laporan fisika kayu



HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini di susun dan di sahkan sebagai persyaratan dalam mengikuti respon akhir praktikum ilmu kayu.




Mataram, 22 Desember  2014

 Praktikan                                                                                                      Co. Asst


Sandy Purnama                                                                                Ni Wayan Suci Astuti              (C1L0 130 082 )                                                                                             (C1L 212 058)








KATA PENGANTAR
            Alhamdulillah dengan segala keterbatasan kami dan segala limpahan bantuan serta berkah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan “Laporan Akhir Ilmu Kayu Tentang Sifat Fisika Kayu” ini. Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh nikmat dan karunia-Nya kepada saya dan kita semua sehingga dapat menyelesaikan laporan ini. Shalawat serta salam tercurahkan bagi junjungan nabi besar kita Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam terang benderang yakni agama islam.
            Terima kasih yang tak terlukiskan kepada seluruh dosen dan asisten pratikum yang telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum “ILmu  Kayu Tentang Sifat Fisika Kayu” ini, Harapan kami sebagai penulis laporan ini tidaklah lain hanya agar dipahami para pembaca serta mampu menambah wawasan serta keilmuannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
            Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon di maafkan.



Mataram,  Desember 2014

Penulis              



DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................................       i
KATA PENGANTAR .....................................................................................................      ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................     iii
DAFTAR  TABEL ...........................................................................................................     iv
DAFTAR  GAMBAR ......................................................................................................     vi
DAFTAR  LAMPIRAN ..................................................................................................    vii
BAB I   PENDAHULUAN ..............................................................................................      1
1.1          Latar Belakang  ............................................................................................      1
1.2         Tujuan Pratikum ...........................................................................................      2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................      3
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................      3
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM.....................................................................     6
3.1    Waktu dan tempat ....................................................................................................      6
3.2  Alat dan Bahan ...........................................................................................................      6
3.3    Cara Kerja ................................................................................................................      6
BAB IV HASIL PENGAMATAN .................................................................................      9
BAB V PEMBAHASAN  ................................................................................................    12
5.1   Kadar Air ..................................................................................................................    12
5.2  Berat Jenis ..................................................................................................................    12
5.3  Penyusutan..................................................................................................................    14
BAB VI  KESIMPULA DAN SAR AN .........................................................................    16
6.1   Kesimplan ..................................................................................................................    16
6.2  Saran ...........................................................................................................................    16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................    17
LAMPIRAN......................................................................................................................    18      
















DAFTAR TABEL
Hal
TABEL 4.1 Data Kadar Air.............................................................................................      9
TABEL 4.2 Penusutan Kering Basa- Kering Udara ....................................................    10
TABEL 4.3 Penyusutan Kering Udara- Kering Tanur.................................................    11















DAFTAR  GAMBAR
Gambar 1...........................................................................................................................    13
Gambar 2...........................................................................................................................    14








DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN  I ALAT DAN BAHAN ............................................................................    18
 LAMPIRAN II HASIL PENGMATAN .......................................................................    19


BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari, kayu merupakan  bahan yang sangat sering di pergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu . terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan yang lain kerena sifatnya yang khas. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat- sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat- sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan  atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul- betul sesuai dengan ke inginkan kita. Berbagai keunggulan kayu menyebabkan kayu masih banyak diminati para penggunanya walaupun sekarang ini telah banyak material lain seperti plastik, baja, beton, dll yang nootabene juga dapat dipergunakan sebagai bahan kontruksi meubel. Kayu yang digunaka tersebut tentunya tidak luput dari serangan organisme, kayu telah dimanfaatkan sejak zaman dahulu dengan berbagai kegunaannya, kayu tetap eksis digunakan sampai saat ini kayu tidak hanya digunaka untuk dekorasi melainkan digunakan untuk membuat berbagai jeis benda dengan nilai seniang sangat tinggi.
Setiap kayu memiliki cirri tersendiri baik kimia, fisika maupun meknikanya. Faktor- faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya factor bilgis ( mikroorganisme yang dapat menyerang kayu ), kadar air, berat jenis. Factor tersebut pada dasarnya dapat menipulasi kekuatan kayu sehingga mempengaruhi kekuatan kayu yang dapat di pertahankan misanya pengawetan dengan  zat kimia pengeringan dan memanipulasi pertumbuhan.
Perlu di ketahui di Indonesia memilki potensi hutan yang tidak sedikit , sekitar 40.000 jenis kayu. Dari jumlah inipun masih juga belum memenuhi kebutuhan pemakaian, misalnya di Pulau Jawa lebih memilih kayu jati dari pda kayu lainnya, demikan pula di Kalimantan lebih menyukai kayu ulin dari pada kayu yang lainnya. Hal ini perlu di pecahkan agar semua jenis kayu di ketahui sifat-sifatnya secara keseluruhan dan terpadu.
Pemanfaatan kayu secara maksimumdapat dicapai apabila sifat-sifat dasar dari kayutersebut diketahui dengan jelas. Variasi sifatdasar ini biasanya mengikuti posisi (letak) kayudalam batang baik secara radial maupun aksial. Pada kedudukanaksial umumnya sifat-sifat kayu bagian pangkalberbeda dengan bagian ujung. Hal ini disebabkanwaktu pembentukan kayu yang berbedadan diperkirakan akan turut mempengaruhi sifatfisik kayu diantaranya kadar air dan berat jenis.Pada kedudukan radial variasi sifat-sifat kayudisebabkan oleh keadaan lingkungan dan perbedaanmusim yang selalu berubah dari waktu ke waktu, serta adanya pengaruh kayu juvenilyaitu masa pada awal pembentukan kayu tersebut.Mengingat kualitas suatujenis kayu dipengaruhi oleh beberapa hal diatas, maka perlu dilihat sesungguh seperti apakah kualitas kayu mernati ( Shorea sp )yang termasuk di dalam jenis kayu non komersil.
Permeabilitas adalah istilah yang menunjukan laju aliran gas dan cairan dalam kelas kayu. Sifat ini sangat penting dalm pengawetan dan pembuatan pulp ( memasukan cairan dalam kayu  ) dan pengeringan kayu  ( mengeluarkan air dari kayu ). Permeabilitas kayu korelasi dengan besarnya saluran- saluran yang ada untuk aliran gas dan cairan. Permeabilitas arah lateral jauh lebih kecil dari pada arah longitudinal (arah longitudinal 1.000 -100.000  kali lebih tinggi ). Pemeabilitas radial iasanya lebih sedikit dari pada permeabilitas tangesial.
1.2 Tujuan Pratikum
Adapun tjuan dalm pratikum fisika kayu ini diantaranya :
1.      Untuk mengetahui nilai kada air, berat jenis, dan penyusutan kayu
2.      Mengetahui hubungan kadar air dan penyusutan kayu
3.      Mengetahui rasio perubahan dimensi longitudinal, tangensial dan longitudinal






BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, antara 0,2 (kayu balsa) sampai 1,28 (kayu nani). Berat jenis merupkan petunjuk untuk menentukan sifat-sifat kayu. Makin berat kayu itu, kekuatan kayu makin besar. Makin ringan kayu itu, kekuatannya juga makin kecil. Berat jenis tergantung oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Keawetan alami kayu berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Keawetan kayu disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak kayu. Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh tempat di dalam batang, umur pohon dan kelembaban udara. Higroskopik yaitu sifat dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Makin lembab udara sekitar, kayu juga semakin lembab. Masuknya air ke dalam kayu menyebabkan berat kayu bertambah. Sifat ini berhubungan dengan sifat mengembang dan  menyusut kayu. Tekstur kayu yaitu ukuran relatif dari sel-sel kayu. Menurut teksturnya, kayu dibedakan menjadi kayu bertekstur halus, contohnya kayu giam, lara, kulim, dll, kayu bertekstur sedang, contohnya kayu jati, sonokeling, dll, kayu bertekstur kasar, contohnya kayu kempas, meranti, dll. Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air dan zat ekstraktif. Berat suatu kayu tergantung dari berat jenisnya  (Kanisius, 1981)
 Mengenal Sifat-sifat kayu Indonesia dan Penggunaannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Air adalah unsure alami yang bagian suatu pohon yang hidup. Dalam bagian xylem ,air (lengas ) umumnya ber jumlah lebih dari separuh berat total airnya, bearat air dalam kayu segar umumnya sama atau lebih besar dari pada berat bahan kayu kering. Sejumlah air akan segera hilang apapila pohon mati atau suatu kayu glondongandi olah menjadi kayu gergajian  finir atau sepih kayu. Keadaan demikian bila berlangsung cukup lama, akan mempengaruhi dimensi dan sifat- sifat kayu. Hal ini disebut juga dengan sifat higroskopis yang artinya kayu dapat menyerap dan melepaskan air, merupakan gambaran mengenai banyaknya air yang ada pada suatu kayu. kadar air didefinisikan dengan berat air yang dinyatakan sebagai Persen ( % )  berat  kayu bebas air atau  kering tanur ( Haygreen dan Bwyer,1996 ).
Kadar air didefinisikan sebagai berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam pecahan, biasanya dalam Persen  ( % ) dari berat  kering tanur, berat penyusutan, pengembembangan , kekuatan, dan sifat- sifat lainnya tergantung pada kadar air  ( USD,1974).           
Jumlah subtansi dinding sel paa kayu, disebut sebagai berar jenis adalah indicator yang penting dari beberapa sifat  kayu dengan kerapatan benda stndar yaitu air .Namun karena pada suhu 4 0c nilai kerapatan air adalah 1gr/cm3, maka nilai kerapatannya ditentetukan berdasarkan BKT (Berat Kering Tanur)  dan volume basah mempunyai nilai missal 0,4 gr/cm3 secara langsung maka kayu tersebut hanya dapat ditentukan memiliki berat jenis 0,4 ( tanpa satuan ). Meskipun nilai berat jenis hanya ditentukan berdasarkan berat kering tanur dan volume basah (lebih besar atau sama dengan titiki jenuh serat ) atau keadaan air antar kering tanur dan basah (Maesoen ,1966).
Bila kayu dengan kadar air maksumum di keringkan, air yang pertama –tama menguap adal air bebas, Kadar air  ( KA ) akan turun sampai titik jenuh serat ( TJS ). Selama proses ini tidak terjadi perubahan dimensi kayu., setelah tercapai titik jenuh serat, air terikat menguap dari dinding sel dan KA ( Kadar Air ) turun di bawah TJS ( Titik jenuh Serat ). Dalam fase ini terjadi penyusutan dimensi  kayu. Penyusutan Kayu. Ini disertai dengan pengurangan kadar air nol ( kering tanur ). Penyusutan kayu dari titik jenuh serat sampai kondisi kering tanur di sebut penyusutan total ( Haygreen dan Bwyer,1996 ).
Jenis-jenis Pohon Meranti (Shorea) dan Klasifikasinya  Meranti termasuk keluarga dipterocarpaceae . Secara harfiah, dipterocarpaceae berasal dari kata latin, yaitu di = dua, carpa=carpus=sayap, yang berarti buah bersayap dua. Jenis dipterocarpus (jenis-jenis Kruing), Cotylelobium dan Anisoptera (jenis-jenis mersawa) umumnya bersayap dua, sedangkan Hopea (jenis-jenis merawan), Parashorea dan Shorea (jenis-jenis meranti, bangkirai dan balau) memiliki sayap bervariasi antara 2-5, namun Vatica (jenis-jenis resak) memiliki sayap yang sangat pendek bahkan tanpa sayap. Pohon meranti memiliki bentuk batang bulat silindris, dengan tinggi total mencapai 40-50 m. Kulit kayu rata atau beralur dalam atau dangkal, berwarna keabu-abuan sampai coklat. Pada umumnya berbanir tinggi sampai 6-7 m. Nama kayu perdagangan meranti ditentukan dari warna kayu gubalnya, seperti meranti Putih, meranti Kuning dan meranti merah. klasifikasi dan penyebaran meranti Pohon Meranti (Shorea) . Spesies Shorea leprosula Miq. Rataan riap diameter Shorea leprosula (meranti batu) adalah 1,37 cm/tahun, sehingga kayu meranti dapat dipanen pada umur 30 tahun setelah ditanam. Jika riap diameter meranti mencapai 1,8-2,0 cm/tahun, maka kayu dapat dipanen pada umur 25 tahun, ( Martawijjaya. A,I Kartasujana, 1977 )
