BAB
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Interpretasi
hidrologi pada teknik penginderaan jauh diarahkan untuk menduga
hubungan/interaksi kenampakan bentang lahan (landscape features) dengan
proses-proses hidrologi. Penggunaan citra penginderaan jauh untuk pemetaan
hidrologi permukaan cukup didekati dengan mendasarkan pada elemen-elemen lahan
dan karakteristik citra.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran air permukaan selain input hujan salah satunya adalah kemiringan lereng, yaitu suatu derajat ketinggian permukaan lahan yang juga akan mempengaruhi pada laju infiltrasi tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran air permukaan selain input hujan salah satunya adalah kemiringan lereng, yaitu suatu derajat ketinggian permukaan lahan yang juga akan mempengaruhi pada laju infiltrasi tanah.
Analisa morfologi permukaan yang digunakan
sebagai dasar logika pendekatan hydrologic modelling berupa perhitungan
kualitatif, berdasarkan sifat air terhadap tipologi lereng yang meliputi
gambaran arah larian air, kalkulasi akumulasi arus, konsentrasi arus air, dan
daerah-daerah pengaliran. Arah arus merupakan arah larian arus yang dihitung
berdasarkan nilai grid terkecil pada DAS (Daerah Aliran Sungai). Fungsi ini
memberikan arah arus keluar menuju titik terendah dari permukan lahan yang
curam/tinggi. Akumulasi arus mendasarkan bahwa air hujan yang jatuh menjadi air
permukaan, air hujan dipandang sebagai aliran air yang jatuh ke permukaan dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah sehingga evapotranspirasi, intersepsi
dan infiltrasi tidak diperhitungkan. Kalkulasi akumulasi arus dihitung
berdasarkan arah arus, berfungsi menghitung arus yang terkumpul sebagai beban
dari setiap aliran sehingga daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki
nilai kecepatan arus yang rendah dan tempat berkumpulnya arus air dari
daerah-daerah pengaliran.
Pemahaman
ilmu hidrologi akan membantu kita dalam menyelesaikan problem berupa
kekeringan, banjir, perencanaan sumberdaya air seperti dalam disain irigasi/bendungan,
pengelolaan daerah aliran sungai, degradasi lahan, sedimentasi dan problem lain
yang terkait dengan kasus keairan
.
Untuk
mengetahui intensitas curah hujan dapat digunakan beberapa alat diantaranya
Obrometerm, dan ARR (Automatic Rain
Recorder). Dalam hal ini kita mencoba melihat mekanisme ARR (Automatic Rain Recorder) melalui kertas pias
yang dihasilkan oleh alat tersebut.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengerti teknik pembacaaan kertas,
pias dan data hujan
2. Menghitung lama hjan tebal hujan dan intensitas hujan
rata- rata dan intensitas hujan puncak
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presi ndiri dapat berwujud
padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol
( embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila
titik air yang terpisah jatuh ke awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan
bumi karena men
guap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis
ini disebut virga (Akromi, dan Subrot, 2002).
Hujan memainkan
peranan penting
dalam siklus hidrologi. Untuk menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendun
run kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai da ngai untuk mengulangi daur ulang itu semula.
Satuan curah hujan men alah millimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter perse jan sering digambarkan sebagai berbentuk lonjong, lebar di bawah dan m atas, tetapi ini tidaklah tepat (Cholik
et.al, 1986).
Air hujan kecil hamper bulat. Air hujan lebih besar berbentuk payung terjun. Air hujan yang lebih besar jatuh lebih berbanding air hujan yang lebih
kecil.Beberapa kebudayaan telah membentuk
kebencian kepada
hujan dan enciptakan berbagai peralatan seperti payung
dan baju hujan. Banyak oran bih gemar tinggal di dalam rumah pada hari hujan.
Biasanya hujan m dari asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap hujan anyak orang menganggap bahwa bau yang tercium
pada saat hujan dia angi
atau menyenangkan.
Sumber ini adalah
petrichor, minyak atsiri
produksi oleh tumbuhun, kemudian diserap
oleh batuan dan tanah (Effendi,H, 2003).
Sebaran kebutuhan dan ketersediaan
air di Indonesia cukup bervariasi dimana pulau seperti Jawa, NTB dan Bali
memiliki defisit air bila ditinjau dari aspek kebutuhan domestik dan pertanian.
