BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Di
lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup.
Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan
berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih
banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup
memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup
yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di
berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup yang
berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan
sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama
terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati
masing-masing.
Indonesia
adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi.
Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300
spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies,
tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur
72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data
yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia
sangatlah tinggi.
Kehilangan
keanekaragaman hayati secara umum juga berarti bahwa spesies yang memiliki
potensi ekonomi dan sosial mungkin hilang sebelum mereka ditemukan. Sumberdaya
obat-obatan dan bahan kimia yang bermanfaat yang dikandung oleh spesies liar
mungkin hilang untuk selamanya. Kekayaan spesies yang terdapat pada hutan hujan
tropis mungkin mengandung bahan kimia dan obat-obatan yang berguna. Banyak
spesies yang
mempertahankan dirinya secara kimiawi dan ini merupakan sumber bahan
obat-obatan yang penting.
Untuk melindungi binatang yang dirasa
perlu dilindungi dari kerusakan maupun kepunahan, dapat dilakukan beberapa
macam upaya manusia dengan Undang-Undang seperti suaka margasatwa, cagar alam,
perlindungan hutan, taman nasional, taman laut dan kebun binatang. Serta
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia. Hal ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban
Pemerintah serta masyarakat.
Salah satu yang akan di bahas dalam makalah in dalah
satwa liar ordo Testudinata. Ordo Testudinata adalah hewan reptil yang sangat mudah
dikenali karena memiliki tempurung atau cangkang di tubuhnya. Cangkang ini tersusun dari sisik dermal yang mengalami
osifikasi yang merupakan gabungan tulang rusuk, vertebra dan beberapa bagian
dari gelang bahu. Tulang belakangnya, kecualibagian cervic dan bagian ekor, berfusike seluruhan
dengan cangkang, takadagerakan yang dapat terjadi pada skeleton axial tubuh. Tulang rusuk berfusi dengan
bagian lateral darikarapaks. Di karenakan struktur yang seperti itu, anggota
Testudinata tidak mungkin dapat melakukan pernapasan dengan mengembangkan dan
mengkontraksikan rongga dada.Cangkang Testudinata terdiri dari dua bagian yaitu
karapaks pada bagian dorsal dan plastron pada bagian ventral yang disatukan
pada bagian samping oleh bridge. Cangkang ini terdiri dari elemen
bertulang yang ditutupi oleh scutes
terkerat ini sasi pada bagian luarnya.Keseluruhan bentuk cangkang sangat
bervarias, untuk Testudinata terestrial biasanya cangkang sangat menggembung
sedangkan pada Testudinata akuatik memiliki cangkang yang cenderung lebih datar.
1.2.
Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini diantaranya:
1.
Mengetahui ordo
Tustudinata.
2.
Mengetahui
ciri-ciri ordo Testudinata.
3.
Mengetahui jenis
satwa liar berdasarkan ordo Testudinata.
4.
Mengetahui cara
penyelamatannya.
BAB II.
PEMBAHASAN
Ordo
Testudinata adalah hewan reptil yang sangat mudah dikenali karena memiliki
tempurung atau cangkang di tubuhnya. Anggota Ordo testudinata diperkirakan
telah ada di dunia sejak zaman Triasik sekitar 225 juta tahun yang lalu.
Testudinata, biasanya disebut kura-kura, penyu, atau bulus dalam bahasa
Indonesia tergantung dimana dia hidup dan bagaimana penampakanya secara umum.
Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian
pungung, dan plastron yang bentuknya relatif datar di bagian dada. Biasanya di
samping tubuh karapaks dan plastron dihubungkan oleh keping yang disebut
bridge. Tempurung pada kura-kura dapat keras atau lunak tergantung dari sifat
tulang pembentuknya.
|
Gambar I.Struktur Anatomi Testudinata
|
Kura-kura
dan kerabatnya dalam ordo Testudinata tidak memiliki gigi. Mereka memiliki
rahang yang mengeras sehingga dapat digunakan untuk memotong makananya.
Kura-kura adalah hewan yang dapat memakan daging, alga, buah-buahan ataupun
dedaunan tergantung habitat hidupnya. seperti halnya reptil lain, kura-kura
bernafas dengan paru-paru, tidak peduli dimanapun ia hidup.
