KAYU JEVENIL, KAYU REAKSI, KAYU CABANG DAN AKAR

A.   KAYU JEVENIL
Suatu pohon mudah di analogikan dengan seorang muda tumbuh dengan kuat, membutuhkan makanan yang bergizi dan seimbang untuk perkembangannya yang normal dapat terganggu atau tertekan oleh sesamanya apabila ia lemah, dan cenderung untuk sembuh dengan cepat apabila terluka.
Kayu jevenil telah diberi batasan sebagai xylem sekunder yang di hasil sebagai aktivitas kambium yang dipengaruhi oleh kegiatan dalam maristem apikal (Rendle,1960). Batasan ini berguna untuk menerangkan mengapa terdapat perubahan yang berangsur- angsur dalam sifat kayu antara kayu jevenil dengan kayui dewasa.  
Pada umumnya, kayu jevenil lebih rendah kualitasnya dari pada kayu dewasa, hal ini terutama benar untuk kayu lunak. Dalam kayu keras dan kayu lunak misalnya sel- sel kayu jevenil lebih pendek dari pada sel- sel kayu dewasa. Sel- sel  dewasa kayu lunak mungkin 3- 4 kali lipat panjang sel kayu jevenil, sedangkan serabut- serabut dewasa kayu keras umumnya 2 kali lipat panjang sel- sel yang terdapat di dekat empelur (daswell,1958 ). Hasil adalah kerapatan yang rendah dan hubungannya dengan kekuatanan yang rendah dibandingkan dengan kayu dewasa. Dalam konifer Amerika Serikat, kerpatan khasnya 10-15 % lebih rendah dibandingkan kayu jevenil dengan kekuatan kayu seperti yang di laporkan berkisar sedikit lebih rendah sampai umumnya 15-30 % dan sebanyak 50 % kurang dari pada kayu normal dewasa untuk sifat- safat dan kekuatannya (Bendtsen,1978).
Kayu jevenil sukar di kenal dengan pengamatan  sekilas, terutama dalam kayu lunak, meskipun beberapa sifatnya yang normal kadang- kadang berubah, dalam kayui keras pembuluh kayu jevenil lebih kecil dan tersusun secara lain dari pada kayu dewasa. Kayu- kayu berpori melingkar misalnya cenderung memiliki kayu jevenil yang cenderung berpori baur. Sebuah penelitian kayu jevenil southern yellow pine menunjukkan daerah kayu jevenil yang mengandung 42 %  kayu reaksi dibandingkan dengan hanya 7 % saja sekitar kayu yang dewasa (Nort Carolina State Colle, 1957 ).
Pada tanaman yang masih mudah atau pada tahun- tahun pertama pertumbuhan kambium primer membentuk kayu jevenil. Sering dengan bertambah usia pohon, maka tajuk semakin bergerak ke atas. Di pengaruhi tajuk pada daerah kambium semakin berekurang dan dan terbentuklah kayu dewasa. Karena perubahan yang berangsur- angsur dalaas yangm sifat kayu maka tidak jelas dimna kayu jevenil berakhir dan kayu dewasa bermula lagi. Namun peneliti- peneliti umumnya setuju bahwa kayu jevenil adalah terbanyak dalam 5- 20 lingkaran tumbuh pertama dengan lama pembentukannay tergantung pada spesies. Sejumlah peneliti percaya bahwa rangsangan tumbuh ( lewat pemupukan, irigasi, atau perlakuan silvikultul ) selama priode pembentukan kayu jevenil akan memperpanjang priode jevenil (Larson,1969 ; Megrew dan Nearn 1972 )
B.   KAYU REAKSI
   Suatu reasi adalah jawaban terhadap suatu peristiwa memacu. Kayu reaksi adalah nama yang sesuai apabila batang pohon miring vertikal. Kayu reaksi dapat pula timbul mengikuti belokannya batang lateral ( atau cabang ) dari arahnya yang normal.