Meranti pada umumnya berbunga dan berbuah 4-7 tahun sekali yang disebut dengan musim berbuah masal. Di Arboretum Bogor ada jenis Dipterokarpa lain yang berbuah tiap tahun yaitu Hopea odorata (merawan) dan Anisopteramarginata Musim buah masak meranti bervarisi tergantung jenis dan lokasinya. Di Hutan Penelitian Haur Bentes, Jasinga, jenis S. leprosula, S. pinanga, S. stenoptera, S. mecistopteryx buah masak pada bulan Desember-Maret, sementara Hopea mengerawan, Hopea sangal, H. odorata buah masak pada bulan Juli-September. Di Sumatra, S. parvifolia dijumpai berbuah pada bulan Desember Januari, Shorea acuminata berbuah pada bulan Oktober-Desember. Meranti tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang. Berat jenisnya berkisar antara 0,3 – 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua kecoklatan. Berdasarkan bijinya, kayu ini dibedakan lebih lanjut atas meranti merah muda yang lebih ringan dan meranti merah tua yang lebih berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara kedua kelompok ini, sementara jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang menghasilkan kedua macam kayu itu. Meranti termasuk marga shorea, famili Dipterocarpaceae. Jumlah spesiesnya mencapai 130 jenis dan sebagian besar tumbuh secara alami di hutan Kalimantan dan Sumatera. Dalam perdagangan dikenal jenis meranti kuning, meranti merah dan meranti putih. Meranti kuning Spesies yang termasuk meranti kuning adalah Shorea acuminatissima, S. faguetiana, S. gibbosa, S. hopeifolia dan S. multiflora. Daerah penyebaran di Indonesia meliputi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, dan seluruh Kalimantan. Tinggi pohon 20-60 m dengan diameter 150 cm dan batang bebas cabang 10-45 m. Bentuk batang silindris lurus dan berbanir 3-6.5 m dari permukaan tanah. Meranti kuning tumbuh pada tanah latosol, podzolik merah kuning dan podzolik kuning. Dapat tumbuh sampai ketinggian 850 m pada curah hujan A dan B. Pohon ini mulai berbuah pada umur 6-9 tahun dan belum tentu berbuah setiap tahun karena sangat dipengaruhi oleh musim. Musim berbuahnya pada bulan Oktober-April. Meranti merah Ada 22 jenis spesies yang termasuk meranti merah antara lain Shorea acuminata, S. joharensis, S. lepidota, dan S. leprosula. Pohon ini banyak ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Maluku. Tinggi pohon mencapai 50 m diameter 100 cm dan batang bebas cabang 30 m. Pohon berbanir 2.5m dari permukaan tanah, kulit luar berwarna kelabu atau cokelat dengan tebal sekitar 5 mm. Meranti merah tidak memerlukan tempat tumbuh yang khusus, hidup baik pada berbagai jenis tanah kecuali tanah liat yang berat. Tumbuh terpencar , bercampur dengan jenis yang lain pada ketinggian 0-800 m dpl. dengan tipe iklim A – D. Musim berbunga dan berbuah terjadi sepanjang tahun. Buah masak antara bulan Mei-Desember. Meranti putih Ada 6 spesies yang termasuk meranti putih yaitu : Shorea assamica, S. bracteolata, S. javanica, S. lamellata, S. ochracea, S. retionades dan S. virescens. Daerah penyebarannya meliputi seluruh Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Bentuk batang lurus, silindris dan berbanir setinggi 3.5 m dari permukaan tanah. Tinggi pohon dapat mencapai 12-55 m dengan diameter 180 cm dan batang bebas cabang 8-37 m. Meranti putih tumbuh pada ketinggian 0-700 m dpl. dengan tipe curah hujan A dan B. Tumbuh pada tanah kering, tanah yang kadang-kadang atau selalu tergenang, tanah liat, tanah berbatu-batu, dan tanah berpasir dengan topografi datar sampai miring. Musim berbunga dan berbuah sangat dipengaruhi iklim. Pembungaan biasanya terjadi setelah melewati dekade iklim yang kering dan panas. Buah masak pada bulan Oktober-April. Meranti merupakan salah satu kayu komersial terpenting di Asia Tenggara. Kayu ini juga yang paling umum dipakai untuk berbagai keperluan di kawasan Malaysia. Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan, bahan mebel dan perabot rumahtangga, mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu meranti merah-tua yang lebih berat biasa digunakan untuk konstruksi sedang sampai berat, balok, kasau, kusen pintu-pintu dan jendela, papan lantai, geladak jembatan, serta untuk membuat perahu. Kayu meranti gampang di olah menjadi produk pertukangan berupa kusen pintu jendela dll,kayu meranti sebagai kayu yang dapat dikerjakan sangat mudah dan halus serat texturnya. Sebagian kayu meranti yang sudah diperdagangkan tidak sesuai dengan standar baku ukurannya, biasanya kami sering mendapatkan ukuran panjang (misal 4 m) tak ada sessuai dengan ukurannya, sehingga menyulitkan bagi pertukangan untuk mengatur kayu dalm pembuatan seperti kusen, pintu dan jendela.Harga kayu meranti yang tak begitu mahal menjadikan pilihan bagi bahan pembuatan matrial kusen, pintu, jendela. Meranti merah baik pula untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir untuk kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan kertas ( Martawijjaya. A,I Kartasujana, 1977 )