Kura-kura
adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat
293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai
gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis,
bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah
samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan
Kura-kura
bereproduksi dengan cara bertelur. Telur kura-kura jumlahnya bervariasi
tergantung spesiesnya. Telur kura-kura biasanya ditimbun dengan tanah atau
serasah, khusus untuk penyu biasanya ditimbun dengan pasir pantai. Kura-kura
jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat plastronya, plastron kura-kura
jantan biasanya terdapat cekungan, sedangkan plastron kura-kura betina biasanya
datar. Kura-kura jantan biasanya memiliki kuku dan ekor yang lebih panjang dari
pada kuku dan ekor kura-kura betina. Jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh
suhu saat telur diinkubasi, fenomena ini disebut Temperature Dependent
Sex-Determination.
Kura-kura adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat 293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis, bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan.
Kura-kura adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat 293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis, bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan.
Adapun ciri-ciri dari ordo Testudinata diantaranya:
1.
Bangsa testudinata
memiliki perisai pada tubuhnya.
2.
Perisai tersebut
terdiri dari dua bagian yakni, pada bagian atas yang menutupi punggung adalah
karapas dan bagian bawah yang menutupi perut adalah plastron.
3.
Bangsa Testudinata dibagi
menjadi sub bangsa yaitu cryptodyra dan pleurodira. Cryptodyra yaitu kura-kura
yang dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang,
sedangkan pleurodira yaitu kura-kura yang tidak dapat memasukkan secara
penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang. Leher dan kepala ditekuk kesamping
tubuhnya.
Ordo ini
mempunyai tubuh bulat pipih dan umumnya relative besar, terbungkus oleh
perisai. Perisai sebelah dorsal cembung disebit carapace sedang perisai sebelah
ventral datar disebut plastrom. Kedua bagian perisai itu digabungkan pada
bagian lateral bawah, dibungkus oleh kulit dengan lapisan zat tanduk yang
tebal. Tidak mempunyai gigi, tapi rahang berkulit tanduk sebagai gantinya.
Tulang kuadrat pada cranium mempunyai hubungan bebas dengan rahang bawah,
sehingga rahang bawah mudah digerakkan, tulang rahang belakang thorak dan
tulang costae ( rusuk) biasanya menjadi satu dengan perisai. Ovipar, telur
diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Extremitas sebagai alat gerak baik
didarat maupun di air. Cloaca dapat berfungsi membantu pernafasan dalam air.
Contoh Chelonia mydas ( penyu hijau , tubuhnya besar, ada
yang berdiameter satu meter.
Perkecualian
terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu
belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan
lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.Dalam bahasa
Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini,i yalah penyu , labi-labi atau bulus (freshwater turtles),
dan kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris,
dibedakan lagi antara kura-kura darat (land tortoises) dan
kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).
Penyu
adalah kura-kura laut.
Penyu ditemukan di semua samudra di
dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu
sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 – 208 juta tahun yang
lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa
itu Archelon, yang
berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah
berenang di laut purba seperti penyu masa kini. Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika
bertelur, penyu boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia
mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat
ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan
lubang hidungnya yang berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi
yang sempurna untuk kehidupan laut.Penyu tersebar
luas di samudera-samudera di seluruh dunia.
Penyu telah
mengalami beberapa adaptasi untuk dapat hidup di laut, diantaranya yaitu dengan
adanya tangan dan kaki yang berbentuk seperti sirip dan bentuk tubuh yang lebih
ramping untuk memudahkan mereka berenang di air. Penyu laut juga memiliki
kemampuan untuk mengeluarkan garam-garam air laut yang ikut tertelan bersama
makanan yang mereka makan dan juga kemampuan untuk tinggal di dalam air dalam
waktu yang lama selama kurang lebih 20-30 menit. Telinga penyu laut tidak dapat
dilihat, tetapi mereka memiliki gendang telinga yang dilindungi oleh kulit.
Penyu laut dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi rendah dengan sangat
baik dandaya penciuman mereka juga mengagumkan. Mereka juga dapat melihan
dengan sanghat baik di dalam air. Penyu laut memiliki cangkang yang melindungi
tubuh mereka dari pemangsa. Penyu laut
berbeda dengan kura-kura. Apabila dilihat sepintas, mereka memang terlihat
sama. Ciri yang paling khas yang membedakan penyu laut dengan kura-kura yaitu
bahwa penyu laut tidak dapat menarik kepalanya ke dalam apabila merasa
terancam.
