laporan hidrologi



BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Interpretasi hidrologi pada teknik penginderaan jauh diarahkan untuk menduga hubungan/interaksi kenampakan bentang lahan (landscape features) dengan proses-proses hidrologi. Penggunaan citra penginderaan jauh untuk pemetaan hidrologi permukaan cukup didekati dengan mendasarkan pada elemen-elemen lahan dan karakteristik citra.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran air permukaan selain input hujan salah satunya adalah kemiringan lereng, yaitu suatu derajat ketinggian permukaan lahan yang juga akan mempengaruhi pada laju infiltrasi tanah.
 Analisa morfologi permukaan yang digunakan sebagai dasar logika pendekatan hydrologic modelling berupa perhitungan kualitatif, berdasarkan sifat air terhadap tipologi lereng yang meliputi gambaran arah larian air, kalkulasi akumulasi arus, konsentrasi arus air, dan daerah-daerah pengaliran. Arah arus merupakan arah larian arus yang dihitung berdasarkan nilai grid terkecil pada DAS (Daerah Aliran Sungai). Fungsi ini memberikan arah arus keluar menuju titik terendah dari permukan lahan yang curam/tinggi. Akumulasi arus mendasarkan bahwa air hujan yang jatuh menjadi air permukaan, air hujan dipandang sebagai aliran air yang jatuh ke permukaan dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah sehingga evapotranspirasi, intersepsi dan infiltrasi tidak diperhitungkan. Kalkulasi akumulasi arus dihitung berdasarkan arah arus, berfungsi menghitung arus yang terkumpul sebagai beban dari setiap aliran sehingga daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki nilai kecepatan arus yang rendah dan tempat berkumpulnya arus air dari daerah-daerah pengaliran.
Pemahaman ilmu hidrologi akan membantu kita dalam menyelesaikan problem berupa kekeringan, banjir, perencanaan sumberdaya air seperti dalam disain irigasi/bendungan, pengelolaan daerah aliran sungai, degradasi lahan, sedimentasi dan problem lain yang terkait dengan kasus keairan


.
Untuk mengetahui intensitas curah hujan dapat digunakan beberapa alat diantaranya Obrometerm,  dan ARR (Automatic Rain Recorder). Dalam hal ini kita mencoba melihat mekanisme ARR  (Automatic Rain Recorder) melalui kertas pias yang dihasilkan oleh alat tersebut.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.      Mengerti teknik pembacaaan kertas, pias dan data hujan
2.      Menghitung lama hjan tebal hujan dan intensitas hujan rata- rata dan intensitas hujan puncak

















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presi ndiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol ( embun dan kabut).  Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah  jatuh ke awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena  men guap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut virga (Akromi, dan Subrot, 2002).
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Untuk menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendun run kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai da ngai untuk mengulangi daur ulang itu semula. Satuan curah hujan men alah millimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter perse jan sering digambarkan sebagai berbentuk lonjong, lebar di bawah dan m atas, tetapi ini   tidaklah tepat (Cholik et.al, 1986).
Air hujan kecil hamper bulat. Air hujan lebih besar berbentuk payung terjun. Air hujan yang lebih besar jatuh lebih berbanding air hujan yang lebih kecil.Beberapa kebudayaan telah membentuk kebencian kepada hujan dan enciptakan berbagai peralatan seperti payung dan baju hujan. Banyak oran bih gemar tinggal di dalam rumah pada hari hujan. Biasanya hujan m dari asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap hujan anyak orang menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dia angi  atau  menyenangkan.  Sumber  ini  adalah  petrichor,  minyak  atsiri produksi  oleh  tumbuhun,  kemudian  diserap  oleh  batuan  dan  tanah (Effendi,H, 2003).
Sebaran kebutuhan dan ketersediaan air di Indonesia cukup bervariasi dimana pulau seperti Jawa, NTB dan Bali memiliki defisit air bila ditinjau dari aspek kebutuhan domestik dan pertanian. Sementara pulau lainnya masih cenderung cukup dalam artian ketersediaan aliran mantap. Meskipun demikian, kekurangan air di pulau-pulau tersebut berpeluang terjadi pada periode waktu tertentu (Elizabeth,1994).



BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.  Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini di laksanakan pada hari Jumat, tanggal 14 November 2014  pukul 13.00 WITA yang bertempat di Desa Sedau kecematan Narmada Kabupaten Lombok Barat
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang di gunakan pada saat praktikum antara lain:
1.      Automatic Rainfall Recorder (ARR ).
2.      Ombrometer.
3.      Kertas Pias ARR.
3.2.2    Bahan
Adapun bahan yang digunakan saat praktikum yaitu:
1.    Data Curah hujan.
3.3.  Cara  Kerja
Adapun bahan yang digunakan saat praktikum yaitu:
1.    Disiapkan alat Automatic Rain Recorder (ARR).
2.    Dikelurakan kertas pias dalam Automatic Rain Recorder (ARR).
3.    Dianalisis hasil dari kertas pias tersebut.








BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
Tabel I . Hujan Bulan Februari
Register          522005                        Desa                Keru-Peresak                          
Sub WS.         Dodokan                     Kab.                            Loteng                                   
Pendirian       Th 1980                       LS                               8°33’41’’
Kec.                Kopang                       Nama                         Keru
 WS.                P. Lombok                 BT                               116°15’38’’
DAS                Keru                Data Curah    Elevasi                        476.4

4.2  Pembahasan
                 Data rekaman meteorologi dan hidrologi dimaksudkan untuk penilaian sumber
daya air, evaluasi kejadian banjir puncak di wilayah pertanian dan perkotaan/ permukiman Kebutuhan data dapat bervariasi dari menit ke menit sampai bulanan dan tahunan. Pembentukan hujan merupakan proses fisika awan Sejumlah proses fisik terdapat dalam proses terjadiinya hujan, dan proses tersebut memiliki hubungan dengan berbagai issu dari kualitas lingkungan sampai perubahan iklim.
Akumulasi hujan terbesar selama periode lebih dari 24 jam berasosiasi dengan Asian monsoon. India dan Asia Tenggara adalah lokasi utama kejadian hujan monsoon selama musim panas di Asia. Indonesia dan Malaysia sering mengalami hujan monsoon ekstrim selama periode Winter di Asia.
 Pada data hasil dari alat ARR (Automatic Rain Recorder)  hidrograf curah  puncak terjadi pada bulanFebruari yaitu sebesar  212.5 mm /hari artinya pada bulan ini merupakan puncak bulan basah musim penghujan tampak pada grafik I.



 



Grafik I. Tentang Bulan Puncak Hujan






BAB V. PENUTUP
5.1  Kesimpulan
                             Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.         Musim hujan mencapai  puncaknya pada bulan Februari
2.         Besar hujan puncak  dapat mencapai 212.5 mm/  hari
      
5.2  Saran
Adapun saran untuk pratikun hidrologi hutan ini  diantaranya :
1.         Bagi pratikan agar serius dalam mengikuti pratikum ini.
2.         Bagi Co.Ass di harapakan menjelasakan secara terperinci kepada pratikan dalam melakukan kegiatan pratikum.
3.         Untuk kegiatan pratikum selanjutnya diharap kepada laboran untuk menambah peralatan pratikum agar pratikum dapat dilakukan secara serentak.






BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam suatu  pengelolaan  sumber daya air dengan perancangan bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran.Informasi mengenai besarnya debit aliran sungai membantu dalam merancang bangunan dengan memperhatikan besarnya debit puncak ( banjir) yang diperlukan untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim kemarau.Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.
Sungai merupakan salah satu unsur penting dalam siklus air di bumi, oleh karena itu pemahaman perilaku sungai dan pengelolaannya merupakan pengetahuan penting dalam keteknikan pertanian, demikian pula ahli bidang ilmu lain. Ahli lingkungan misalnya, meneliti sedimen sungai yang berasal dari buangan limbah serta pengaruhnya terhadap lingkungan. Sedangkan ahli teknik keairan, mengelola sungai untuk keperluan reservoir, perencanaan bangunan dan penanggulangan daya rusak air. Untuk keperluan tersebut, diperlukan pengetahuan tentang sungai dan pengalirannya, seperti morfologi sungai, sejarah perkembangan sungai serta pola pengaliran sungai.
Oleh karena itu, dalam praktikum ini belajar melakukan pengukuran debit sungai untuk mendapatkan informasi besarnya air yang mengalir pada suatu sungai pada saat waktu tertentu.




Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (sungai / saluran / mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air dantaranya:
 1. Dibagian sungai yang relatif lurus.
 2. Jauh dari pertemuan cabang sungai.
 3. Tidak ada tumbuhan air.
 4. Aliran tidak turbelensi.
5. Aliran tidak melimpah melewati tebing sungai.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pratikum ini di antaranya :
1.         Mengeahui cara pengukuran aliran sungai dengan berbagai metode
2.         Mengetahui cara mengambil suspensi dan analisis sedimen

















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Debit aliran adalah laju air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam system SI besarnya debti dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt).Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran (Effendi,H,2003)
Pada katagori pengukuran debit yang kedua, yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan velocity-area method yang paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai. Current meter berupa alat yang berbentuk propeller dihubungkan dengan kotak pencatat ( monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama propeller tersebut berada dalam air) kemudian dimasukan ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya.Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan larian air sungai ( Gufron, H. ,2007 ).
Hidrograf aliranadalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan / atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal.
Menurut Gusrina ( 2008 ) teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat katagori diantaranya :
1. Pengukuran volume air sungai
2. Pengukuran debiut dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir ( aliran air lambat) atau flume ( aliran cepat)
Untuk kebutuhan usaha pemanfaatan air, pengamatan permukaan air sungai dilaksanakan pada tempat – tempat dimana akan dibangun bangunan air seperti bendungan, bangunan – bangunan pengambil air dan lain – lain. Utnuk kebutuhan usaha pengendalian sungai atau pengaturan sungai, maka pengamatan itu dilaksanakan pada tempat yang dapat memberikan gambaran mengenai banjir termasuk tempat-tempat perubahan tiba-tiba dari penampang sungai (Sosrodarsono dan Takeda, 1993).

BAB III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini di laksanakan pada hari Jumat, tanggal 14 November 2014  pukul 09.00 WITA yang bertempat di Desa Sedau kecematan Narmada Kabupaten Lombok Barat

3.2  Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Pelambung bola pinpong dan botol
2.    Meteran
3.    Tali rafia
4.    Buku dan alat tulis
3.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Aliran Spended Sample

3.2 Cara Kerja
Adapun langkah kerja  pelaksanaan praktikum  ini untuk pengukuran kecepatan aliran sungai dengan menggunakan alat current meter adalah sebagai berikut:
1. Diukur dimensi sungai meliputi lebar sungai, dan bagi lebar sungai menjadi beberapa segmen tergantung keadaan sungai tersebut.
2. Dihitung kedalaman sungai dengan menggunakan tongkat berskala
3. Di tempatkan alat ukur current meter pada kedalaman tertentu sesuai kedalaman sungai (lihat tabel 1)
4. dengan menggunakan stopwatch, hitunglah kecepatan sungai melalui angka yang ditampilkan dalam monitor current meter. Lama waktu pencatatan adalah 1 menit.
5. Ulangi langkah hingga tiga kali pengukuran.
6. Lakukan pengukuran pada segmen, yaitu segmen 2 dan 3
7. Hitung kecepatan aliran sungai rata-rata pada setiap segmen pengukuran dengan cara menjumlahkan nilai pengamatannya.
8. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas penampang sungai dengan kecepatan rata-rata aliran sungai.








BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel II. Pengukurana dengan Pelampung Pingpong  
Seksi
Kedalaman
Seksi
Lebar
luas seksi
(m2)
Jarak
(m)
Ulangan
  1
(dtk)
Ulangan
2
(dtk)
Ulangan
 3
(dtk)
Rata-rata
waktu
(dtk)
V
(m/s)
Debit
(m3/dtk)


1
0.30
1.3
0.44
5
7.12
6.68
8.5
7.43
0.67
0.29

2
0.37
1.3
0.55
5
3.74
4.08
4.1
3.97
1.26
0.69

3
0.47
1.3
0.50
5
4.55
7.86
4.64
5.68
0.88
0.44

Rata-Rata
0.38
1.30
0.49
5.00
5.14
6.21
5.75
5.70
0.94
0.47


Tabel III. Pengukuran dengan Pelampung Botol
T
Kedalaman
Seksi (m)
Lebar
(m)
luas seksi
(m2)
Jarak
(m)
Ulangan
1
(dtk)
Ulangan
 2
(dtk)
Ulangan 3
(dtk)
Rata-rata waktu
(dtk)
V
(m/s)
Debit
(m3/dtk)


1
0.30
1.3
0.44
5
7.15
8.12
8.21
7.83
0.64
0.28

2
0.37
1.3
0.55
5
3.75
4.18
3.84
3.92
1.28
0.70

3
0.47
1.3
0.50
5
5.55
5.48
7.24
6.09
0.82
0.41

Rata-Rata
0.38
1.30
0.49
5.00
5.48
5.93
6.43
5.95
0.91
0.46


Debit Bola Pingpong
Q = V.A
     0,94  X  0,49 = 0,4606  m3 /dtk

Debit Botol
Q = V.A
     0,91 X  0,49 = 0,4459 m3 /dtk
4.2 Pembahasan
Debit (discharge) dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam m3/detik. Dalam Hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan kubik per detik (m3/detik).
Dari pengukuran yang telah kita lakukan di lapangan yaitu di daerah Sedau  didapatkan Q (debit) = 0,4606  m3 /dtk untuk  pengukuran dengan menggunakan bola pingpong  dan 0,4459 m3 /dtk   untuk pelampung botol , ini menandakan bahwa aliran air sungai di daerah tersebut dangkal, berarus sedang, besar kecilnya debit air,dapat ditentukan oleh Curah hujan,konversi lahan,intersepsi,evaporasi,transpirasi,dan penggundulan hutan,namun pada area aliran sungai di daerah Sedau, memiliki curah hujan tinggi,tapi debit airnya mengalami penurunan,hal ini disebabkan oleh proses intersepsi (sebagian air tidak sampai ke permukaan tanah,karena menguap ke atmosfir,dan di serap oleh vegetasi yang bersangkutan).penurunan debit air juga dapat disebabkaan oleh erosi tanah.
Menurut Peraturan Pemerintah N0. 82 Tahun 2001 da kualitas air sungai di bagi beberapa kelas diantaranya :
Kelas 1: dapat digunakan sebagai air minum atau untuk keperluan konsumsi lainnya
Kelas 2 : Dapat digunakan untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air    tawar, peternakan dan mengairi tanaman.
Kelas 3 : Dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan mengairi tanaman.
Kelas 4 : Dapat digunakan mengairi tanaman.
Jadi air sungai yang ada di daerah  Sedau  dapat digunakan untuk semua kelas.


BAB  V.  PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.    Dinyatakan bahwa air sungai di Sedau  masuk  kedalam 4 kelas kualifikasi kualitas air yang diatur dalam Peraturan Pemerintah N0. 82 Tahun 2001.
2.    Debit air Sungai di daerah Sedau sebesar 0,4606   m3/s dan  0,4459 m3/s.
3.    Kapasitas debit air ( kedalaman , arus dan lebar sungai) tergolong kecil sehingga hasil pengukuran debit sungai kecil.
4.    Perubahan debit aliran sungai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,  Intensitas Hujan, Penggundulan Lahan, Konversi Lahan, Intersepsi,  Evaporasi dan Transpirasi.
5.2    Saran
                        Adapun saran untuk pratikun hidrologi hutan dintaranya :
1.    Bagi pratikan agar benar- benar  serius dalam mengikuti pratikum ini.
2.    Sabaiknya pratikum di lakasankan di jauh hari agar kegiatan perkuliahan tidak terganggu.
3.    Untuk kegiatan pratikum selanjutnya diharap kepada laboran untuk memperjelas modul yang sudah ada.









BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi dengan cepat dan dapat pula setelah beberapa jam setelah terjadinya hujan. Lama waktu kejadian hujan puncak dan aliran puncak sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah tempat jatuhnya hujan. Makin besar perbedaan waktu kejadian hujan puncak dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah tersbut dalam Wilayah Indonesia dengan kondisi tropis dimana hujan terjadi terpusat pada enam bulan periode hujan menyebabkan kita harus bisa melakukan rekayasa konservasi air dengan cara menyimpan air hujan sebanyak mungkin di dalam tanah selama musim hujan dan memanfaatkannya setelah datangnya periode musim kemarau. Disamping itu, penyimpanan air hujan yang baik akan mampu meredam kejadian aliran puncank yang tinggi yang dapat menyebabkan banjir.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (sungai / saluran / mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air :
 1. dibagian sungai yang relatif lurus,
 2. jauh dari pertemuan cabang sungai
3. tidak ada tumbuhan air
 4. aliran tidak turbelenl,
 5. aliran tidak melimpah melewati tebing sungai.
Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien permukaan. Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan legokan).
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat di katakana bahwa semua jenis kehidupan bersifat aquatik. Beberapa faktor tersedianya air antara lain curah hujan, kelembaban, penguapan, angin, suhu dan udara. Berdasarkan pernyataan diatas maka perlu dilakukan percobaan pengukuran debit aliran air (sungai), Pengukuran Kualitas dan Pengukuran kecepatan layang.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.    Untuk mengetahui cara menghitung suspensi yang ada pada sungai.
2.    Untuk mengetahui seberapa besar suspensi pada suatu DAS (Daerah Aliran Sungai).









BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Muatan suspensi merupaan hasil kajian erosi permukaan maupun erosi tebing sungai kadar muatan suspensi adalah banyaknyamaterial suspensi yang di kandung oleh sejumlah air dari aliran sungai dalam satuan volume tertentu, setelah material di keringkan dan di nyatakan dalam milgram/ liter (mil /ltr ). Besarnya muatan  anatara 80- 90  %  pada sungai tidak terratu sedimen dan penyebarnya pada sunga (Haslam,1995).
Material pada umumnya berasal dari erosi alur sungai, ukuran dapat bermacam- macam dapat berupa pasir, kerikir, atau boulder  (tergantung pada sungai dan kecepatan aliran). Untuk mengukur sampler atau kolam jebakan (Trap) dibawah spas (Elizabeth,1994).
            Menurut soerwarno (1991), berdasarkan mekanisme pengangkutannya, sedien dibagi menjadi :
1.         Muatan sedimen melayang (Suspensi Load)
Muatan sedimen melayang merupakan material dasar sungai (Bed Material) yang melayang di sungai  dan terutam terdiri dari butiran butiran pasir halus.
2.         Muatan edimen dasar  (Bed Load).
Mutan sedimen dasar berupapartikel- partikel kasar yang bergerak sepanjang dasar sungai.
Mutan yng tersuspensi melalu suatuuan penampang sungai tertentu, dinyatakan dalam catat persatuan waktu. Pengukuran sngukuran di perkirakan suatu suspensi selalu di sertai dengan pengukuran debit. Perhitungan suspensi dari suatu DAS  pada suatu stasiun pengukuran di perkirakan dari analisis muatan suspensi (Chay, 1995).


.



BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.  Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum hidrologi untuk acara pengukuran debit susupensi ini dilakukan pada hari Jumat 14 Desember 2014 yang berlokasi di Kebun Program Studi Kehutanan Universitas Mataram. 
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang di gunakan pada saat praktikum antara lain:
1.    Botol air mineral
2.    Oven
3.    Timbangan digital / analitik
4.    Buku dan alat tulis
3.2.2    Bahan
Adapun bahan yang digunakan saat praktikum yaitu:
1.    Kantong plastik
2.    Contoh air sample sungai
3.    Kertas label
4.    filter
3.4.  Cara  Kerja
Adapun bahan yang digunakan saat praktikum yaitu:
1.      Disiapkan 3 botol air mineral
2.      Dilebeli botol tersebut sesuai aliran pasnya
3.      Dimasukan potol kedalam sungai secara  sampai botol terisi penuh
4.      Disiapkan filter dan di isi dengan sample air
5.      Ditiriskan hingga air tidak meleleh dan di timbang sebagai berat awal susupensi
Dimasukan kedalam oven selama 2 jam pada suhu 105 0cdi timbang kembali sebagai berat kering tanurnya dan di catat hasilnya
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan
Pada praktikum mengenai pengukuran debit suspensi, dilakukan pengujian hasil endapan dari air yaang diperoleh dari area hilir sungai. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa kertas saring. Langkah awal dalam pengujian atau pengukuran debit suspensi ialah menuangkan air yang diperoleh dari area hulu keatas kertas saring guna mengetahui besarnya endapan yang diperoleh didaerah hulu tersebut. Setelah itu kertas saring yang telah berisi material-material berupa pasir dan debu kemudian dikeringkan  untuk mengetahui seberapa besar jumlah endapan yang diperoleh.
Dikarenakan pada saat praktikum hanya melakukan proses pengukuran ,tetapi tidak melakukan penimbangan jadi hasil data tidak diperoleh. Sehingga praktikum ini dilakukan hanya untuk mengetahui langkah-langkah dalam pengukuran debit suspensi saja. Karena ketiadaan data yang diperoleh pengujian atau pengukuran debit suspensi ini tidak diketahui seberapa besar nilai suspensi.







BAB V. PENUTUP
5.1  Kesimpulan
                 Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.             Hasil pengukuran  debit suspensi ialah terdapat endapan atau suspensi pada kertas saring yang berupa material-material pasir,dan tanah.

5.2  Saran
1.             Seharusnya dalam pengukuran debit suspensi hasil endapan yang diperoleh dari pengambilan sampel harus diukur ,sehingga diketahui besarnya jumlah suspensi atau endapan.
2.             Agar kedepannya praktikan dalam menajalani praktikum lebih menaati tata tertib yang berlaku saat praktikum.
3.             Manajemen waktu yang ditingkatkan lagi.













BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah. Infiltarasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run off. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi sifat-sifat fisiknya drajat kemapatannya, kandungan air dan permiabilitas lapisan bawah permukaan nisbi air dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan pula oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.Proses berlangsungnya air masuk ke permuakan tanah kita kenal dengan infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu
Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah. Infiltarasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run off. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah.
Dengan mempelajari proses terjadinya dan faktor yang mempengaruhi dalam proses infiltrasi terutama pada infiltrasi dibawah tegakan hutan, mahasiswa memahami berbagi fungsi penting dari hutan sebagai salah satu media untuk meningkatkan proses masuknya air dalam tanah sehingga peran hutan dalam mengendalikan aliran permukaan nampak lebih jelas. Dengan memahami proses dan cara pengukurannya, mahasiswa dapat melakukan analisis dan medesain pembangunan atau pengelolaan suatu kawasan hutan dengan memperhatikan peran proses infiltrasi didalamnya.
Setelah mempelajari kita akan mengerti dan memahami proses infiltrasi, faktor – faktor yang mempengaruhi, mampu melakukan pengukuran dan perhitung untuk analisis hidrologi suatu kawasan.Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam.Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi. Penentuan laju perkolasi dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisik tanah (permeabilitas,porositas dan tekstrur tanah), kedalaman air tanah dan topografi daerah tinjauan serta sifat geomorfologi secara umum.


1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pratikum ini di antaranya :
1.Untuk mengetahui laju masuknya air kepermukaan dengan satuan cm/jam dan menetahui
laju masuknya air kedalam tanah (rembesan air kedalam tanah) dengan satuan cm/jam.
2. Mampu menentukan nilai parameter inflitrasi yaitu fo, fc, dan K.


