Kayu reaksi yang di bentuk dalam kayui keras berbeda dengan yang terbentuk dalam  kayu lunak. Dalam kayu lunak kayu reaksi dinamakan kayu tekan   dan dalam kayu keras dinamakan kayu tarik, akan tetapi keduanya berfungsi sama yaiyu untuk mengembalikan batang atau cabang keposisi semula.
Kayu tekan apabila gaya yang cukup dikenakan pada pada pucuk suatu tiang yang berdiri, tiang tersebut akan melengkung menjadi lebih pendek sebagai akibat gaya tekan yang terjadi. Sebaliknya sisi yang lain dari tiang terentang sedikit karena terkena gaya tarik. Pada kayu lunak, kayu reaksi berbentuk pada sisi tekanan (atau sisi bawah ) batang yang miring. Kayu tekan juga terbentuk hampir secara universal dalam cabang- cabang, berfungsi untuk mempertahankan sudut cabang suatu kecualian adalah dalam spesiesdengang cabang- cabang yang terkulai sperti spruce, ketiadaan kayu kayu tekan sangat menyolok ( Timell, 1973 ).
Sifat- sifat kayu tekan sangat penting bagi ahli- ahli teknologi hasil hutan karena sifatnya yang sangat  berbeda. Kayu tekan sangat tidak di sukai dalam kayu gergajian dan produk kayu utuh lainnya. Keberatan utamanya apabila menggunakan vkayu tekan dalam bentuk yang utuh ialah penyusutan longitudinal yang terjadi pada saat pengeringan. Penyusutan longitudinal umumnya 1-2 % ( di banding dengan 0,1-0,2 % untuk kayu normal ) dan mungkin dapat sebesar 6-7 %. Kira-kira kekuatannya sama,  kayu tekan dengan kayu normal dewasa dengan spesies yang sama pula.
Pengenalan kayu tekan relatif sangat menyolok dan sering dapat dikenal secara visual apabila melihat pada permukaan yang halus. Hal ini terutama dapat di perhatikan pada pandangan transversal. Meskipun kayu tekan dapat terlihat pada pandangan potongan melintang halus, pengamatan pada potongan ujung yang kasar suatu dolok kayu ( di perlukan apabila cacat ini harus dikenali dengan sauatu  penggergajian ).
Kayu tarik adalah kayu reaksi spesies kayu keras. Kayu ini terbentuk pada sisi atas atau sisi tarikan miring. Sifat- sifat sama seperti halnya kayu tekan yaitu berbeda dengan kayu dewasa normal. Namun sifat- sifat tersebut tidak semuanya tidak di sukai dan kegunaan kayu tarik mungkin paling baik dijelaskan  oleh suatu kisah kabar baik dan kabar buruk yang terkenal. Kayu tarik sudah sangat lama dikenal sebagai bahan baku yang sangat tidak didskai dalam pembuatan produk di badingkan dengan kayu normal dewasa. Di sisi lainnya juga kayu tarik, kayu tarik cenderung menghasilan permukaan yang keriting pada pengergajian atau pengetaman. Tingkat penyusutan longitudinal kayu tarik biasanya 1 % atau kurang. Meskipun tingkat penyusutan ini mungin nampaknya tidak nyata, perubahan dimensi- dimensi seberapa saja sepanjang serat dapat menciptkan masalah-masalah. Misalnya suatu perubaham yang hanya 0,5 % dapat berarti kira-kira penyusutan 0,25 inci untuk tiap kaki (atau 0,6 cm/0,8 m ) panjang. Kekuatan kayu tarik tidak sebanding dengan kayu normal dewasa.
Pengenalan kayu tarik tidak mudah di kenal secara visual menyebakan penghilanngannaya selama pengelolaan kayu menjadi sulit. Suatu tanda adanya akayu tarik pada dolok kayu adalah adanya lingkaran- lingkaran yang lebih besar dalam daerah kayu reaksi dari pada sisi yang belawanan dari empelur, yang sering menyebabkan suatu bentuk elips dan untuk mengetahuinya secara lebih detail untuk mengenal kayu tekan dan kayu tarik perlu dilakukan pengamatan secara laboratoris untuk mendapatkan hasil yang terperinci.