Penyu hijau
adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak di
banding beberapa penyu lainnya. Penyu laut, umumnya bermigasi dengan jarak
yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Kita mungkin masih
ingat salah satu adegan dalam film Nemo, saat induk jantan Nemo bertemu dengan
gerombolan penyu hijau yang bermigrasi. Tidak persis sama dengan pola
migrasi penyu umumnya, namum jelas memberikan gambaran bahwa penyu laut
bermigrasi sebagai rangkaian dari siklus hidupnya. Pernah di laporkan
migrasi penyu hijau yang mencapai jarak 3.000 km dalam 58 – 73 hari.
Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa penyu yang menetas di perairan ,
di temukan di sekitar perairan dan Hawaii.
Penyu laut
khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali
dapat menelan beberapa hewan kecil. Hewan ini sering di laporkan
beruaya di sekitar padang lamun (seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di
temukan memakan macroalga di sekitar padang alga. Pada padang lamun hewan
ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia testudinum,Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea). Pernah di laporkan pula
bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun
lamun dan alga.
2.1
Cara perkembangbiakan
Penyu laut
adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah
permukaan laut. Induk betina dari hewan ini hanya sesekali kedaratan
untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada substrate berpasir yang jauh dari
pemukiman penduduk. Untuk penyu hijau, seekor Induk betina dapat
melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir, dan secara alami tanpa
adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai
kelaut kembali untuk berenag bebas untuk tumbuh dewasa. Penyu membutuhkan kurang lebih 15-50 tahun untuk dapat melakukan perkawinan.
Selama masa kawin, penyu laut jantan menarik perhatian betinanya dengan
menggosok-gosokkan kepalanya atau menggigit leher sang betina. Sang jantan
kemudian mengaitkan tubuhnya ke bagian belakang cangkang si betina. Kemudian ia
melipat ekornya yang panjang ke bawah cangkang betina. Beberapa jantan dapat
saling berkompetisi untuk merebut perhatian si betina.Hanya penyu laut betina
yang pergi ke pantai untuk bersarang dan menetaskan telurnya. Penyu laut jantan jarang sekali kembali ke pantai setelah mereka menetas. Penyu laut pergi
untuk menetaskan telurnya ke pantai dimana mereka dulu dilahirkan.
Penyu betina
naik ke pantai untuk bertelur. Dengan kaki depannya, mereka menggali lubang untuk meletakkan telur-telurnya. Kemudian mereka mengisi lubang itu dengan
telur-telurnya sebanyak kurang lebih 100 butir (bahkan mungkin lebih). Kemudian
mereka dengan hati-hati menutup kembali lubang tersebut dengan pasir dan
meratakan pasir tersebut untuk menyembunyikan atau menyamarkan letak lubang
telurnya. Setelah proses melelahkan ini selama kurang lebih 1-3 jam berakhir,
mereka kembali ke laut. Penyu
umumnya lambat dan canggung apabila berada di darat, dan bertelur adalah hal
yang sangat melelahkan, Penyu yang sedang bertelur sering terlihat mengeluarkan
air mata, padahal sebenarnya mereka mengeluarkan garam-garam yang berlebihan di
dalam tubuhnya. Beberapa penyu dapat menghentikan proses bertelur apabila
mereka terganggu atau merasa dalam bahaya. Oleh karena itu, sangat penting
diketahui bahwa jangan mengganggu penyu yang sedang bertelur.
2.2
Masa Bertelur
Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2
– 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut,
betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir
yang sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur
yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai
belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun
suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut. Penyu yang
menetas di perairan pantai Indonesia ada
yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii. Penyu diketahui tidak setia pada
tempat kelahirannya.
Beberapa peneliti pernah melaporkan
bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan
belum di tambah dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai
menetas dan saat kembali kelaut untuk berenang. Tidak banyak regenerasi yang
dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor
penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik
(bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa.
Predator alami di daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode
saratan, Coenobita sp.), Burung dan tikus. Dilaut,
predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang berada di lingkungan
perairan pantai faktor perburuan oleh manusia.