Sementara pulau lainnya masih cenderung cukup dalam artian ketersediaan aliran
mantap. Meskipun demikian, kekurangan air di pulau-pulau tersebut berpeluang
terjadi pada periode waktu tertentu (Elizabeth,1994).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
ini di laksanakan pada hari Jumat,
tanggal 14 November 2014
pukul 13.00 WITA yang bertempat di Desa Sedau kecematan Narmada Kabupaten Lombok Barat
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun
alat yang di gunakan pada saat praktikum antara lain:
1.
Automatic
Rainfall Recorder (ARR ).
2.
Ombrometer.
3.
Kertas Pias ARR.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang
digunakan saat praktikum yaitu:
1.
Data Curah hujan.
3.3. Cara Kerja
Adapun bahan yang digunakan saat praktikum
yaitu:
1.
Disiapkan alat Automatic Rain Recorder (ARR).
2.
Dikelurakan kertas pias dalam Automatic Rain Recorder (ARR).
3.
Dianalisis hasil
dari kertas pias tersebut.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel
I . Hujan Bulan Februari
Register 522005 Desa Keru-Peresak
Sub WS. Dodokan Kab. Loteng
Pendirian Th
1980 LS 8°33’41’’
Kec. Kopang Nama
Keru
WS. P. Lombok BT 116°15’38’’
DAS Keru Data Curah Elevasi 476.4
4.2 Pembahasan
Data
rekaman meteorologi dan hidrologi dimaksudkan untuk penilaian sumber
daya air, evaluasi kejadian banjir puncak di wilayah
pertanian dan perkotaan/ permukiman Kebutuhan data dapat bervariasi dari menit
ke menit sampai bulanan dan tahunan. Pembentukan hujan merupakan proses fisika
awan Sejumlah proses fisik terdapat dalam proses terjadiinya hujan, dan proses
tersebut memiliki hubungan dengan berbagai issu dari kualitas lingkungan sampai
perubahan iklim.
Akumulasi hujan terbesar selama periode
lebih dari 24 jam berasosiasi dengan Asian monsoon. India dan Asia Tenggara
adalah lokasi utama kejadian hujan monsoon selama musim panas di Asia.
Indonesia dan Malaysia sering mengalami hujan monsoon ekstrim selama periode
Winter di Asia.
Pada data hasil dari alat
ARR (Automatic Rain Recorder) hidrograf
curah puncak terjadi pada bulanFebruari yaitu sebesar 212.5 mm /hari artinya pada bulan ini
merupakan puncak bulan basah musim penghujan tampak pada grafik I.
Grafik
I. Tentang
Bulan Puncak Hujan
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Musim hujan
mencapai puncaknya pada bulan Februari
2.
Besar hujan
puncak dapat mencapai 212.5 mm/ hari
5.2 Saran
Adapun saran untuk pratikun hidrologi
hutan ini diantaranya :
1.
Bagi pratikan agar serius dalam mengikuti pratikum ini.
2.
Bagi Co.Ass di harapakan menjelasakan secara terperinci
kepada pratikan dalam melakukan kegiatan pratikum.
3.
Untuk kegiatan pratikum selanjutnya diharap kepada laboran
untuk menambah peralatan pratikum agar pratikum dapat dilakukan secara serentak.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan
bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan
masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit
aliran.Informasi mengenai besarnya debit aliran sungai membantu dalam merancang
bangunan dengan memperhatikan besarnya debit puncak ( banjir) yang diperlukan
untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit
minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim
kemarau.Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam
keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk
mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit
air pada saat musim kemarau panjang.
Sungai merupakan salah satu unsur
penting dalam siklus air di bumi, oleh karena itu pemahaman perilaku sungai dan
pengelolaannya merupakan pengetahuan penting dalam keteknikan pertanian,
demikian pula ahli bidang ilmu lain. Ahli lingkungan misalnya, meneliti sedimen
sungai yang berasal dari buangan limbah serta pengaruhnya terhadap lingkungan. Sedangkan
ahli teknik keairan, mengelola sungai untuk keperluan reservoir, perencanaan bangunan dan
penanggulangan daya rusak air. Untuk keperluan tersebut, diperlukan pengetahuan
tentang sungai dan pengalirannya, seperti morfologi sungai, sejarah
perkembangan sungai serta pola pengaliran sungai.
