PEMBUATAN MINYAK ATSIRI


PEMBUATAN MINYAK ATSIRI
  1. MANFAAT DAN FUNGSI MINYAK ATSIRI
Minyak atsiri (minyak eteris/minyak terbang) merupakan minyak yang dihasilkan oleh tanaman. Memiliki sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, memiliki rasa getir, berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air dan biasanya diperoleh dari akar, batang, daun, bunga tanaman dengan cara mengekstraksi.
Berikut merupakan fungsi dari minyak atsiri.
  1. Membantu proses penyerbukan.
  2. Mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan.
  3. Sebagai cadangan makanan dalam tanaman.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak atsiri disintesa dalam sel glanular pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin (resin duct), misalnya minyak terpentin dari pohon pinus. 
Beberapa manfaat minyak atsiri adalah.
  1. Sebagai flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman.
  2. Antiseptik obat-obatan.
  3. Pembuatan kosmetik, parfum.
  4. Sebagai pencampur rokok kretek.
  5. Sebagai aroma terapi.
  6. Obat gosok

  1. SUMBER MINYAK ATSIRI
Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies tanaman yang termasuk famili Pinaceae, Labiateae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak  atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome.


Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari daun tanaman.
Nama Minyak
Tanaman Penghasil
Negara Asal
Citronela (Sereh)
Cymboopogo Nardus R
Ceylon
Patchouly (Nilam)
Pogostemon cablin benth
Malaysia
Cajuput (kayu putih)
Melaleuca Leudendron L
Indonesia
Bay
Pimenta Ocris
Dominika
Cassia
Cinnampmum Cassia L.
China
Cedar Leaf
Thuya accidentalis
Vermont
Eucalyptus
Eucalyptus sp.
Australia, Uruguay
Lemon grass
Cymbopogan Citratus
Madagaskar, Guatemala
Cherry laurel
Prunus laurocerasus L.
Prancis
Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari bunga tanaman.
Nama Minyak
Tanaman Penghasil
Negara Asal
Cananga (kenanga)
Canana odorata Hook
Indonesia
Champaka (cempaka)
Michelia campaca L.
Madagaskar, Filipina
Clove (Cengkeh)
Caryophillus aromaticus L.
Zanzibar,Madagaskar,Indonesia
Basil
Ocimum basilieum
Madagaskar
Chamoomile
Matricaria chamomile L.
Jerman, Hongaria
Lavandin
Lavandula vera D.C
Perancis
Lavender
Lavandula Officinalis Chaix
Perancis, Rusia
Marjoram
Origanum majorana L.
Perancis, Afrika
Rose (Mawar)
Rose alba L.
Bulgaria, Turki
Rosemary
Rosmarinus Officinalis L.
Tunisia
Sage
Salvia Scalera L.
Rusia, Perancis


Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari biji tanaman.
Nama Minyak
Tanaman Penghasil
Negara Asal
Caraway
Carum Carvi
Belanda, Rusia
Cardamom
Elettaria Cardamomum
India
Carrot Seed (Wortel)
Daucus Carota L.
Amerika, Eropa
Celery seed (Seledri)
Apium Graveolen L.
Inggris, India
Croton
Croton Triglium L.
India, Ceylon
Cumin
Cuminum Cyminum L.
Maroko, India
Drill
Antherium Graveolans
Eropa Tengah
 Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari kulit buah atau buah tanaman.
Nama Minyak
Tanaman Penghasil
Negara Asal
Juniper
Juniperus communis
Hongaria, California
Lemon (Sitrun)
Citrus medica L.
California
Pepper (Lada)
Piper nigrum L.
Ceylon, Cina, Madagaskar
Pimenta
Pimenta officinalic Lindley
Jamaika, Inggris
Vanilla (vanili)
Vanila Planifolia
-
Coriander (ketumbar)
Carandum Sativum L.
Eropa Tengah
Anise (Adas)
Pimpinella anisum L.
Rusia, Eropa
Grape fruit
Citrus decumana L.
Florida, Texas
Fennel
Foeniculum Vulgare Mill
Eropa Tengah, Rusia
  1. METODE PEMBUATAN MINYAK ATSIRI
Ada 4 macam metode pembuatan minyak atsiri yaitu.
  1. Penyulingan (Destilasi)
Proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya, dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Dalam perkembangan pengolahan minyak atsiri telah dikenal 3 macam sistim penyulingan
  1. Penyulingan dengan Air (Water distillation)
Metode penyulingan dengan air merupakan metode paling sederhana jika dibandingkan dua metode penyulingan yang lain. Pada metode ini, bahan yang akan disuling dimasukkan dalam ketel suling yang telah diisi air. Dengan begitu, bahan bercampur langsung dengan air. Pada metode ini, perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat berimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan. Selanjutnya, ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan uap keluar.
Uap yang dihasilkan dari perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa pendingin sehingga terjadi pengembunan (kondensasi). Selanjutnya air dan minyak ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis. 
  1. Penyulingan dengan Air  dan Uap (Water and Steam Distillation)
Metode ini disebut juga dengan system kukus. Pada metode pengukusan ini, bahan diletakkan di atas piringan atau plat besi berlubang seperti ayakan (sarangan yang terletak beberapa sentimeter di atas permukaan air. Saat air direbus dan mendidih, uap yang terbentuk akan melalui sarangan lewat lubang-lubang kecil dan melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas tersebut melalui pipa menuju ketel kondensator (pendingin).
Selanjutnya, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak atsiri dilakukan berdasarkan berat jenis.
Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 1000C. Lama penyulingan relative lebih singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil dari system penyulingan dengan air.
  1. Penyulingan dengan Uap
Pada system ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam “boiler” yang letaknya terpisah dari ketel penyulingan. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar. Proses penyulingan dengan uap ini baik jika digunakan untuk menyuling bahan baku minyak atsiri berupa kayu, kulit batang, maupun biji-bijan yang relative keras.