Gambar II. Siklus Hidup Ordo Testudininata
|
Sumber :
Jassin,1989
|
Sejak menetas tukik-tukik akan
mencari makan tidak jauh dari pantai tempatnya menetas. Sampai saat ini para
ahli penyu belum mengetahui persis siklus hidup panjang penyu-penyu itu. Tidak
ada yang tahu kemana penyu-penyu kecil itu pergi antara 5-20 tahun. Buktinya,
saat diadakan peneliti dengan melakukan penyelaman tidak pernah menemukan
punyu-penyu muda. Penyu-penyu tampak lagi ketika sudah dewasa, ketika sampai
saatnya akan berbiak lagi. Jadi penyu-penyu yang bertelur sekarang ini adalah
penyu-penyu yang menetas 30 tahun lalu.
Di
tempat-tempat yang populer sebagai tempat bertelur penyu biasanya sekarang
dibangun stasiun penetasan untuk membantu meningkatkan tingkat kelulushidupan (survival). Di Indonesia misalnya terdapat stasiun
penetasan di Pantai
selatan Jawa Barat (Pangumbahan, Cikepuh KSPL Chelonia UNAS), pantai selatan Bali (di dekat Kuta), Kalimantan
Tengah (Sungai Cabang FNPF), pantai selatan Lombok, Jawa Timur
(Alas Purwo), Bengkulu (Retak ilir Muko-muko)
2.3
Ancaman dan Upaya Penyelamatan
Ancaman yang
paling besar bagi penyu di Indonesia, seperti juga halnya di seluruh dunia,
adalah manusia. Pembangunan daerah pesisir yang berlebihan telah mengurangi
habitat penyu untuk bersarang. Penangkapan penyu untuk diambil tellur, daging,
kulit, dan cangkangnya telah membuat populasi penyu berkurang. Di beberapa
negara, penduduk masih mengambili telur penyu untuk dikonsumsi. Telur-telur itu
dapat ditemui di pasar. Penyu hijau termasuk penyu yang dimanfaatkan secara
berlebihan (over eksploitasi ) oleh penduduk Indonesia. Mereka dibunuh untuk
diambil dagingnya. Bali merupakan konsumer terbesar penyu laut. Mereka
menggunakan penyu dalam upacara-upacara adat mereka. Ribuan penyu telah
terbunuh untuk memenuhi permintaan pasar di Bali.
Sebagian
orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang
memiliki banyak kelebihan. Selain tempurungnya yang
menarik untuk cendramata, dagingnya
yang lezat ditusuk jadi Sate penyu berkhasiat
untuk obat dan ramuan kecantikan. Terutama
di Tiongkok dan Bali, penyu
menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur dari pantai, telurnyapun
diambil. Meski sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,
yang melindungi semua jenis penyu, perburuan terhadap hewan yang berjalan
lamban ini terus berlanjut. Penyu laut
telah mengalami penurunan yang dramatis dalam jumlah populasi dalam jangka
waktu terakhir ini. Bahkan beberapa spesies terancam kepunahan dalam waktu yang
dekat. Dengan semakin menurunnya populasi penyu di dunia maka CITES menmasukkan
penyu dalam katagori appendix 1(CITES, 1988).
BAB III. PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari hasil makalah diatas makalah maka kami dapat
menyimpulkan bahawa:
1.
Ordo testuninata terdiri dari Penyu Hijau / Green Sea Turtle (Chelonia mydas), kura- kura
(cryptrodira Pleurodira) dan
Bulus
atau labi-labi bulus (freshwater turtles).
2.
Ordo Testudinata
dibagi menjadi sub bangsa yaitu cryptodyra dan pleurodira.
3.
Cryptodyra yaitu
kura-kura yang dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam
cangkang, sedangkan pleurodira yaitu kura-kura yang tidak dapat
memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang. Leher dan kepala
ditekuk kesamping tubuhnya.
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,termaksuk yang melindungi
semua jenis penyu.
5.
Populasi penyu di dunia sangat
sedikit sehingga CITES memasukan ordo Testuninata dalam katagori appendix 1 .
3.2 Saran
Adapun salam dalam pembuatan makalah ini kami sebagai
penyusun berharap makalah ini dapat permanfaat bagi para membacannya dan di
koreksi jika terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1988.Penurunan
Populasi Penyu.CITES Indonesia,Jakarta
_______,2015.http://id.wikipedia.org/wiki/
Penyu_ hijau{Internet}. diakses
tanggal 15 April 2015 at 09:34
Am
Jassin, Maskoeri. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata.
Surabaya: Sinar Wijaya.
Radiopoetro. 1990. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Di
lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup.
Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan
berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih
banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup
memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup
yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di
berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup yang
berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan
sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama
terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati
masing-masing.
Indonesia
adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi.
Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300
spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies,
tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur
72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data
yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia
sangatlah tinggi.
Kehilangan
keanekaragaman hayati secara umum juga berarti bahwa spesies yang memiliki
potensi ekonomi dan sosial mungkin hilang sebelum mereka ditemukan. Sumberdaya
obat-obatan dan bahan kimia yang bermanfaat yang dikandung oleh spesies liar
mungkin hilang untuk selamanya. Kekayaan spesies yang terdapat pada hutan hujan
tropis mungkin mengandung bahan kimia dan obat-obatan yang berguna. Banyak
spesies yang
mempertahankan dirinya secara kimiawi dan ini merupakan sumber bahan
obat-obatan yang penting.
Untuk melindungi binatang yang dirasa
perlu dilindungi dari kerusakan maupun kepunahan, dapat dilakukan beberapa
macam upaya manusia dengan Undang-Undang seperti suaka margasatwa, cagar alam,
perlindungan hutan, taman nasional, taman laut dan kebun binatang. Serta
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia. Hal ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban
Pemerintah serta masyarakat.
Salah satu yang akan di bahas dalam makalah in dalah
satwa liar ordo Testudinata. Ordo Testudinata adalah hewan reptil yang sangat mudah
dikenali karena memiliki tempurung atau cangkang di tubuhnya. Cangkang ini tersusun dari sisik dermal yang mengalami
osifikasi yang merupakan gabungan tulang rusuk, vertebra dan beberapa bagian
dari gelang bahu. Tulang belakangnya, kecualibagian cervic dan bagian ekor, berfusike seluruhan
dengan cangkang, takadagerakan yang dapat terjadi pada skeleton axial tubuh. Tulang rusuk berfusi dengan
bagian lateral darikarapaks. Di karenakan struktur yang seperti itu, anggota
Testudinata tidak mungkin dapat melakukan pernapasan dengan mengembangkan dan
mengkontraksikan rongga dada.Cangkang Testudinata terdiri dari dua bagian yaitu
karapaks pada bagian dorsal dan plastron pada bagian ventral yang disatukan
pada bagian samping oleh bridge. Cangkang ini terdiri dari elemen
bertulang yang ditutupi oleh scutes
terkerat ini sasi pada bagian luarnya.Keseluruhan bentuk cangkang sangat
bervarias, untuk Testudinata terestrial biasanya cangkang sangat menggembung
sedangkan pada Testudinata akuatik memiliki cangkang yang cenderung lebih datar.
1.2.
Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini diantaranya:
1.
Mengetahui ordo
Tustudinata.
2.
Mengetahui
ciri-ciri ordo Testudinata.
3.
Mengetahui jenis
satwa liar berdasarkan ordo Testudinata.
4.
Mengetahui cara
penyelamatannya.
BAB II.
PEMBAHASAN
Ordo
Testudinata adalah hewan reptil yang sangat mudah dikenali karena memiliki
tempurung atau cangkang di tubuhnya. Anggota Ordo testudinata diperkirakan
telah ada di dunia sejak zaman Triasik sekitar 225 juta tahun yang lalu.
Testudinata, biasanya disebut kura-kura, penyu, atau bulus dalam bahasa
Indonesia tergantung dimana dia hidup dan bagaimana penampakanya secara umum.
Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian
pungung, dan plastron yang bentuknya relatif datar di bagian dada. Biasanya di
samping tubuh karapaks dan plastron dihubungkan oleh keping yang disebut
bridge. Tempurung pada kura-kura dapat keras atau lunak tergantung dari sifat
tulang pembentuknya.
|
Gambar I.Struktur Anatomi Testudinata
|
Kura-kura
dan kerabatnya dalam ordo Testudinata tidak memiliki gigi. Mereka memiliki
rahang yang mengeras sehingga dapat digunakan untuk memotong makananya.
Kura-kura adalah hewan yang dapat memakan daging, alga, buah-buahan ataupun
dedaunan tergantung habitat hidupnya. seperti halnya reptil lain, kura-kura
bernafas dengan paru-paru, tidak peduli dimanapun ia hidup.