Oleh karena itu, dalam praktikum ini belajar melakukan
pengukuran debit sungai untuk mendapatkan informasi besarnya air yang mengalir
pada suatu sungai pada saat waktu tertentu.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu
penampang tertentu (sungai / saluran / mata air). Pemilihan lokasi pengukuran
debit air dantaranya:
1. Dibagian sungai yang relatif lurus.
2. Jauh dari pertemuan cabang sungai.
3. Tidak ada tumbuhan air.
4. Aliran tidak turbelensi.
5. Aliran
tidak melimpah melewati tebing sungai.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pratikum
ini di antaranya :
1.
Mengeahui cara pengukuran
aliran sungai dengan berbagai metode
2.
Mengetahui cara mengambil
suspensi dan analisis sedimen
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Debit aliran adalah laju air (dalam
bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan
waktu. Dalam system SI besarnya debti
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt).Sedangkan
dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk
hidrograf aliran (Effendi,H,2003)
Pada katagori pengukuran debit yang
kedua, yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui
pendekatan velocity-area method yang
paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai. Current meter berupa alat yang
berbentuk propeller dihubungkan dengan kotak pencatat ( monitor yang akan
mencatat jumlah putaran selama propeller tersebut berada dalam air) kemudian
dimasukan ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya.Bagian ekor alat
tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan larian air sungai ( Gufron,
H. ,2007 ).
Hidrograf aliranadalah suatu
perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan / atau
adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal.
Menurut Gusrina ( 2008 ) teknik
pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan
melalui empat katagori diantaranya :
1. Pengukuran volume air sungai
2. Pengukuran debiut dengan cara mengukur kecepatan
aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (
pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran
debit seperti weir ( aliran air lambat) atau flume ( aliran cepat)
Untuk
kebutuhan usaha pemanfaatan air, pengamatan permukaan air sungai dilaksanakan
pada tempat – tempat dimana akan dibangun bangunan air seperti bendungan,
bangunan – bangunan pengambil air dan lain – lain. Utnuk kebutuhan usaha
pengendalian sungai atau pengaturan sungai, maka pengamatan itu dilaksanakan
pada tempat yang dapat memberikan gambaran mengenai banjir termasuk tempat-tempat
perubahan tiba-tiba dari penampang sungai (Sosrodarsono dan Takeda, 1993).
BAB III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum
ini di laksanakan pada hari Jumat,
tanggal 14 November 2014
pukul 09.00 WITA yang bertempat di Desa Sedau kecematan Narmada Kabupaten Lombok Barat
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1.
Pelambung bola pinpong dan
botol
2.
Meteran
3.
Tali rafia
4.
Buku dan alat tulis
3.2. Bahan
Adapun bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Aliran Spended Sample
3.2 Cara Kerja
Adapun langkah kerja pelaksanaan praktikum ini untuk
pengukuran kecepatan aliran
sungai dengan menggunakan alat current meter adalah sebagai berikut:
1. Diukur dimensi
sungai meliputi lebar sungai, dan bagi lebar sungai menjadi beberapa segmen
tergantung keadaan sungai tersebut.
2. Dihitung
kedalaman sungai dengan menggunakan tongkat berskala
3. Di tempatkan
alat ukur current meter pada kedalaman tertentu sesuai kedalaman sungai (lihat
tabel 1)
4. dengan menggunakan stopwatch, hitunglah kecepatan
sungai melalui angka yang ditampilkan dalam monitor current meter. Lama waktu
pencatatan adalah 1 menit.
5. Ulangi langkah hingga tiga kali pengukuran.
6. Lakukan pengukuran pada segmen, yaitu segmen 2 dan
3
7. Hitung kecepatan aliran sungai rata-rata pada
setiap segmen pengukuran dengan cara menjumlahkan nilai pengamatannya.
8. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas
penampang sungai dengan kecepatan rata-rata aliran sungai.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel II. Pengukurana dengan Pelampung Pingpong
Seksi
|
Kedalaman
Seksi |
Lebar
|
luas seksi
(m2) |
Jarak
(m) |
Ulangan
1
(dtk) |
Ulangan
2
(dtk) |
Ulangan
3
(dtk) |
Rata-rata
waktu
(dtk) |
V
(m/s) |
Debit
(m3/dtk) |
|
1
|
0.30
|
1.3
|
0.44
|
5
|
7.12
|
6.68
|
8.5
|
7.43
|
0.67
|
0.29
|
|
2
|
0.37
|
1.3
|
0.55
|
5
|
3.74
|
4.08
|
4.1
|
3.97
|
1.26
|
0.69
|
|
3
|
0.47
|
1.3
|
0.50
|
5
|
4.55
|
7.86
|
4.64
|
5.68
|
0.88
|
0.44
|
|
Rata-Rata
|
0.38
|
1.30
|
0.49
|
5.00
|
5.14
|
6.21
|
5.75
|
5.70
|
0.94
|
0.47
|
Tabel III.