BAB III. METODOLOGI PRATIKUM
3.1    Waktu dan Tempat
Pratikum ilmu kayu ini di laksanakan pada setiap hari sabtu, tanggal 15 November 2014 pukul 14.30 WITA sampai dengan tanggal 18 Desember 2014 pukul 14.30 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil Hutan Program Studi Kehutan Universitas Mataram.
3.2         Alat dan Bahan
3.2.1   Alat
Adapun alat yang digunakan dalam pratikum fisika kayu diantara :
1.      1 buah oven
2.      2 buah califer
3.      1 buah gergaji
4.      1 buah timbangan digital / aalitik
5.      1  buah gunting kawan
6.      3  buah spidol permanen
7.      1  buah timbangan digital
8.      1  bilah pisau

3.2.2   Bahan
Adapun alat bahan yang digunakan dalam praktikum Fisika Kayu diantaranya :
1.      5  potong sampel kayu ukuran 2 x 2 x 2 cm dan 2 x 2 x 4 cm
2.      Buku peraktikum
3.      Alat tulis
4.      Lembar  Pengamatan



3.3    LANGKAH  KERJA
3.3.1        Kadar Air Kayu
1.      Disiapkan disk ( lempeng kayu) dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm yang kondisi segar yang dijadikan sampel pengukuran dimensi kayu.
2.      Diberi gambar bentuk bujur sangkar pada ukuran 2 x 2 cm dari salah satutepi ke tepi yang lain dengan melalui pusat disk.
3.      Digergaji disk sesuai dengan gambar yang telah dibuat sehingga diperoleh sampel kecil dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm. Diberi kode dengan penomoran pada masing-masing sampel tersebut dan diberi tanda arah longitudinal, tangensial dan radial.
4.      Ditimbang sampel kayu sebagai berat awal kemudian sampel dimasukkan ke dalam open pada suhu 103  0c ± 2  0c. Setiap hari selama 7 hari sampel ditimbang pada waktu yang sama sampai diperoleh berat yang konstan.
5.      Dicatat hasil penimbangan yang diperoleh ke dalam lembar pengamatan.
3.3.2        Berat Jenis kayu
1.    Disiapkan disk ( lempeng kayu) dengan ukuran 2 x 2 x 4 cm yang kondisi segar yang dijadikan sampel pengukuran dimensi kayu.
2.    Diberi gambar bentuk bujur sangkar pada ukuran 2 x 2 x 4 cm  dari salah satutepi ke tepi yang lain dengan melalui pusat disk.
3.    Digergaji disk sesuai dengan gambar yang telah dibuat sehingga diperoleh sampel kecil dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm dan 2 x 2 x 4 cm. Diberi kode dengan penomoran pada masing-masing sampel tersebut dan diberi tanda arah longitudinal, tangensial dan radial.
4.    Diukur volume dengan mengukur panjang masing-masing sisi kayu kemudian dikelola dengan menggunakan rumus Volume = Panjang x Lebar x Tinggi.
5.    Dimasukkan  sampel kayu ke dalam oven  pada suhu 103 0c ± 2 0c, sampai mencapai kondisi kering tanur.
6.    Diulangi langkah kerja 4, dicatat hasil pengukuran pada lembar pengamatan.

BAB IV. HASIL PENGAMATAN
4.1       Data Kadar Air
Sampel
Berat (g)
Kadar Air (%)
Jenis Kayu
Ulanngan
Basah
Kering Udara
Kering Tanur
Basah
Kering Udara
Meranti 1 Kelompok  4
1.00
6.32
3.70
3.26
93.87
13.50
2.00
6.78
3.93
3.47
95.39
13.26
3.00
6.48
3.79
3.35
93.43
13.13
4.00
6.54
3.81
3.37
94.07
13.06
5.00
6.64
3.86
3.42
94.15
12.87
Rata-rata 1
94.18
13.16
Meranti 2 Kelompok  6
1.00
5.79
3.17
2.82
105.32
12.41
2.00
6,.12
3.28
2.92
12.33
12.33
3.00
550.00
3.00
2.67
20499.25
12.36
4.00
5.53
3.05
2.71
104.06
12.55
5.00
5.94
3.23
2.88
106.25
12.15
Rata-rata 2
4165.44
12.36
Meranti 3 Kelompok 9
1.00
11.30
8.78
7.73
46.18
13.52
2.00
10.43
8.76
7.19
45.06
21.84
3.00
10.65
8.31
7.13
49.37
16.55
4.00
8.78
6.80
5.99
46.58
13.52
5.00
10.17
7.93
6.99
45.49
13.45
Rata-rata 3
46.54
15.77
Meranti 4 Kelompok  11
1.00
8.88
6.83
6.01
47.75
13.64
2.00
7.93
6.09
5.36
47.95
13.62
3.00
9.06
6.95
6.12
48.04
13.56
4.00
8.30
6.40
5.63
47.42
13.68
5.00
7.82
6.00
5.28
48.11
13.64
Rata-rata 4
47.85
13.63
·          Rata- rata KA Basah =  =1088,50 %
·          Rata- rata KA Kering Udara =  =13,73 %


4.2  Penyusutan Basah - Kering Udara
Sampel
Berat (g)
Volume (Cm3)
Berat Jenis
Jenis
Kayu
Ulanngan
Basah
Kering Udara
Kering Tanur
Basah
Kering Udara
Kering Tanur
Basah
Kering Udara
Kering Tanur
Meranti 1 kelompok 4
1
6.32
3.7
3.26
8.29
7.14
6.27
0.393
0.457
0.520
2
6.78
3.93
3.47
8.59
7.83
6.27
0.404
0.443
0.553
3
6.48
3.79
3.35
8.15
7.56
6.34
0.411
0.443
0.528
4
6.54
3.81
3.37
8.32
7.65
6.6
0.405
0.441
0.511
5
6.64
3.86
3.42
8.4
7.13
6.68
0.407
0.480
0.512
Rata-rata 1
0.404
0.453
0.525
Meranti 2 Kelompok
 6
1
5.79
3.17
2.82
8.33
7
7.56
0.339
0.403
0.373
2
6.12
3.28
2.92
7.8
8.6
7.02
0.374
0.340
0.416
3
5.5
3
2.67
7.43
7.5
5.86
0.359
0.356
0.456
4
5.53
3.05
2.71
6.8
7.8
5.08
0.399
0.347
0.533
5
5.94
3.23
2.88
7.73
8.5
7.29
0.373
0.339
0.395
Rata-rata 2
0.369
0.357
0.435
Meranti 3 Kelompok 9
1
11.3
8.76
7.73
16.64
9.59
8.11
0.465
0.806
0.953
2
10.43
8.76
7.19
10.58
10.31
8.39
0.680
0.697
0.857
3
10.65
8.31
7.13
10.88
9.94
8.1
0.655
0.717
0.880
4
8.78
6.8
5.99
8.82
8.81
6.94
0.679
0.680
0.863
5
10.17
7.93
6.99
10.23
9.67
8.66
0.683
0.723
0.807
Rata-rata 3
0.632
0.725
0.872
Meranti 4 Kelompok 11
1
8.88
6.83
6.01
11.88
8.63
7.92
0.747
0.791
0.759
2
7.93
6.09
5.36
11.3
7.58
6.67
0.702
0.803
0.804
3
9.06
6.95
6.12
10.82
7.23
7.03
0.837
0.961
0.871
4
8.3
6.4
5.63
10.03
7.82
7.95
0.828
0.818
0.708
5
7.82
6
5.28
10.73
6.84
6.72
0.729
0.877
0.786
Rata-rata 4
0.769
0.850
0.785












·        Rata- rata  penyusutan Basah- kering Udara Dimensi L
 =14,87 %
·        Rata- rata  penyusutan Basah- kering Udara Dimensi T
 =17,65 %
·        Rata- rata  penyusutan Basah- kering Udara Dimensi R
 = - 0,54 %



4.3    Penyusutan Kering Udara- Kering Tanur
Sampel
Kondisi Basah
Kondisi Kering Udara
Penyusutan Basah Kering Tanur (%)
Jenis Kayu
Ulanngan
Berat (g)
Dimensi Basah

Berat (g)
Dimensi Basah

L
T
R
L
T
R
L
T
R
Meranti 1 Kelomok 4
1
11.34
4.16
2.44
1.86
7.21
4.06
2.12
1.81
2.4
13.1
2.69
2
12.56
4.25
2.32
1.85
8.08
4.14
2.16
1.89
2.59
6.9
-2.16
3
11.79
4.22
2.14
1.83
7.53
4.21
2.08
1.89
0.24
2.8
-3.28
4
11.6
4.21
2.21
1.85
7.42
4.16
2.06
1.89
1.19
6.79
-2.16
5
11.01
4.18
2.15
1.89
6.96
4.06
2.04
1.89
2.87
5.12
0
Rata-rata 1
1.86
6.94
-0.98
Meranti 2 Kelompok 6
1
11.47
4.09
1.51
2.01
6.1
4.08
1.56
1.9
0.24
-3.31
5.47
2
11.45
4.03
1.64
2
6.05
3.94
1.45
1.99
2.23
11.6
0.5
3
1.57
3.98
1.9
2.05
5.57
3.86
1.47
1.88
3.02
22.6
8.29
4
10.47
4.04
1.55
1.91
5.51
3.95
1.42
1.84
2.23
8.39
3.66
5
10.38
3.99
1.64
1.93
5.5
3.96
1.73
1.99
0.75
-5.49
-3.11
Rata-rata 2
1.69
6.76
2.96
Meranti 3 Kelompok 9
1
18.82
4.82
2.53
1.84
7.73
4.24
2.96
1.98
12
-17
-7.61
2
19.48
4.91
3.55
1.38
7.19
4.64
2.34
1.53
5.5
34.1
-10.9
3
18.84
5.01
2.41
1.79
7.31
4.02
2.76
1.76
19.8
-14.5
1.68
4
17.4
4.94
2.37
1.81
5.99
4.42
2.58
1.89
10.5
-8.86
-4.42
5
19.7
5.11
2.47
1.73
6.99
5.08
2.28
1.67
0.59
7.69
3.47
Rata-rata 3
9.68
0.28
-3.55
Meranti 4 Kelompok 11
1
16.57
4.28
2.45
1.55
12.03
4.29
2.14
1.65
-75.1
-38.1
86.3
2
17.51
4.32
2.64
1.89
12.58
4.26
2.34
1.66
-61.4
-23.8
86.8
3
17.52
4.29
2.58
1.78
12.48
4.28
2.29
1.66
-65.9
-28.7
86.7
4
17
4.29
2.49
1.77
12.19
4.27
2.33
1.66
-71.5
-31.6
86.4
5
16.36
4.24
2.49
1.76
11.76
4.23
2.36
1.65
-69.9
-34.1
86
Rata-rata 4
-68.7
-31.3
86.4
















·        Rata- rata  penyusutan kering Udara – Kering tanur Dimensi L
 = - 13,88 %
·        Rata- rata  penyusutan kering Udara – Kering Tanur Dimensi T
 = - 4,32 %

·        Rata- rata  penyusutan kering Udara – Kering Tanur Dimensi R
 = - 21,21 %



























BAB VI.  PEMBAHASAN

Berat jenis merupkan petunjuk untuk menentukan sifat-sifat kayu. Makin berat kayu itu, kekuatan kayu makin besar. Makin ringan kayu itu, kekuatannya juga makin kecil. Berat jenis tergantung oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Keawetan alami kayu berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Keawetan kayu disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak kayu. Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh tempat di dalam batang, umur pohon dan kelembaban udara. Higroskopik yaitu sifat dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Makin lembab udara sekitar, kayu juga semakin lembab. Masuknya air ke dalam kayu menyebabkan berat kayu bertambah. Sifat ini berhubungan dengan sifat mengembang dan  menyusut kayu.
Adapun pada pratikum fisika kayu kayu mengukur serta mengetahui penyusutan, kadar air dan berat jenis dari kayu di paktikan. Ada lima potong kayu berukuran 2 x 2 x 2 cm serta lima kayu 2x 2x 4 cm. Kemudian  masing- masing kelompok memberikan nama sample sesuai kelompok masing misalnya me.9.1,  me.9.2,  me.9.3, me.9.4, me.9.5 .Selanjutnya kayu tersebut dimasukan kedalam oven yang dimana di dpatkan nilai peyusutan ( longitudinal,tangensial, dan radial ) dan diamati selam 3 hari dan pada  ukuran 2x 2 x 2 cm akan di amati kondisi kadar air kayu dengan menggunakan rumus :
KA=
Ket:
 KA =kadar air
BB= berat basah
Bkt= berat kering tanur
Yang di maan rumus tersebut dapat dikeahui hasil kadar air pada masing- masing  pengukuran terhadap seluruh sample potongan kayu yang berukuran 2 x 2 x 2 cm. Sample meranti yang telahdiratakan sebesar 1088,50 %  pada keadaan basah, sedangkan pada keadaan kering udara sebesar 13,73 %. Namun kadara air tergantung pada musim pohon di tebang . pada musin penghujan  kadar airnya lebih tinggi dari pada kadar air musim kemarau. Nilai kadar air segar yang masih hidup atau baru saj ditebang berkisar 40 -200 %  berdasarkan kering tanur (USD,1974 )
Pada pengkuran berat jenis terdapat dua pengukuran BJ (berat jenis ) segar dan BJ (berat jenis ) kering tanur  dengan menggunakan rumus berikut :
BJS =  x 100 %
BJS =  x 100 %
Dimana BJS adalah berat jenis segar dan BJ KT adalah berat jenis kering tanur. Berat jenis meranti berkisar antara 0,3- 0,86 pada kandungan air 15 % ( Martawijaya.A,I.kartasujanan,1977 ) , setalah di masukan dalam rumus maka berat jenis meranti maka di dapatkan berat jenis segar sebesr 0,54 dan berat jenis kering tanur sebesara 0,63 tidak jauh berbeda dengan berat jenis Bayur pada saat kering udara berkisar  antar 0,30- 0,70  sedangkan Mahoni didapatkan bera jenisnya berkisar antara 0,64- 0,76 berdasakan berat kering dan dapat. Gambar berikut untuk menganalis hubungan kadar air dengan berat sejenis berdasarkan keadaan kayu seperti pada gambar 1 dan gambar 2.