Kura-kura
adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat
293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai
gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis,
bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah
samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan
Kura-kura
bereproduksi dengan cara bertelur. Telur kura-kura jumlahnya bervariasi
tergantung spesiesnya. Telur kura-kura biasanya ditimbun dengan tanah atau
serasah, khusus untuk penyu biasanya ditimbun dengan pasir pantai. Kura-kura
jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat plastronya, plastron kura-kura
jantan biasanya terdapat cekungan, sedangkan plastron kura-kura betina biasanya
datar. Kura-kura jantan biasanya memiliki kuku dan ekor yang lebih panjang dari
pada kuku dan ekor kura-kura betina. Jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh
suhu saat telur diinkubasi, fenomena ini disebut Temperature Dependent
Sex-Determination.
Kura-kura adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat 293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis, bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan.
Kura-kura adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat 293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis, bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan.
Adapun ciri-ciri dari ordo Testudinata diantaranya:
1.
Bangsa testudinata
memiliki perisai pada tubuhnya.
2.
Perisai tersebut
terdiri dari dua bagian yakni, pada bagian atas yang menutupi punggung adalah
karapas dan bagian bawah yang menutupi perut adalah plastron.
3.
Bangsa Testudinata dibagi
menjadi sub bangsa yaitu cryptodyra dan pleurodira. Cryptodyra yaitu kura-kura
yang dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang,
sedangkan pleurodira yaitu kura-kura yang tidak dapat memasukkan secara
penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang. Leher dan kepala ditekuk kesamping
tubuhnya.
Ordo ini
mempunyai tubuh bulat pipih dan umumnya relative besar, terbungkus oleh
perisai. Perisai sebelah dorsal cembung disebit carapace sedang perisai sebelah
ventral datar disebut plastrom. Kedua bagian perisai itu digabungkan pada
bagian lateral bawah, dibungkus oleh kulit dengan lapisan zat tanduk yang
tebal. Tidak mempunyai gigi, tapi rahang berkulit tanduk sebagai gantinya.
Tulang kuadrat pada cranium mempunyai hubungan bebas dengan rahang bawah,
sehingga rahang bawah mudah digerakkan, tulang rahang belakang thorak dan
tulang costae ( rusuk) biasanya menjadi satu dengan perisai. Ovipar, telur
diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Extremitas sebagai alat gerak baik
didarat maupun di air. Cloaca dapat berfungsi membantu pernafasan dalam air.
Contoh Chelonia mydas ( penyu hijau , tubuhnya besar, ada
yang berdiameter satu meter.
Perkecualian
terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu
belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan
lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.Dalam bahasa
Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini,i yalah penyu , labi-labi atau bulus (freshwater turtles),
dan kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris,
dibedakan lagi antara kura-kura darat (land tortoises) dan
kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).
Penyu
adalah kura-kura laut.
Penyu ditemukan di semua samudra di
dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu
sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 – 208 juta tahun yang
lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa
itu Archelon, yang
berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah
berenang di laut purba seperti penyu masa kini. Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika
bertelur, penyu boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia
mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat
ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan
lubang hidungnya yang berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi
yang sempurna untuk kehidupan laut.Penyu tersebar
luas di samudera-samudera di seluruh dunia.
Penyu telah
mengalami beberapa adaptasi untuk dapat hidup di laut, diantaranya yaitu dengan
adanya tangan dan kaki yang berbentuk seperti sirip dan bentuk tubuh yang lebih
ramping untuk memudahkan mereka berenang di air. Penyu laut juga memiliki
kemampuan untuk mengeluarkan garam-garam air laut yang ikut tertelan bersama
makanan yang mereka makan dan juga kemampuan untuk tinggal di dalam air dalam
waktu yang lama selama kurang lebih 20-30 menit. Telinga penyu laut tidak dapat
dilihat, tetapi mereka memiliki gendang telinga yang dilindungi oleh kulit.
Penyu laut dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi rendah dengan sangat
baik dandaya penciuman mereka juga mengagumkan. Mereka juga dapat melihan
dengan sanghat baik di dalam air. Penyu laut memiliki cangkang yang melindungi
tubuh mereka dari pemangsa. Penyu laut
berbeda dengan kura-kura. Apabila dilihat sepintas, mereka memang terlihat
sama. Ciri yang paling khas yang membedakan penyu laut dengan kura-kura yaitu
bahwa penyu laut tidak dapat menarik kepalanya ke dalam apabila merasa
terancam.
