. Akar- akar adalah kotor dan sering sukar untuk di
bersihkan dan kotoran sering menyumbat atau menyebabkan aus yang
berlebihan pada peralatan pabrik. Akar kayu ini telas di gunakan
telah digunakan sebagai bahan bakaar dan sebagai suatu sumber
ekstraktif kimia. Suatu proses untuk mengeluarkan terpentin,yak pinu
gondorukem, dan minyak pinus dari tunggul pinus di perdagangkan pada
tahun 1909 dan di anggap menandai permulaan industri ”naval stres”
di Amerika Serikat (panshin dkk,1962 )
Daftar Pustaka
Haygreen,J.G Bowyer. 1982.
Forest Product And Wood Science.An Introduction. Iowa State Universty
Press, Ames. USA
Komentar
Posting Komentar