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Proses Infiltrasi sangat mendukung peran hutan sebagai pengatur tata air.Airyang meresap ke dalam lapisan tanah dan masuk ke lapisan yang lebih dalam akan menjadi air bawah tanah (ground water) (Seyhan Ersin 1977 ).
Peran vegetasi juga penting, karena akar-akar pohon atau tumbuhan lainnya akan memperbaiki sifat. porositas tanah dan akan meningkatkan laju infiltrasi sehingga run off dapat dikurangi. Infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbs maksimum setiap tanah bersangkutan. mengemukakan bahwa kandungan air tanah padasaat mulainya terjadi infiltrasi mempengaruhi laju infiltrasi (Soewarno, 1991).
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi sifat – sifat fisiknya drajat kemapatannya, kandungan air dan permiabilitas lapisan bawah permukaan nisbi air dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan pula oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.Proses berlangsungnya air masuk ke permuakan tanah kita kenal dengan infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu (Silvya,2008)
Menurut Silvya(2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi antara lain :
1.             Dalamnya genangan dipermukaan dan tebalnya lapisan jenuh.
2.             Kelembaban tanah.
3.             Pemampatan oleh curah hujan.
4.             Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus.
5.             Pemanpatan oleh manusia dan hewan.
6.             Struktur Tanah.
7.             Tumbuh-tumbuhan.
8.             Udara yang terdapat dalam tanah.




BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini di laksanakan pada hari Rabu, tanggal 26  November 2014  pukul 11.00 WITA yang bertempat di Lapangan Sepak Bola Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Double Ring Infiltrometer
2.      Stop Watch
3.      Pengaris
4.      Buku dan Alat Tulis

3.2.2 Bahan
Adapun yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Plastik
2.      Ember Berisi Air
3.      Sebidang Tanah Lapang
3.2 Cara Kerja
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.             Dimasukan double ring kedalam tanah sampai separuh tinggi alat dengan keadaan tegak lurus. Tanah dan slinder di jaga jangan sampai rusak / pecah.
2.             Dipatikan slinder berada pada kondisi yan pas sebelum memaskukan air, terlebih dahulu permukaan anah di tutup dengan plastic  da kemudian air di tingakan ke dalam ring tersebut.
3.             Diisi air yang berada pada ring luar sehingga berembesan dari luar dapat di kurangi
4.             Diukur kedalaman awal sebelum melakukan pengamatan.
5.             Diamati selama 40 menit dan pada 5 menit petama di ukur kembali berapa penurunannya hingga mencapai keadaan kostan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
 Tabel IV. Hasil Pengamatanan Infiltrasi
t (menit)
5
10
15
20
25
30
35
40
f (cm/menit)
17
9
9
9
17
9
9
9
f-fc
12
8,5
8
8
4
2,5
1,5
0
log (f-fc)
1.07
0.92
0.90
0.90
0.60
0.39
0.17
0

Data diatas di dapakakn dari rumus fi = fc + ( f0-fc )e- kt dimana :
fi = Laju Infitrasi Pada Waktu i
fc = Infiltrasi saaat keadaan kostan
kt = Kostanta (3,18 )
t = Waktu

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dilahan pratikum Program Studi Kehutanan bahwa untuk mengukur laju infiltrasi pada tanah dapat digunakan alat yang bernama infiltrometer, infiltrometer itu sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu : Single ring infiltrometer dan double ring infiltrometer. Pada praktikum ini digunakan alat single ring infiltrometer. Pengunaan alat ini cukup mudah dalam penggunaannya dan dapat dipindah pindahkan.
            Pada lahan tersebut terjadinya penurunan pada laju infiltrasi setiap 5 menit. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari bahan organik yang terkandung didalam tanah tersebut. Pada lahan tersebut hanya sedikit mengandung bahan organik dan mengakibatkan pori-pori pada tanah hanya sedikit. Sehingga daya serap tanah pada air membutuhkan waktu yang cukup lama.
   Pada praktikum ini tinggi air yang diperoleh selama 45 menit  dengan  luas lapangan sapak bola di dapatkan hasil rata- rata laju infiltrasi di jenis tanah lapangan ini sebesar  9 cm / mentit  hal ini di karenakan jenis tanah lapangan yang di atas permukaan jenis tanah berliat dan berbatu maka akan menghambat . Oleh karena itu jenis tanah ini saat mudah jenus air pada saat air hujan datang.
Infiltrasi pada areal tersebut berlangsung lama hal ini dikarenakan pada areal tersebut lebih padat daripada areal pertama sehingga kapasitas air masuk kedalam tanah lebih sulit dibandingkan pada percobaan pertama. Proses pemukulan juga berpengaruh dalam kapasitas infiltrasi yang terjadi. Jika pemukulan tidak rata maka infiltrasi akan lebih sulit terjadi. Tanah pada areal tersebut juga berpengaruh terutama keadatan tanah. Semakin padat tanah maka laju infiltrasi semakin sulit untuk terjadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah persediaan air awal (kelembaban awal), ketersediaan organik tanah, keberadaan tumbuhan bawah, dan tajuk penutup tanah lainnya. Hasil identi-fikasi air tersedia, porositas, dan kan-dungan bahan organik tanah. Pada tanah berpasir, porositas tanah didominasi oleh pori makro yang berfungsi sebagai lalu lintas air sehingga infiltrasi meningkat. Sedangkan pada tanah berlempung, pori mikro lebih berperan dan daya hantar air-nya rendah sehingga infiltrasi menurun
 Menurut Yuliana (2008 ) berbeda halnya dengan percobaan di tempat lainya misalnya  di taman maka laju inflitrasi saat cepat karena jenis tanah yang gembur,  dan Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi antara lain :

1.             Dalamnya genangan dipermukaan dan tebalnya lapisan jenuh
2.             Kelembaban tanah
3.             Pemampatan oleh curah hujan
4.             Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus
5.             Pemanpatan oleh manusia dan hewan
6.             Struktur Tanah
7.             Tumbuh-tumbuhan, dan
8.             Udara yang terdapat dalam tanah.
BAB  V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Perhitungan kapasitas infiltrasi dapat ditentukan dengan menggunakan model Horton
f = fc + (fo-fc) e –kt
2.      Double ring inflometer salah satu cara yang paling sering dilakukan dalam pengukuran infiltrasi dilapangan, hal ini disebabkan pembuatan dan cara kerjanya yang simple.
3.       Kerapatan tanah mempengaruhi laju infiltrasi pada suatu areal.
4.       Kecepatan laju infiltrasi berpengaruh terhadap volume air yang masuk kedalam tanah.

5.2              Saran
            Adapun saran untuk pratikun hidrologi hutan dintaranya :
4.         Bagi pratikan agar benar- benar  serius dalam mengikuti pratikum ini
5.         Bagi Co.Ass di harapakan menjelasakan secara terperinci kepada pratikan dalam melakukan kegiatan pratikum
6.         Sabaiknya pratikum di lakasankan di jauh hari agar kegiatan perkuliahan tidak ternggu
7.         Untuk kegiatan pratikum selanjutnya diharap kepada laboran untuk menambah peralatan pratikum agar pratikum dapat dilakukan secara serentak




DAFTAR PUSTAKA
Akromi, dan Subroto. 2002. Pengantar Limnologi. Gramedia, Jakarta.
________2008. Telaah Kualitas Air Edisi II. Kanesius, Yogyakarta.
Asdak Chay (1995). Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Cholik et.al. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. UNFISH dan IDRC, Jakarta.
Effendi, dkk. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kenesius, Yogyakarta.
Effendi,H.2003.Telaah Kualitas Air. Kanesius, Yogyakarta.
Gufron, H. Kordi dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Haslam, S.M.1995. I Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons, Chichester, UK. 253 p
Peraturan Pemerintah N0. 82 Tahun 2001 Tetang Kualitas Air Dalam Daerah Aliran Sungai
Sastrodarsono ,Suyono dan Kensaku Takeda, (1999), Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramitha, Bandung.
Seyhan, Ersin 1977, Dasar-Dasar Hidrologi.. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Shaw, Elizabeth (1994). Hidrology in Practice. Taylor & Francis, England.
Soeseno, Slamet. 1971. Pemeliharaan Ikan Di kolam Pekarangan. Kanesius, Yogyakarta.
Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. Graha permata. Bandung.
Yuliana, Silvya.2008.Kajian Ulang Hidrologi. Buku Ajar Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Jakarta.

Komentar