Pengukuran
dengan
Pelampung Botol
T
|
Kedalaman
Seksi (m) |
Lebar
(m) |
luas seksi
(m2) |
Jarak
(m) |
Ulangan
1
(dtk) |
Ulangan
2
(dtk) |
Ulangan 3
(dtk) |
Rata-rata waktu
(dtk) |
V
(m/s)
|
Debit
(m3/dtk)
|
|
1
|
0.30
|
1.3
|
0.44
|
5
|
7.15
|
8.12
|
8.21
|
7.83
|
0.64
|
0.28
|
|
2
|
0.37
|
1.3
|
0.55
|
5
|
3.75
|
4.18
|
3.84
|
3.92
|
1.28
|
0.70
|
|
3
|
0.47
|
1.3
|
0.50
|
5
|
5.55
|
5.48
|
7.24
|
6.09
|
0.82
|
0.41
|
|
Rata-Rata
|
0.38
|
1.30
|
0.49
|
5.00
|
5.48
|
5.93
|
6.43
|
5.95
|
0.91
|
0.46
|
Debit
Bola Pingpong
Q
= V.A
0,94
X 0,49 = 0,4606 m3 /dtk
Debit
Botol
Q
= V.A
0,91 X
0,49 = 0,4459 m3 /dtk
4.2 Pembahasan
Debit (discharge) dinyatakan sebagai
volume yang mengalir pada selang waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam m3/detik. Dalam Hidrologi
dikemukakan, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur
oleh alat ukur permukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau
dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air
(dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per
satuan waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan kubik per
detik (m3/detik).
Dari pengukuran yang telah kita lakukan di
lapangan yaitu di daerah Sedau didapatkan Q (debit) = 0,4606 m3
/dtk untuk pengukuran dengan menggunakan
bola pingpong dan 0,4459 m3
/dtk untuk pelampung botol , ini menandakan bahwa aliran air sungai di daerah tersebut dangkal,
berarus sedang, besar kecilnya debit air,dapat ditentukan oleh Curah hujan,konversi
lahan,intersepsi,evaporasi,transpirasi,dan penggundulan hutan,namun pada area
aliran sungai di daerah Sedau, memiliki curah hujan tinggi,tapi debit airnya mengalami penurunan,hal
ini disebabkan oleh proses intersepsi (sebagian air tidak sampai ke permukaan
tanah,karena menguap ke atmosfir,dan di serap oleh vegetasi yang
bersangkutan).penurunan debit air juga dapat disebabkaan oleh erosi tanah.
Menurut Peraturan Pemerintah N0. 82 Tahun 2001 da kualitas air sungai di bagi beberapa kelas diantaranya :
Kelas 1: dapat digunakan sebagai air minum atau untuk keperluan
konsumsi lainnya
Kelas
2 : Dapat digunakan untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan dan
mengairi tanaman.
Kelas
3 : Dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan mengairi
tanaman.
Kelas
4 : Dapat digunakan mengairi tanaman.
Jadi air sungai yang ada di daerah Sedau dapat digunakan untuk semua kelas.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dinyatakan bahwa air sungai di Sedau masuk kedalam 4 kelas kualifikasi kualitas
air yang diatur dalam Peraturan Pemerintah N0. 82 Tahun 2001.
2.
Debit air Sungai di daerah Sedau sebesar 0,4606 m3/s dan 0,4459
m3/s.
3.
Kapasitas debit air ( kedalaman ,
arus dan lebar sungai) tergolong kecil sehingga hasil pengukuran debit sungai
kecil.
4.
Perubahan debit aliran sungai dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, Intensitas Hujan, Penggundulan Lahan, Konversi Lahan, Intersepsi, Evaporasi dan Transpirasi.
5.2 Saran
Adapun saran
untuk pratikun hidrologi hutan dintaranya :
1.
Bagi pratikan agar benar- benar serius dalam mengikuti pratikum ini.
2.
Sabaiknya pratikum di lakasankan di jauh hari agar kegiatan
perkuliahan tidak terganggu.
3.
Untuk kegiatan pratikum selanjutnya diharap kepada laboran
untuk memperjelas modul yang sudah ada.