Penyu hijau
adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak di
banding beberapa penyu lainnya. Penyu laut, umumnya bermigasi dengan jarak
yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Kita mungkin masih
ingat salah satu adegan dalam film Nemo, saat induk jantan Nemo bertemu dengan
gerombolan penyu hijau yang bermigrasi. Tidak persis sama dengan pola
migrasi penyu umumnya, namum jelas memberikan gambaran bahwa penyu laut
bermigrasi sebagai rangkaian dari siklus hidupnya. Pernah di laporkan
migrasi penyu hijau yang mencapai jarak 3.000 km dalam 58 – 73 hari.
Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa penyu yang menetas di perairan ,
di temukan di sekitar perairan dan Hawaii.
Penyu laut
khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali
dapat menelan beberapa hewan kecil. Hewan ini sering di laporkan
beruaya di sekitar padang lamun (seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di
temukan memakan macroalga di sekitar padang alga. Pada padang lamun hewan
ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia testudinum,Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea). Pernah di laporkan pula
bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun
lamun dan alga.
2.1
Cara perkembangbiakan
Penyu laut
adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah
permukaan laut. Induk betina dari hewan ini hanya sesekali kedaratan
untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada substrate berpasir yang jauh dari
pemukiman penduduk. Untuk penyu hijau, seekor Induk betina dapat
melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir, dan secara alami tanpa
adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai
kelaut kembali untuk berenag bebas untuk tumbuh dewasa. Penyu membutuhkan kurang lebih 15-50 tahun untuk dapat melakukan perkawinan.
Selama masa kawin, penyu laut jantan menarik perhatian betinanya dengan
menggosok-gosokkan kepalanya atau menggigit leher sang betina. Sang jantan
kemudian mengaitkan tubuhnya ke bagian belakang cangkang si betina. Kemudian ia
melipat ekornya yang panjang ke bawah cangkang betina. Beberapa jantan dapat
saling berkompetisi untuk merebut perhatian si betina.Hanya penyu laut betina
yang pergi ke pantai untuk bersarang dan menetaskan telurnya. Penyu laut jantan jarang sekali kembali ke pantai setelah mereka menetas. Penyu laut pergi
untuk menetaskan telurnya ke pantai dimana mereka dulu dilahirkan.
Penyu betina
naik ke pantai untuk bertelur. Dengan kaki depannya, mereka menggali lubang untuk meletakkan telur-telurnya. Kemudian mereka mengisi lubang itu dengan
telur-telurnya sebanyak kurang lebih 100 butir (bahkan mungkin lebih). Kemudian
mereka dengan hati-hati menutup kembali lubang tersebut dengan pasir dan
meratakan pasir tersebut untuk menyembunyikan atau menyamarkan letak lubang
telurnya. Setelah proses melelahkan ini selama kurang lebih 1-3 jam berakhir,
mereka kembali ke laut. Penyu
umumnya lambat dan canggung apabila berada di darat, dan bertelur adalah hal
yang sangat melelahkan, Penyu yang sedang bertelur sering terlihat mengeluarkan
air mata, padahal sebenarnya mereka mengeluarkan garam-garam yang berlebihan di
dalam tubuhnya. Beberapa penyu dapat menghentikan proses bertelur apabila
mereka terganggu atau merasa dalam bahaya. Oleh karena itu, sangat penting
diketahui bahwa jangan mengganggu penyu yang sedang bertelur.
2.2
Masa Bertelur
Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2
– 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut,
betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir
yang sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur
yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai
belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun
suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut. Penyu yang
menetas di perairan pantai Indonesia ada
yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii. Penyu diketahui tidak setia pada
tempat kelahirannya.
Beberapa peneliti pernah melaporkan
bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan
belum di tambah dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai
menetas dan saat kembali kelaut untuk berenang. Tidak banyak regenerasi yang
dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor
penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik
(bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa.
Predator alami di daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode
saratan, Coenobita sp.), Burung dan tikus. Dilaut,
predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang berada di lingkungan
perairan pantai faktor perburuan oleh manusia.