Gambar 1. Kadar air basah dan kering udara
Gambar 2. Kadar Air Basah, Kering Udara, dan Kering Tanur

Hal ini dimungkinkan karena kadar air dipengaruhi dan sering berdanding terbalik dengan berat jenis. Menurut prawirihatmodjo (2001 ), antara berat jenis dan kadar air segar dapat hubungan yang negative yang kuat, dimana penigkatan berat jenis akan menyebabkan penurunan kadar air segar dan sebaliknya
Pada pengukuran fisika kayu  yang digunakan yaiyu sample kayu berukuran 2 x 2 x 4 yang di ukur arah  L, T, R ( Longitudinal, Tangensial, dan Radial ) dengan menggunakan rumus :
P =  x 100 %
Dengan rumus tersebut di dapatlahhasil penyusutan setiap arah bidang kayu L, T, R ( Longitudinal, Tangensial, dan Radial ) dan kemudian di rata-ratakan. Penyusutan yang paling tinggi terjadi pada dimensi longitudinal di ikutu dimensi radial dan tangensial. Hal ini terjadi karena pada saat kayu masih basah ataupun hidup senyawa selulosa dan senyawa OH dapat mengikat oksigen pada rantai tangan senyawa OH akan tetapi pada praktikum sample kayu yang digunakan adalah kayu kering dan kemungkinan pada kayu direndam senyawa Selulosa dan Senyawa OH sudah berhimpitan sehingga tidak dapat menyerap air secara maksimal.
BAB VI  KESIMPULAN DAN SARAN
6.1     Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum fisika kayu ini adalah :
1.         Pada  pelaksanaan pratikum fisika kayu di dapatkan kadar air basah sebesar 1088,50 % dan kadar air kering udara sebesar 13,73 %
2.         Berat jenis kayu bagi menjadi tiga yaiyu berat jenis segar, berat jenis, kering udara, dan berat jenis kering tanur, setelah dirata- ratakan  maka di dapat hasil sebesar 0,54, 0,6, dan 0,62. Sedangkan perbandingan antara sampel kayu meranti , kayu bayur, kayu mahoni dan kayu rajumas semua berat jenisnya hampir sama yaitu anatara 0.5- 0,76 . Ke empat sampel tersebut digolongkan ke dalam kelas awet dan kelas kuat yang sam yaitu kelas awet III sedangkan kelas kuatnya kelas II.
3.         Berdasarkan perubahan dimensi L, T, R ( Longitudinal, Tangensial, dan Radial ) dari kering basah- kering udara sebesar 14,87, 17,66, dan -0,54
4.         Perubahan dimensi L, T, R ( Longitudinal, Tangensial, dan Radial ) dari  kering udara- kering tanur  sebesar -13,45, -4,31, dan 21,21. Pada dimensi longitudinal yang palingtiggi mengalami perubahan dimensi.
6.2         Saran
Adapun saran untuk praktikum fisika kayu ini adalah :
1.         Bagi pratikan agar lebih berhati - hati dalam melakukan pratikum
2.         Bagi pratikan agar menaati segala praturan yang berlaku selam kegiatan pratikum berlangsung
3.         Untuk kegiatan pratikum selanjutnya diharap kepada laboran untuk menambah peralatan pratikum aga pratikum dapat dilakukan secara serentak



DAFTAR PUSTAKA
Haygreen, J.G dan J.L Bowyer, 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar (TerjemahanSutjipto, AH), Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Kanisius, 1981. Mengenal Sifat-sifat kayu Indonesia dan Penggunaannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Marsoem S.N., 1996. Petunjuk Praktikum Fisika Kayu. Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta(Tidak dipublikasikan).
Martawijaya. A, I. Kartasujana. 1977. Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis Kayu Indonesia. Publikasi Khusus No. 41. LPHH, Bogor.
Prawirohatmodjo, S., 2001. Sifat Fisika Kayu, Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
US. Department of Agriculture (USDA), 1974. Wood Handbook : Wood as an Engineering Material. Agriculture Handbook No. 72 USDA, USA.







Komentar