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi
dengan cepat dan dapat pula setelah beberapa jam setelah terjadinya hujan. Lama
waktu kejadian hujan puncak dan aliran puncak sangat dipengaruhi oleh kondisi
wilayah tempat jatuhnya hujan. Makin besar perbedaan waktu kejadian hujan
puncak dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah tersbut dalam Wilayah
Indonesia dengan kondisi tropis dimana hujan terjadi terpusat pada enam bulan
periode hujan menyebabkan kita harus bisa melakukan rekayasa konservasi air
dengan cara menyimpan air hujan sebanyak mungkin di dalam tanah selama musim
hujan dan memanfaatkannya setelah datangnya periode musim kemarau. Disamping
itu, penyimpanan air hujan yang baik akan mampu meredam kejadian aliran puncank
yang tinggi yang dapat menyebabkan banjir.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu
penampang tertentu (sungai / saluran / mata air). Pemilihan lokasi pengukuran
debit air :
1. dibagian sungai yang relatif lurus,
2. jauh dari pertemuan cabang sungai
3. tidak ada tumbuhan air
4. aliran tidak turbelenl,
5. aliran tidak melimpah melewati tebing
sungai.
Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan
arus air. Kecepatan arus yang berkaitan
dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien permukaan. Perairan umum adalah bagian
permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air
tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke
arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan
umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air
lainnya (telaga, kolong-kolong dan legokan).
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma
dan dapat di katakana bahwa semua jenis kehidupan bersifat aquatik. Beberapa
faktor tersedianya air antara lain curah hujan, kelembaban, penguapan, angin,
suhu dan udara. Berdasarkan pernyataan diatas maka
perlu dilakukan percobaan pengukuran debit aliran air (sungai), Pengukuran
Kualitas dan Pengukuran kecepatan layang.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara menghitung suspensi yang ada
pada sungai.
2. Untuk mengetahui seberapa besar suspensi pada suatu DAS
(Daerah Aliran Sungai).
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Muatan suspensi merupaan
hasil kajian erosi permukaan maupun erosi tebing sungai kadar muatan suspensi
adalah banyaknyamaterial suspensi yang di kandung oleh sejumlah air dari aliran
sungai dalam satuan volume tertentu, setelah material di keringkan dan di
nyatakan dalam milgram/ liter (mil /ltr ). Besarnya muatan anatara 80- 90 % pada
sungai tidak terratu sedimen dan penyebarnya pada sunga (Haslam,1995).
Material pada umumnya berasal dari erosi alur
sungai, ukuran dapat bermacam- macam dapat berupa pasir, kerikir, atau
boulder (tergantung pada sungai dan
kecepatan aliran). Untuk mengukur sampler atau kolam jebakan (Trap) dibawah
spas (Elizabeth,1994).
Menurut
soerwarno (1991), berdasarkan mekanisme pengangkutannya, sedien dibagi menjadi
:
1.
Muatan
sedimen melayang (Suspensi Load)
Muatan sedimen melayang merupakan material dasar
sungai (Bed Material) yang melayang di sungai
dan terutam terdiri dari butiran butiran pasir halus.
2.
Muatan
edimen dasar (Bed Load).
Mutan sedimen dasar berupapartikel- partikel kasar yang bergerak sepanjang dasar
sungai.
Mutan yng tersuspensi
melalu suatuuan penampang sungai tertentu, dinyatakan dalam catat persatuan
waktu. Pengukuran sngukuran di perkirakan suatu suspensi selalu di sertai
dengan pengukuran debit. Perhitungan suspensi dari suatu DAS pada suatu stasiun pengukuran di perkirakan
dari analisis muatan suspensi (Chay, 1995).
.
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
hidrologi untuk acara pengukuran debit susupensi ini dilakukan pada hari Jumat
14 Desember 2014 yang berlokasi di Kebun Program Studi Kehutanan Universitas
Mataram.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun
alat yang di gunakan pada saat praktikum antara lain:
1.
Botol air
mineral
2.
Oven
3.
Timbangan
digital / analitik
4.
Buku dan alat
tulis
3.2.2 Bahan
Adapun
bahan yang digunakan saat praktikum yaitu:
1.
Kantong plastik
2.
Contoh air
sample sungai
3.