Gambar II. Siklus Hidup Ordo Testudininata
|
Sumber :
Jassin,1989
|
Sejak menetas tukik-tukik akan
mencari makan tidak jauh dari pantai tempatnya menetas. Sampai saat ini para
ahli penyu belum mengetahui persis siklus hidup panjang penyu-penyu itu. Tidak
ada yang tahu kemana penyu-penyu kecil itu pergi antara 5-20 tahun. Buktinya,
saat diadakan peneliti dengan melakukan penyelaman tidak pernah menemukan
punyu-penyu muda. Penyu-penyu tampak lagi ketika sudah dewasa, ketika sampai
saatnya akan berbiak lagi. Jadi penyu-penyu yang bertelur sekarang ini adalah
penyu-penyu yang menetas 30 tahun lalu.
Di
tempat-tempat yang populer sebagai tempat bertelur penyu biasanya sekarang
dibangun stasiun penetasan untuk membantu meningkatkan tingkat kelulushidupan (survival). Di Indonesia misalnya terdapat stasiun
penetasan di Pantai
selatan Jawa Barat (Pangumbahan, Cikepuh KSPL Chelonia UNAS), pantai selatan Bali (di dekat Kuta), Kalimantan
Tengah (Sungai Cabang FNPF), pantai selatan Lombok, Jawa Timur
(Alas Purwo), Bengkulu (Retak ilir Muko-muko)
2.3
Ancaman dan Upaya Penyelamatan
Ancaman yang
paling besar bagi penyu di Indonesia, seperti juga halnya di seluruh dunia,
adalah manusia. Pembangunan daerah pesisir yang berlebihan telah mengurangi
habitat penyu untuk bersarang. Penangkapan penyu untuk diambil tellur, daging,
kulit, dan cangkangnya telah membuat populasi penyu berkurang. Di beberapa
negara, penduduk masih mengambili telur penyu untuk dikonsumsi. Telur-telur itu
dapat ditemui di pasar. Penyu hijau termasuk penyu yang dimanfaatkan secara
berlebihan (over eksploitasi ) oleh penduduk Indonesia. Mereka dibunuh untuk
diambil dagingnya. Bali merupakan konsumer terbesar penyu laut. Mereka
menggunakan penyu dalam upacara-upacara adat mereka. Ribuan penyu telah
terbunuh untuk memenuhi permintaan pasar di Bali.
Sebagian
orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang
memiliki banyak kelebihan. Selain tempurungnya yang
menarik untuk cendramata, dagingnya
yang lezat ditusuk jadi Sate penyu berkhasiat
untuk obat dan ramuan kecantikan. Terutama
di Tiongkok dan Bali, penyu
menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur dari pantai, telurnyapun
diambil. Meski sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,
yang melindungi semua jenis penyu, perburuan terhadap hewan yang berjalan
lamban ini terus berlanjut. Penyu laut
telah mengalami penurunan yang dramatis dalam jumlah populasi dalam jangka
waktu terakhir ini. Bahkan beberapa spesies terancam kepunahan dalam waktu yang
dekat. Dengan semakin menurunnya populasi penyu di dunia maka CITES menmasukkan
penyu dalam katagori appendix 1(CITES, 1988).
BAB III. PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari hasil makalah diatas makalah maka kami dapat
menyimpulkan bahawa:
1.
Ordo testuninata terdiri dari Penyu Hijau / Green Sea Turtle (Chelonia mydas), kura- kura
(cryptrodira Pleurodira) dan
Bulus
atau labi-labi bulus (freshwater turtles).
2.
Ordo Testudinata
dibagi menjadi sub bangsa yaitu cryptodyra dan pleurodira.
3.
Cryptodyra yaitu
kura-kura yang dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam
cangkang, sedangkan pleurodira yaitu kura-kura yang tidak dapat
memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang. Leher dan kepala
ditekuk kesamping tubuhnya.
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,termaksuk yang melindungi
semua jenis penyu.
5.
Populasi penyu di dunia sangat
sedikit sehingga CITES memasukan ordo Testuninata dalam katagori appendix 1 .
3.2 Saran
Adapun salam dalam pembuatan makalah ini kami sebagai
penyusun berharap makalah ini dapat permanfaat bagi para membacannya dan di
koreksi jika terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1988.Penurunan
Populasi Penyu.CITES Indonesia,Jakarta
_______,2015.http://id.wikipedia.org/wiki/
Penyu_ hijau{Internet}. diakses
tanggal 15 April 2015 at 09:34
Am
Jassin, Maskoeri. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata.
Surabaya: Sinar Wijaya.
Radiopoetro. 1990. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Komentar
Posting Komentar