C.   KAYU CABANG DAN AKAR
Terjadinya permintaan yang lebih besar besar akan kay dan produk- produk kayu merangsang keinginan dalam menemukan sumber- sumber kayu baru.suatu perkembangan penting yang timbul dari keinginan ini adalah konsep pohon yang total yang di kembangkan pada tahun 1960-an oelh Young, Keays, Hkkila, Koch, dan lain- lain. Apabila metode- metode panenan tradisional hanya melibatkan pemungutan batang utama, yang di potong pucuk dan cabangannya, penenan pohon total dicirikan oleh pengumpulan batang- batang utama, cabang- cabang, ranting- ranting,daun- daun, bahkan akar- akar.
Pemanenan semua bagin pohon di atas tanah menjadi kenyataan dalam tahun 1970-an dan awal1970-an dengan berkembangnya unit- unit mobil di Amerika Serikat dengan membuat tatal- tatal katyudi lokasi semua bagian pohon. Sistem  tersebut dilengkapi dengan pengumpul tatal dalam setengah kereta gandengan untuk di angkut ke pusat- pusat pengelolaan. Peralatan mekanis untuk pencabutan tunggul datang di pasaran pada tahun 1973- 1974 dengan perkembangan di Firlandia dan Amerika Serikat.
Kayu cabang dari segi pemanfaatannya, salah satu yang paling nyata antar bahan dari cabang dan bahan utama, cabang memiliki kulit dengan proporsi yang jauh lebih tinggi. Hal ini terutama benar untuk cabang dengan diameter kurang dari 1 inci (sekitar 2,5 cm) karena kulit mempunyai sifat yang berbeda dengan kayu dan sering membawa kotoran pada saat pemanenan. Terlepas dari kulit kayu cabang sendiri berbeda dengan kayu batang. Hal ini dapat menyebabkan pengenalan kayu maupun pemanfaatannya sulit. Beberapa jenis sel lebih banyak terdapat pada kayu cabang daripada dalam kayu batang utama. Dalam cabang- cabang kayu keras,pembuluh dan jari- jari lebih banyak dari pada kayu utama dengan jumlah serabut yang lebih tinggi. Serabut pada kayu cabang didapatkan rata- rata 15-35 % lebih pendek di bandingkan dengan batang kayu utama ( Manwiller,1974 ;Taylor 1977 ).
Secara ringkas kayu cabang adalah bahan baku yang dapat diterima, meskipun untuk jumlah produk yang kurang di sukai dari pada kayu batnag utama. Karena potensinya yang yang nyat untuk menaikan hasil apabila pucuk dan cabang digunakan perubahan perubahan dalam cara pengelolahan mungkin akan dilakukan bila mana mungkin untuk menampung bahan ini.
Mengembakan minat dalam pemanfaatan kayu sebagai sumber serat dengan mengumumkan fakta bahwa tunggul/ sistem peakaran southern pine mengandung sejumlah serat setara dengan 20-25 % volume serat dalam batang utama ( Koch,1972-1974 ). Ia juga mendorong perkembangan peralatan pemanenan akar yang di rancang untuk penggunaan di tanah berpasir di Amerika Serikat bagian selatan ( Koch dan Coughran, 1975 ).pemanfaatan akar lebih luas nampaknya memungkinkan. Tetapi masalah harus tetap dipecahkan. Akar- akar adalah kotor dan sering sukar untuk di bersihkan dan kotoran sering menyumbat atau menyebabkan aus yang berlebihan pada peralatan pabrik. Akar kayu ini telas di gunakan telah digunakan sebagai bahan bakaar dan sebagai suatu sumber ekstraktif kimia. Suatu proses untuk mengeluarkan terpentin,yak pinu gondorukem, dan minyak pinus dari tunggul pinus di perdagangkan pada tahun 1909 dan di anggap menandai permulaan industri ”naval stres” di Amerika Serikat (panshin dkk,1962 )









Daftar Pustaka
Haygreen,J.G Bowyer. 1982. Forest Product And Wood Science.An Introduction. Iowa State Universty Press, Ames. USA






  

Komentar