Kertas label
4.
filter
3.4. Cara Kerja
Adapun bahan yang digunakan saat
praktikum yaitu:
1. Disiapkan 3 botol air mineral
2. Dilebeli botol tersebut sesuai aliran pasnya
3. Dimasukan potol kedalam sungai secara sampai botol terisi penuh
4. Disiapkan filter dan di isi dengan sample air
5. Ditiriskan hingga air tidak meleleh dan di timbang
sebagai berat awal susupensi
Dimasukan kedalam oven selama 2 jam pada suhu 105 0cdi
timbang kembali sebagai berat kering tanurnya
dan di catat hasilnya
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Pada
praktikum mengenai pengukuran debit suspensi, dilakukan pengujian hasil endapan
dari air yaang diperoleh dari area hilir
sungai. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa kertas saring.
Langkah awal dalam pengujian atau pengukuran debit suspensi ialah menuangkan
air yang diperoleh dari area hulu keatas kertas saring guna mengetahui besarnya
endapan yang diperoleh didaerah hulu tersebut. Setelah itu kertas saring yang
telah berisi material-material berupa pasir dan debu kemudian dikeringkan untuk mengetahui seberapa besar jumlah
endapan yang diperoleh.
Dikarenakan
pada saat praktikum hanya melakukan proses pengukuran ,tetapi tidak melakukan
penimbangan jadi hasil data tidak diperoleh. Sehingga praktikum ini dilakukan
hanya untuk mengetahui langkah-langkah dalam pengukuran debit suspensi saja.
Karena ketiadaan data yang diperoleh pengujian atau pengukuran debit suspensi
ini tidak diketahui seberapa besar nilai suspensi.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Hasil pengukuran debit suspensi ialah terdapat endapan atau
suspensi pada kertas saring yang berupa material-material pasir,dan tanah.
5.2 Saran
1.
Seharusnya dalam
pengukuran debit suspensi hasil endapan yang diperoleh dari pengambilan sampel
harus diukur ,sehingga diketahui besarnya jumlah suspensi atau endapan.
2.
Agar kedepannya
praktikan dalam menajalani praktikum lebih menaati tata tertib yang berlaku
saat praktikum.
3.
Manajemen waktu yang
ditingkatkan lagi.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan
kedalam tanah. Infiltarasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran
permukaan atau run off. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini
menandai peralihan air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak
lambat dari air tanah
Kapasitas infiltrasi suatu tanah
dipengaruhi sifat-sifat fisiknya drajat kemapatannya, kandungan air dan
permiabilitas lapisan bawah permukaan nisbi air dan iklim mikro tanah. Air yang
berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik
kapiler atau disebabkan pula oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan
tanah.Proses berlangsungnya air masuk ke permuakan tanah kita kenal dengan
infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan
tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu
Infilrasi
merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah. Infiltarasi
berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run off.
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air
permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah.
Dengan mempelajari proses terjadinya
dan faktor yang mempengaruhi dalam proses infiltrasi terutama pada infiltrasi
dibawah tegakan hutan, mahasiswa memahami berbagi fungsi penting dari hutan
sebagai salah satu media untuk meningkatkan proses masuknya air dalam tanah
sehingga peran hutan dalam mengendalikan aliran permukaan nampak lebih jelas.
Dengan memahami proses dan cara pengukurannya, mahasiswa dapat melakukan
analisis dan medesain pembangunan atau pengelolaan suatu kawasan hutan dengan
memperhatikan peran proses infiltrasi didalamnya.
Setelah mempelajari kita akan
mengerti dan memahami proses infiltrasi, faktor – faktor yang mempengaruhi,
mampu melakukan pengukuran dan perhitung untuk analisis hidrologi suatu
kawasan.Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang
lebih dalam.Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut
mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan
dikenal sebagai proses perkolasi. Penentuan laju perkolasi dapat dilakukan
dengan memperhatikan kondisi fisik tanah (permeabilitas,porositas dan tekstrur
tanah), kedalaman air tanah dan topografi daerah tinjauan serta sifat
geomorfologi secara umum.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pratikum
ini di antaranya :
1.Untuk mengetahui laju masuknya air
kepermukaan dengan satuan cm/jam dan menetahui
laju masuknya air kedalam tanah
(rembesan air kedalam tanah) dengan satuan cm/jam.
2. Mampu menentukan nilai parameter inflitrasi yaitu fo, fc,
dan K.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Proses Infiltrasi sangat mendukung peran hutan sebagai
pengatur tata air.Airyang meresap ke dalam lapisan tanah dan masuk ke lapisan yang
lebih dalam akan menjadi air bawah tanah (ground water) (Seyhan Ersin 1977 ).