Adapun metode lainnya yaitu:
  1. Ekstraksi dengan Pelarut Mudah Menguap
Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut organik akan berpenetrasi ke dalam jaringan dan akan melarutkan minyak serta bahan “non volatile” yang berupa resin, lilin dan beberapa macam zat warna. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah (ketel) disebut “extractor”. Berbagai pelarut yang biasa digunakan adalah petroleum ether, carbon tetra chlorida, chloroform, dan pelarut lainnya yang bertitik didih rendah.
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, seperti untuk mengekstraksi minyak dari bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati, mawar, ”hyacinth”, ”tuberose”, ”narcissus”, ”gardenis”, ”lavender”, ”lily”, ”minose”, ”labdanum”, ”violet lower” dan ”geranium”.
Pembuatan minyak atsiri dengan pelarut menguap dilakukan dengan menggunakan ekstraktor. Ekstraktor yang digunakan untuk mengekstrak minyak atsiri dari bunga terdiri dari tabung ekstraktor berputar dan tabung evaporator (penguap).
Secara umum, proses pembuatan minyak dilakukan melalui beberapa tahapan:
  1. Masukkan bahan baku yang masih segar dan pelarut mudah menguap ke dalam ekstraktor.
  2. Putar ekstraktor selama 20 – 60 menit, pelarut akan berpenetrasi ke dalam jaringan bahan baku dan melarutkan minyak serta bahan ”nonvolatile” berupa resin, lilin dan beberapa macam zat warna.
  3. Selanjutnya pisahkan larutan hasil ekstraksi dari ampas
  4. Larutan hasil ekstraksi kemudian didistilasi dalam evaporator vakum pada suhu rendah, yaitu 450C.
  5. Pelarut akan menguap dan meninggalkan larutan semipadat berwarna merah kecoklatan yang disebut concrete (merupakan campuran dari minyak atsiri, lilin dan resin).
  6. Concrete diaduk dan dilarutkan dalam alkohol panas. Larutan alkohol ini mampu mengikat minyak atsiri dengan sempurna.
  7. Selanjutnya, larutan concrete didinginkan pada suhu -50C hingga mengendap dan berbentuk lilin.
  8. Endapan lilin selanjutnya diperas dan disaring hingga keluar larutan jernih.
  9. Larutan jernih hasil pemerasan selanjutnya didistilasi ulang untuk memisahkan minyak dengan alkohol yang mengikatnya.
  10. Distilasi dilakukan dalam kondisi vakum dan pada suhu rendah (450C) hingga diperoleh larutan kental yang disebut dengan absolute (larutan minyak atsiri yang dijual dengan harga tinggi).
Berikut merupakan ilustrasi proses pembuatan minyak atsiri dengan pelarut mudah menguap :
  1. Ekstraksi dengan Lemak Dingin (Enfleurasi)
Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak bunga-bungaan, dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi. Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan bunga dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jika kena panas, kontak atau terendam dalam pelarut organik, sedangkan minyak atsiri yang terbentuk sebelumnya sebagian besar telah menguap. Untuk itu ekstraksi dengan pelarut mudah menguap menghasilkan rendemen minyak yang rendah.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan bermutu baik, proses fisiologi dalam bunga selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin sehingga bunga tetap dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan lemak hewani atau nabati.
Sama halnya dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap, ekstraksi minyak atsiri dengan metode lemak dingin memerlukan evaporator untuk memisahkan minyak atsiri dari lilin dan alkohol pelarutnya. Selain itu, dibutuhkan lempeng kaca dan rak tertutup pada proses absorbsi minyak atsiri dari bunga. Sedang bahan penunjang yang digunakan yaitu lemak dan alkohol. Lemak berfungsi sebagai adsorben atau penyerap minyak atsiri dari bunga. Sementara alkohol digunakan untuk memisahkan minyak atsiri dari lemak.
Metode enfleurasi dilakukan dengan beberapa tahapan.
  1. Pilih bunga yang masih kuncup dengan tingkat ketuaan optimum, lalu tangkai bunga dihilangkan.
  2. Selanjutnya, oleskan lemak yang akan digunakan sebagai adsorben pada lempeng kaca setebal 1–2cm. Agar diperoleh luas bidang permukaan yang lebih besar untuk penyerapan, lapisan lemak hendaknya diberi beberapa goresan.
  3. Bunga yang telah dihilangkan tangkainya kemudian ditebarkan di atas lapisan lemak secara merata. Semakin lebar bidang bunga yang kontak langsung dengan lemak akan semakin baik.
  4. Selanjutnya, simpan lempengan kaca beserta lemak dan bunga dalam lemari atau rak tertutup.
  5. Setelah 24 jam, bunga lama dapat diganti dengan bunga baru. Penggantian bunga perlu dilakukan secara hati-hati agar lemak yang terbawa sedikit mungkin. Penggantian bunga perlu dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh minyak berkomponen kimia tinggi, yang dicirikan dengan terciumnya aroma yang kuat. Lemak yang mengandung minyak disebut pomade.
  6. Pomade yang telah mengandung minyak bunga selanjutnya diangkat dari lapisan kaca dan ditampung dalam wadah, dan dicampur dengan alkohol panas sampai larut dan diaduk agar homogen.
  7. Selanjutnya, simpan larutan pada suhu dingin agar lemak membeku dan mudah dipisahkan.
  8. Pemisahan lemak dilakukan dengan pemerasan dan penyaringan sampai larutan bebas lemak.
  9. Selanjutnya, larutan yang mengandung minyak dievaporasi pada suhu rendah sampai diperoleh absolute.
Persyaratan lemak yang dipakai agar absolute yang dihasilkan optimal, diantaranya adalah.
  1. Tidak berbau dan tidak berwarna, bau dan warna pada lemak akan mempengaruhi mutu absolute.
  2. Mempunyai konsistensi tertentu, lemak yang terlalu keras mempunyai daya adsorbsi yang rendah.
  3. Titik cair optimal lemak adalah 36 – 370C, jika suhu terlalu rendah, daya adsorbsi lemak semakin tinggi namun, proses deflourasi (pengambilan bunga layu) menjadi sulit karena banyak lemak yang menempel pada bunga. Sementara jika titik cair di atas 370C, proses deflourasi semakin mudah, tetapi daya adsorpsi lemak menurun.
Berikut merupakan ilustrasi proses pembuatan minyak atsiri dengan proses enfluerasi.
  1. Ekstraksi dengan Lemak Panas (Maserasi)
Metode pembuatan minyak dengan lemak panas tidak berbeda jauh dengan metode lemak dingin. Bahan dan peralatan yang digunakan pun tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada bagian awal proses, yaitu menggunakan lemak panas. Sedang alat yang digunakan yaitu evaporator vakum. Selain itu, dibutuhkan wadah berupa bak atau baskom untuk merendam bunga dalam lemak panas. Bahan yang diperlukan dalam metode maserasi yaitu lemak dan alcohol. Lemak digunakan sebagai adsorben, sedangkan alcohol digunakan untuk melarutkan lemak.
Metode maserasi dilakukan dengan beberapa tahapan :
  1. Mula-mula pilih bunga yang bagus dengan tingkat ketuaan optimum (belum mekar penuh).
  2. Selanjutnya, rendam bunga dalam lemak yang telah dipanasi sampai suhunya mencapai 800C (kondisi cair) dan biarkan selama satu malam.
  3. Keesokan harinya tambahkan alkohol panas dalam lemak, lalu aduk dan saring untuk memisahkan bunganya.
  4. Selanjutya, simpan campuran lemak dan alkohol dalam pendingin agar membeku sehingga mudah dipisahkan.
  5. Pemisahan dilakukan dengan penyaringan sampai larutan benar-benar bebas dari lemak.
  6. Larutan yang bebas lemak tersebut selanjutnya dievaporasi pada kondisi vakum sampai diperoleh absolute


BEBERAPA CONTOH MINYAK ATSIRI

  1. CENGKEH (Eugenia aromatica)
  • Tanaman cengkeh merupakan salah satu penghasil minyak atsiri yang dapat diperoleh dari seluruh bagian tanamannya.
  • Dari daun segar, daun gugur dan bunga.
  • Kadar minyak dari daun gugur berkisar antara 1%, sedangkan dalam bunga 15-16%.
  • Selain bunga kering sebagai hasil utama, maka daun gugur dapat dimanfaatkan untuk dijadikan minyak dengan cara penyulingan.
  1. AKAR WANGI (Vetivera zizonioides)
  • Tanaman akar wangi merupakan tanaman penghasil minyak akar wangi (vitiver oil)yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
  • Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan ketingginan antara 1000 – 2000 meter dari permukaan laut dengan produksi 15 – 30 ton per tahun.
  • Kadar minyak dalam akar wangi berkisar 1 – 1,5 % sehingga jumlah prduksi minyak akar wangi 150kg – 300 kg per hektar per tahun.
  • Perlu diketahui bahwa jika ditinjau dari segi agronomi, sosial ekonomi dan teknis, maka pertanaman akar wangi mudah diusahakan oleh masyarakat sekitar, dengan umur panen 9 – 12 bulan.
  1. Nilam (Pogostemon cablin)
  • Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak nilam yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
  • Tanaman ini tumbuh dengan baik pada ketinggian tanah antara 0 – 1000 m dengan produksi 10 – 20 ton daun layu per hektar per tahun dengan periode 3 – 4 persen per tahun.
  • Tanaman ini perlu diperbaharui setiap 5 – 7 tahun sekali.
  • Minyak yang dihasilkan berkisar antara 100 – 200 kg minyak per hektar per tahun
  1. Pala (Myristica fragans)
  • Dari seluruh bagian tanaman pala yang mempunyai nilai ekonomis adalah buahnya.
  • Buah pala terdiri dari 4 bagian yaitu daging, fuli, tempurung dan biji.
  • Biji pala dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai rempah-rempah dan minyaknya diperoleh melalui penyulingan dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan dan kosmetika.
  • Biji pala dapat menghasilkan rata-rata 12% minyak atsiri dan dari fuliberkisar antara 7-18%.
  1. Jahe (Zingiber Officinale)
  • Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut organic.
  • Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga bisa dibuat sebagai oleoresin.
  • Keuntungan dari oleoresin adalah lebih higienis, dan mempunyai kekuatan lebih bila dibandingkan dengan bahan asalnya.
  • Penggunaan oleoresin dalam industri lebih disukai, karena aromanya lebih tajam dan dapat menghemat biaya pengolahan.
  1.  OLEORESIN
Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut organic. Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga bias dibuat sebagai oleoresin. Keuntungan dari oleoresin adalah lebih higienis dan mempunyai kekuatan lebih bila dibandingkan dengan bahan asalnya. Penggunaan oleoresin dalam industry lebih disukai karena aromanya lebih tajam dan dapat menghemat biaya pengolahan.
Oleoresin dapat diperoleh dari kulit kayu manis segar atau dari kulit kayu manis sisa penyulingan dengan metode ekstraksi. Alat yang digunakan terdiri dari sebuah ekstraktor yang dilengkapi dengna sebuah pengaduk dank oil pemanas. Sumber panas berasal dari sebuah ketel uap yang juga digunakan pada ketel suling. Ekstraktor ini juga berfungsi sebagai alat pemisah yang memisahkan oleoresin dan pelarut. 


DAFTAR PUSTAKA
 




Komentar