Peran vegetasi juga penting, karena akar-akar pohon
atau tumbuhan lainnya akan memperbaiki sifat. porositas tanah dan akan meningkatkan laju infiltrasi sehingga run off dapat
dikurangi. Infiltrasi
akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbs maksimum setiap tanah bersangkutan. mengemukakan bahwa kandungan air tanah
padasaat mulainya terjadi infiltrasi mempengaruhi laju infiltrasi
(Soewarno, 1991).
Kapasitas infiltrasi
suatu tanah dipengaruhi sifat – sifat fisiknya drajat kemapatannya, kandungan
air dan permiabilitas lapisan bawah permukaan nisbi air dan iklim mikro tanah.
Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan
daya tarik kapiler atau disebabkan pula oleh tekanan dari pukulan air hujan
pada permukaan tanah.Proses berlangsungnya air masuk ke permuakan tanah kita
kenal dengan infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur,
kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu (Silvya,2008)
Menurut Silvya(2008)
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi antara lain :
1.
Dalamnya genangan dipermukaan dan tebalnya
lapisan jenuh.
2.
Kelembaban tanah.
3.
Pemampatan oleh curah hujan.
4.
Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus.
5.
Pemanpatan oleh manusia
dan hewan.
6.
Struktur Tanah.
7.
Tumbuh-tumbuhan.
8.
Udara yang terdapat dalam tanah.
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum
ini di laksanakan pada hari Rabu, tanggal 26 November
2014 pukul 11.00 WITA yang bertempat di Lapangan
Sepak Bola Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Double Ring Infiltrometer
2.
Stop Watch
3.
Pengaris
4.
Buku dan Alat Tulis
3.2.2 Bahan
Adapun yang digunakan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1.
Plastik
2.
Ember Berisi Air
3.
Sebidang Tanah Lapang
3.2 Cara Kerja
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1.
Dimasukan double ring kedalam
tanah sampai separuh tinggi alat dengan keadaan tegak lurus. Tanah dan slinder
di jaga jangan sampai rusak / pecah.
2.
Dipatikan slinder berada pada
kondisi yan pas sebelum memaskukan air, terlebih dahulu permukaan anah di tutup
dengan plastic da kemudian air di
tingakan ke dalam ring tersebut.
3.
Diisi air yang berada pada
ring luar sehingga berembesan dari luar dapat di kurangi
4.
Diukur kedalaman awal sebelum
melakukan pengamatan.
5.
Diamati selama 40 menit dan
pada 5 menit petama di ukur kembali berapa penurunannya hingga mencapai keadaan
kostan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel
IV. Hasil Pengamatanan Infiltrasi
t (menit)
|
5
|
10
|
15
|
20
|
25
|
30
|
35
|
40
|
f (cm/menit)
|
17
|
9
|
9
|
9
|
17
|
9
|
9
|
9
|
f-fc
|
12
|
8,5
|
8
|
8
|
4
|
2,5
|
1,5
|
0
|
log (f-fc)
|
1.07
|
0.92
|
0.90
|
0.90
|
0.60
|
0.39
|
0.17
|
0
|
Data
diatas di dapakakn dari rumus fi = fc +
( f0-fc )e- kt dimana :
fi = Laju Infitrasi Pada Waktu i
fc = Infiltrasi saaat
keadaan kostan
kt = Kostanta (3,18 )
t = Waktu
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan dilahan pratikum Program Studi Kehutanan bahwa untuk mengukur laju
infiltrasi pada tanah dapat digunakan alat yang bernama infiltrometer,
infiltrometer itu sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu : Single ring
infiltrometer dan double ring infiltrometer. Pada praktikum ini digunakan alat
single ring infiltrometer. Pengunaan alat ini cukup mudah dalam penggunaannya
dan dapat dipindah pindahkan.
Pada lahan tersebut terjadinya penurunan pada laju infiltrasi setiap 5 menit. Hal ini terjadi karena adanya
pengaruh dari bahan organik yang terkandung didalam tanah tersebut. Pada lahan tersebut
hanya sedikit mengandung bahan organik dan mengakibatkan pori-pori pada tanah
hanya sedikit. Sehingga daya serap tanah pada air membutuhkan waktu yang cukup
lama.
Pada
praktikum ini tinggi air yang diperoleh selama 45 menit dengan luas lapangan sapak bola di dapatkan
hasil rata- rata laju infiltrasi di jenis tanah lapangan ini sebesar 9 cm / mentit
hal ini di karenakan jenis tanah lapangan yang di atas permukaan jenis
tanah berliat dan berbatu maka akan menghambat . Oleh karena itu jenis tanah
ini saat mudah jenus air pada saat air hujan datang.
Infiltrasi
pada areal tersebut berlangsung lama hal ini dikarenakan pada areal tersebut
lebih padat daripada areal pertama sehingga kapasitas air masuk kedalam tanah
lebih sulit dibandingkan pada percobaan pertama. Proses pemukulan juga
berpengaruh dalam kapasitas infiltrasi yang terjadi. Jika pemukulan tidak rata
maka infiltrasi akan lebih sulit terjadi. Tanah pada areal tersebut juga
berpengaruh terutama keadatan tanah. Semakin padat tanah maka laju infiltrasi
semakin sulit untuk terjadi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi infiltrasi adalah persediaan air awal (kelembaban awal),
ketersediaan organik tanah, keberadaan tumbuhan bawah, dan tajuk penutup tanah
lainnya. Hasil identi-fikasi air tersedia, porositas, dan kan-dungan bahan
organik tanah. Pada tanah berpasir, porositas tanah didominasi oleh pori makro
yang berfungsi sebagai lalu lintas air sehingga infiltrasi meningkat. Sedangkan
pada tanah berlempung, pori mikro lebih berperan dan daya hantar air-nya rendah
sehingga infiltrasi menurun
Menurut Yuliana (2008 ) berbeda halnya dengan percobaan
di tempat lainya misalnya di taman maka
laju inflitrasi saat cepat karena jenis tanah yang gembur, dan Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi antara lain :
1.
Dalamnya genangan dipermukaan dan tebalnya
lapisan jenuh
2.
Kelembaban tanah
3.
Pemampatan oleh curah hujan
4.
Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus
5.
Pemanpatan oleh manusia
dan hewan
6.
Struktur Tanah
7.
Tumbuh-tumbuhan, dan
8.
Udara yang terdapat dalam tanah.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Perhitungan kapasitas infiltrasi
dapat ditentukan dengan menggunakan model Horton
f = fc + (fo-fc) e –kt
2. Double ring inflometer salah satu
cara yang paling sering dilakukan dalam pengukuran infiltrasi dilapangan, hal ini disebabkan pembuatan dan
cara kerjanya yang simple.
3. Kerapatan tanah mempengaruhi laju infiltrasi
pada suatu areal.
4. Kecepatan laju infiltrasi berpengaruh terhadap
volume air yang masuk kedalam tanah.
5.2
Saran
Adapun saran untuk pratikun
hidrologi hutan dintaranya :
4.
Bagi pratikan agar benar- benar serius dalam mengikuti pratikum ini
5.
Bagi Co.Ass di harapakan menjelasakan secara terperinci
kepada pratikan dalam melakukan kegiatan pratikum
6.
Sabaiknya pratikum di lakasankan di jauh hari agar kegiatan
perkuliahan tidak ternggu
7.
Untuk kegiatan pratikum selanjutnya diharap kepada laboran
untuk menambah peralatan pratikum agar pratikum dapat dilakukan secara serentak
DAFTAR PUSTAKA
Akromi, dan Subroto. 2002. Pengantar
Limnologi. Gramedia, Jakarta.
________2008. Telaah Kualitas Air Edisi II.
Kanesius, Yogyakarta.
Asdak
Chay (1995). Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Cholik et.al. 1986. Pengelolaan
Kualitas Air Kolam Ikan. UNFISH dan IDRC, Jakarta.
Effendi, dkk. 2003. Telaah
Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kenesius, Yogyakarta.
Effendi,H.2003.Telaah Kualitas Air. Kanesius,
Yogyakarta.
Gufron,
H. Kordi dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan
Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Haslam, S.M.1995.
I Pollution and Ecological Perspective.
John Wiley and Sons, Chichester, UK. 253 p
Peraturan Pemerintah N0. 82 Tahun 2001 Tetang
Kualitas Air Dalam Daerah Aliran Sungai
Sastrodarsono ,Suyono dan Kensaku
Takeda, (1999), Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramitha, Bandung.
Seyhan, Ersin 1977, Dasar-Dasar Hidrologi.. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta
Shaw, Elizabeth (1994). Hidrology in Practice.
Taylor & Francis, England.
Soeseno,
Slamet. 1971. Pemeliharaan Ikan Di kolam Pekarangan. Kanesius,
Yogyakarta.
Soewarno.
1991. Hidrologi Pengukuran dan
Pengolahan Data Aliran Sungai. Graha permata. Bandung.
Yuliana, Silvya.2008.Kajian Ulang Hidrologi. Buku Ajar Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar