EKOLOGI DAN PRILAKU SATWA LIAR



BAB I. PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati masing-masing.
Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia sangatlah tinggi.
Kehilangan keanekaragaman hayati secara umum juga berarti bahwa spesies yang memiliki potensi ekonomi dan sosial mungkin hilang sebelum mereka ditemukan. Sumberdaya obat-obatan dan bahan kimia yang bermanfaat yang dikandung oleh spesies liar mungkin hilang untuk selamanya. Kekayaan spesies yang terdapat pada hutan hujan tropis mungkin mengandung bahan kimia dan obat-obatan yang berguna. Banyak spesies yang mempertahankan dirinya secara kimiawi dan ini merupakan sumber bahan obat-obatan yang penting.
Untuk melindungi binatang yang dirasa perlu dilindungi dari kerusakan maupun kepunahan, dapat dilakukan beberapa macam upaya manusia dengan Undang-Undang seperti suaka margasatwa, cagar alam, perlindungan hutan, taman nasional, taman laut dan kebun binatang. Serta Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Hal ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta masyarakat.
            Salah satu yang akan di bahas dalam makalah in dalah satwa liar ordo Testudinata. Ordo Testudinata adalah hewan reptil yang sangat mudah dikenali karena memiliki tempurung atau cangkang di tubuhnya. Cangkang ini tersusun dari sisik dermal yang mengalami osifikasi yang merupakan gabungan tulang rusuk, vertebra dan beberapa bagian dari gelang bahu. Tulang belakangnya, kecualibagian cervic dan bagian ekor, berfusike seluruhan dengan cangkang, takadagerakan yang dapat terjadi pada skeleton axial tubuh. Tulang rusuk berfusi dengan bagian lateral darikarapaks. Di karenakan struktur yang seperti itu, anggota Testudinata tidak mungkin dapat melakukan pernapasan dengan mengembangkan dan mengkontraksikan rongga dada.Cangkang Testudinata terdiri dari dua bagian yaitu karapaks pada bagian dorsal dan plastron pada bagian ventral yang disatukan pada bagian samping oleh bridge. Cangkang ini terdiri dari elemen bertulang yang ditutupi oleh scutes terkerat ini sasi pada bagian luarnya.Keseluruhan bentuk cangkang sangat bervarias, untuk Testudinata terestrial biasanya cangkang sangat menggembung sedangkan pada Testudinata akuatik memiliki cangkang yang cenderung lebih datar.
1.2.            Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini diantaranya:
1.      Mengetahui ordo Tustudinata.
2.      Mengetahui ciri-ciri ordo Testudinata.
3.      Mengetahui jenis satwa liar berdasarkan ordo Testudinata.
4.      Mengetahui cara penyelamatannya.

BAB II. PEMBAHASAN
Ordo Testudinata adalah hewan reptil yang sangat mudah dikenali karena memiliki tempurung atau cangkang di tubuhnya. Anggota Ordo testudinata diperkirakan telah ada di dunia sejak zaman Triasik sekitar 225 juta tahun yang lalu. Testudinata, biasanya disebut kura-kura, penyu, atau bulus dalam bahasa Indonesia tergantung dimana dia hidup dan bagaimana penampakanya secara umum.
Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian pungung, dan plastron yang bentuknya relatif datar di bagian dada. Biasanya di samping tubuh karapaks dan plastron dihubungkan oleh keping yang disebut bridge. Tempurung pada kura-kura dapat keras atau lunak tergantung dari sifat tulang pembentuknya.






Gambar I.Struktur Anatomi Testudinata
 



           

Kura-kura dan kerabatnya dalam ordo Testudinata tidak memiliki gigi. Mereka memiliki rahang yang mengeras sehingga dapat digunakan untuk memotong makananya. Kura-kura adalah hewan yang dapat memakan daging, alga, buah-buahan ataupun dedaunan tergantung habitat hidupnya. seperti halnya reptil lain, kura-kura bernafas dengan paru-paru, tidak peduli dimanapun ia hidup.
Kura-kura adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat 293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis, bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan
            Kura-kura bereproduksi dengan cara bertelur. Telur kura-kura jumlahnya bervariasi tergantung spesiesnya. Telur kura-kura biasanya ditimbun dengan tanah atau serasah, khusus untuk penyu biasanya ditimbun dengan pasir pantai. Kura-kura jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat plastronya, plastron kura-kura jantan biasanya terdapat cekungan, sedangkan plastron kura-kura betina biasanya datar. Kura-kura jantan biasanya memiliki kuku dan ekor yang lebih panjang dari pada kuku dan ekor kura-kura betina. Jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh suhu saat telur diinkubasi, fenomena ini disebut Temperature Dependent Sex-Determination.
     
      Kura-kura adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat 293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis, bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan.
Adapun ciri-ciri dari ordo Testudinata diantaranya:
1.            Bangsa testudinata memiliki perisai pada tubuhnya.
2.            Perisai tersebut terdiri dari dua bagian yakni, pada bagian atas yang menutupi punggung adalah karapas dan bagian bawah yang menutupi perut adalah plastron.
3.            Bangsa Testudinata dibagi menjadi sub bangsa yaitu cryptodyra dan pleurodira. Cryptodyra yaitu kura-kura yang dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang, sedangkan  pleurodira yaitu kura-kura yang tidak dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang. Leher dan kepala ditekuk kesamping tubuhnya.

Ordo ini mempunyai tubuh bulat pipih dan umumnya relative besar, terbungkus oleh perisai. Perisai sebelah dorsal cembung disebit carapace sedang perisai sebelah ventral datar disebut plastrom. Kedua bagian perisai itu digabungkan pada bagian lateral bawah, dibungkus oleh kulit dengan lapisan zat tanduk yang tebal. Tidak mempunyai gigi, tapi rahang berkulit tanduk sebagai gantinya. Tulang kuadrat pada cranium mempunyai hubungan bebas dengan rahang bawah, sehingga rahang bawah mudah digerakkan, tulang rahang belakang thorak dan tulang costae ( rusuk) biasanya menjadi satu dengan perisai. Ovipar, telur diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Extremitas sebagai alat gerak baik didarat maupun di air. Cloaca dapat berfungsi membantu pernafasan dalam air. Contoh Chelonia mydas ( penyu hijau , tubuhnya besar, ada yang berdiameter satu meter.
Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini,i yalah penyu , labi-labi atau bulus (freshwater turtles), dan kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris, dibedakan lagi antara kura-kura darat (land tortoises) dan kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).
Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 – 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini. Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika bertelur, penyu boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan lubang hidungnya yang berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi yang sempurna untuk kehidupan laut.Penyu tersebar luas di samudera-samudera di seluruh dunia.
Penyu telah mengalami beberapa adaptasi untuk dapat hidup di laut, diantaranya yaitu dengan adanya tangan dan kaki yang berbentuk seperti sirip dan bentuk tubuh yang lebih ramping untuk memudahkan mereka berenang di air. Penyu laut juga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan garam-garam air laut yang ikut tertelan bersama makanan yang mereka makan dan juga kemampuan untuk tinggal di dalam air dalam waktu yang lama selama kurang lebih 20-30 menit. Telinga penyu laut tidak dapat dilihat, tetapi mereka memiliki gendang telinga yang dilindungi oleh kulit. Penyu laut dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi rendah dengan sangat baik dandaya penciuman mereka juga mengagumkan. Mereka juga dapat melihan dengan sanghat baik di dalam air. Penyu laut memiliki cangkang yang melindungi tubuh mereka dari pemangsa. Penyu laut berbeda dengan kura-kura. Apabila dilihat sepintas, mereka memang terlihat sama. Ciri yang paling khas yang membedakan penyu laut dengan kura-kura yaitu bahwa penyu laut tidak dapat menarik kepalanya ke dalam apabila merasa terancam.
Penyu hijau adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak di banding beberapa penyu lainnya. Penyu laut, umumnya bermigasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama.  Kita mungkin masih ingat salah satu adegan dalam film Nemo, saat induk jantan Nemo bertemu dengan gerombolan penyu hijau yang bermigrasi.  Tidak persis sama dengan pola migrasi penyu umumnya, namum jelas memberikan gambaran bahwa penyu laut bermigrasi sebagai rangkaian dari siklus hidupnya.  Pernah di laporkan migrasi penyu hijau yang mencapai jarak 3.000 km dalam 58 – 73 hari.  Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa penyu yang menetas di perairan , di temukan di sekitar perairan dan Hawaii.
Penyu laut khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat menelan beberapa hewan kecil.  Hewan ini sering di laporkan  beruaya di sekitar padang lamun (seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar padang alga.  Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia testudinum,Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea).  Pernah di laporkan pula bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun lamun dan alga.
2.1     Cara perkembangbiakan
Penyu laut adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah permukaan laut.  Induk betina dari hewan ini hanya sesekali kedaratan untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada substrate berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk.  Untuk penyu hijau, seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir, dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenag bebas untuk tumbuh dewasa. Penyu membutuhkan kurang lebih 15-50 tahun untuk dapat melakukan perkawinan. Selama masa kawin, penyu laut jantan menarik perhatian betinanya dengan menggosok-gosokkan kepalanya atau menggigit leher sang betina. Sang jantan kemudian mengaitkan tubuhnya ke bagian belakang cangkang si betina. Kemudian ia melipat ekornya yang panjang ke bawah cangkang betina. Beberapa jantan dapat saling berkompetisi untuk merebut perhatian si betina.Hanya penyu laut betina yang pergi ke pantai untuk bersarang dan menetaskan telurnya. Penyu laut jantan jarang sekali kembali ke pantai setelah mereka menetas. Penyu laut pergi untuk menetaskan telurnya ke pantai dimana mereka dulu dilahirkan.
Penyu betina naik ke pantai untuk bertelur. Dengan kaki depannya, mereka menggali lubang untuk meletakkan telur-telurnya. Kemudian mereka mengisi lubang itu dengan telur-telurnya sebanyak kurang lebih 100 butir (bahkan mungkin lebih). Kemudian mereka dengan hati-hati menutup kembali lubang tersebut dengan pasir dan meratakan pasir tersebut untuk menyembunyikan atau menyamarkan letak lubang telurnya. Setelah proses melelahkan ini selama kurang lebih 1-3 jam berakhir, mereka kembali ke laut. Penyu umumnya lambat dan canggung apabila berada di darat, dan bertelur adalah hal yang sangat melelahkan, Penyu yang sedang bertelur sering terlihat mengeluarkan air mata, padahal sebenarnya mereka mengeluarkan garam-garam yang berlebihan di dalam tubuhnya. Beberapa penyu dapat menghentikan proses bertelur apabila mereka terganggu atau merasa dalam bahaya. Oleh karena itu, sangat penting diketahui bahwa jangan mengganggu penyu yang sedang bertelur.
2.2      Masa Bertelur
Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 – 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir yang sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut. Penyu yang menetas di perairan pantai Indonesia ada yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii. Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.
Beberapa peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan belum di tambah dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai menetas dan  saat kembali kelaut untuk berenang. Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa.  Predator alami di daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode saratan, Coenobita sp.), Burung dan tikus.  Dilaut, predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang berada di lingkungan perairan pantai faktor perburuan oleh manusia.










 


 


Gambar II. Siklus Hidup Ordo Testudininata


Sumber : Jassin,1989
 





























Sejak menetas tukik-tukik akan mencari makan tidak jauh dari pantai tempatnya menetas. Sampai saat ini para ahli penyu belum mengetahui persis siklus hidup panjang penyu-penyu itu. Tidak ada yang tahu kemana penyu-penyu kecil itu pergi antara 5-20 tahun. Buktinya, saat diadakan peneliti dengan  melakukan penyelaman tidak pernah menemukan punyu-penyu muda. Penyu-penyu tampak lagi ketika sudah dewasa, ketika sampai saatnya akan berbiak lagi. Jadi penyu-penyu yang bertelur sekarang ini adalah penyu-penyu yang menetas 30 tahun lalu.
Di tempat-tempat yang populer sebagai tempat bertelur penyu biasanya sekarang dibangun stasiun penetasan untuk membantu meningkatkan tingkat kelulushidupan (survival). Di Indonesia misalnya terdapat stasiun penetasan di Pantai selatan Jawa Barat (Pangumbahan, Cikepuh KSPL Chelonia UNAS), pantai selatan Bali (di dekat Kuta), Kalimantan Tengah (Sungai Cabang FNPF), pantai selatan Lombok, Jawa Timur (Alas Purwo), Bengkulu (Retak ilir Muko-muko)

2.3        Ancaman dan Upaya Penyelamatan
Ancaman yang paling besar bagi penyu di Indonesia, seperti juga halnya di seluruh dunia, adalah manusia. Pembangunan daerah pesisir yang berlebihan telah mengurangi habitat penyu untuk bersarang. Penangkapan penyu untuk diambil tellur, daging, kulit, dan cangkangnya telah membuat populasi penyu berkurang. Di beberapa negara, penduduk masih mengambili telur penyu untuk dikonsumsi. Telur-telur itu dapat ditemui di pasar. Penyu hijau termasuk penyu yang dimanfaatkan secara berlebihan (over eksploitasi ) oleh penduduk Indonesia. Mereka dibunuh untuk diambil dagingnya. Bali merupakan konsumer terbesar penyu laut. Mereka menggunakan penyu dalam upacara-upacara adat mereka. Ribuan penyu telah terbunuh untuk memenuhi permintaan pasar di Bali.
Sebagian orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang memiliki banyak kelebihan. Selain tempurungnya yang menarik untuk cendramata, dagingnya yang lezat ditusuk jadi Sate penyu berkhasiat untuk obat dan ramuan kecantikan. Terutama di Tiongkok dan Bali, penyu menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur dari pantai, telurnyapun diambil. Meski sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang melindungi semua jenis penyu, perburuan terhadap hewan yang berjalan lamban ini terus berlanjut. Penyu laut telah mengalami penurunan yang dramatis dalam jumlah populasi dalam jangka waktu terakhir ini. Bahkan beberapa spesies terancam kepunahan dalam waktu yang dekat. Dengan semakin menurunnya populasi penyu di dunia maka CITES menmasukkan penyu dalam katagori appendix 1(CITES, 1988).

BAB III. PENUTUP
3.1  Simpulan
                  Dari hasil makalah diatas makalah maka kami dapat menyimpulkan bahawa:
1.         Ordo testuninata terdiri dari Penyu Hijau / Green Sea Turtle (Chelonia mydas), kura- kura (cryptrodira Pleurodira) dan Bulus atau labi-labi bulus (freshwater turtles).
2.         Ordo Testudinata dibagi menjadi sub bangsa yaitu cryptodyra dan pleurodira.
3.         Cryptodyra yaitu kura-kura yang dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang, sedangkan  pleurodira yaitu kura-kura yang tidak dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang. Leher dan kepala ditekuk kesamping tubuhnya.
4.         Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,termaksuk  yang melindungi semua jenis penyu.
5.         Populasi penyu di dunia sangat sedikit sehingga CITES memasukan ordo Testuninata dalam katagori appendix 1 .


3.2  Saran
                  Adapun salam dalam pembuatan makalah ini kami sebagai penyusun berharap makalah ini dapat permanfaat bagi para membacannya dan di koreksi jika terjadi kesalahan.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim,1988.Penurunan Populasi Penyu.CITES Indonesia,Jakarta
_______,2015.http://id.wikipedia.org/wiki/ Penyu_ hijau{Internet}. diakses tanggal 15 April 2015 at 09:34 Am
Jassin, Maskoeri. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Radiopoetro. 1990. Zoologi. Jakarta: Erlangga.



BAB I. PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati masing-masing.
Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia sangatlah tinggi.
Kehilangan keanekaragaman hayati secara umum juga berarti bahwa spesies yang memiliki potensi ekonomi dan sosial mungkin hilang sebelum mereka ditemukan. Sumberdaya obat-obatan dan bahan kimia yang bermanfaat yang dikandung oleh spesies liar mungkin hilang untuk selamanya. Kekayaan spesies yang terdapat pada hutan hujan tropis mungkin mengandung bahan kimia dan obat-obatan yang berguna. Banyak spesies yang mempertahankan dirinya secara kimiawi dan ini merupakan sumber bahan obat-obatan yang penting.
Untuk melindungi binatang yang dirasa perlu dilindungi dari kerusakan maupun kepunahan, dapat dilakukan beberapa macam upaya manusia dengan Undang-Undang seperti suaka margasatwa, cagar alam, perlindungan hutan, taman nasional, taman laut dan kebun binatang. Serta Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Hal ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta masyarakat.
            Salah satu yang akan di bahas dalam makalah in dalah satwa liar ordo Testudinata. Ordo Testudinata adalah hewan reptil yang sangat mudah dikenali karena memiliki tempurung atau cangkang di tubuhnya. Cangkang ini tersusun dari sisik dermal yang mengalami osifikasi yang merupakan gabungan tulang rusuk, vertebra dan beberapa bagian dari gelang bahu. Tulang belakangnya, kecualibagian cervic dan bagian ekor, berfusike seluruhan dengan cangkang, takadagerakan yang dapat terjadi pada skeleton axial tubuh. Tulang rusuk berfusi dengan bagian lateral darikarapaks. Di karenakan struktur yang seperti itu, anggota Testudinata tidak mungkin dapat melakukan pernapasan dengan mengembangkan dan mengkontraksikan rongga dada.Cangkang Testudinata terdiri dari dua bagian yaitu karapaks pada bagian dorsal dan plastron pada bagian ventral yang disatukan pada bagian samping oleh bridge. Cangkang ini terdiri dari elemen bertulang yang ditutupi oleh scutes terkerat ini sasi pada bagian luarnya.Keseluruhan bentuk cangkang sangat bervarias, untuk Testudinata terestrial biasanya cangkang sangat menggembung sedangkan pada Testudinata akuatik memiliki cangkang yang cenderung lebih datar.
1.2.            Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini diantaranya:
1.      Mengetahui ordo Tustudinata.
2.      Mengetahui ciri-ciri ordo Testudinata.
3.      Mengetahui jenis satwa liar berdasarkan ordo Testudinata.
4.      Mengetahui cara penyelamatannya.

BAB II. PEMBAHASAN
Ordo Testudinata adalah hewan reptil yang sangat mudah dikenali karena memiliki tempurung atau cangkang di tubuhnya. Anggota Ordo testudinata diperkirakan telah ada di dunia sejak zaman Triasik sekitar 225 juta tahun yang lalu. Testudinata, biasanya disebut kura-kura, penyu, atau bulus dalam bahasa Indonesia tergantung dimana dia hidup dan bagaimana penampakanya secara umum.
Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian pungung, dan plastron yang bentuknya relatif datar di bagian dada. Biasanya di samping tubuh karapaks dan plastron dihubungkan oleh keping yang disebut bridge. Tempurung pada kura-kura dapat keras atau lunak tergantung dari sifat tulang pembentuknya.






Gambar I.Struktur Anatomi Testudinata
 



           

Kura-kura dan kerabatnya dalam ordo Testudinata tidak memiliki gigi. Mereka memiliki rahang yang mengeras sehingga dapat digunakan untuk memotong makananya. Kura-kura adalah hewan yang dapat memakan daging, alga, buah-buahan ataupun dedaunan tergantung habitat hidupnya. seperti halnya reptil lain, kura-kura bernafas dengan paru-paru, tidak peduli dimanapun ia hidup.
Kura-kura adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat 293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis, bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan
            Kura-kura bereproduksi dengan cara bertelur. Telur kura-kura jumlahnya bervariasi tergantung spesiesnya. Telur kura-kura biasanya ditimbun dengan tanah atau serasah, khusus untuk penyu biasanya ditimbun dengan pasir pantai. Kura-kura jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat plastronya, plastron kura-kura jantan biasanya terdapat cekungan, sedangkan plastron kura-kura betina biasanya datar. Kura-kura jantan biasanya memiliki kuku dan ekor yang lebih panjang dari pada kuku dan ekor kura-kura betina. Jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh suhu saat telur diinkubasi, fenomena ini disebut Temperature Dependent Sex-Determination.
     
      Kura-kura adalah hewan yang sangat beranekaragam. sedikitnya di seluruh dunia terdapat 293 spesies anggota testudinata. mereka hidup di samudera, hutan bahkan sampai gurun pasir. meraka juga tersebar dari daerah tropis sampai daerah sub-tropis, bahkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat menjelajah samudra sampai daerah dekat kutub untuk mencari makan.
Adapun ciri-ciri dari ordo Testudinata diantaranya:
1.            Bangsa testudinata memiliki perisai pada tubuhnya.
2.            Perisai tersebut terdiri dari dua bagian yakni, pada bagian atas yang menutupi punggung adalah karapas dan bagian bawah yang menutupi perut adalah plastron.
3.            Bangsa Testudinata dibagi menjadi sub bangsa yaitu cryptodyra dan pleurodira. Cryptodyra yaitu kura-kura yang dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang, sedangkan  pleurodira yaitu kura-kura yang tidak dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang. Leher dan kepala ditekuk kesamping tubuhnya.

Ordo ini mempunyai tubuh bulat pipih dan umumnya relative besar, terbungkus oleh perisai. Perisai sebelah dorsal cembung disebit carapace sedang perisai sebelah ventral datar disebut plastrom. Kedua bagian perisai itu digabungkan pada bagian lateral bawah, dibungkus oleh kulit dengan lapisan zat tanduk yang tebal. Tidak mempunyai gigi, tapi rahang berkulit tanduk sebagai gantinya. Tulang kuadrat pada cranium mempunyai hubungan bebas dengan rahang bawah, sehingga rahang bawah mudah digerakkan, tulang rahang belakang thorak dan tulang costae ( rusuk) biasanya menjadi satu dengan perisai. Ovipar, telur diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Extremitas sebagai alat gerak baik didarat maupun di air. Cloaca dapat berfungsi membantu pernafasan dalam air. Contoh Chelonia mydas ( penyu hijau , tubuhnya besar, ada yang berdiameter satu meter.
Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini,i yalah penyu , labi-labi atau bulus (freshwater turtles), dan kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris, dibedakan lagi antara kura-kura darat (land tortoises) dan kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).
Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 – 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini. Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika bertelur, penyu boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan lubang hidungnya yang berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi yang sempurna untuk kehidupan laut.Penyu tersebar luas di samudera-samudera di seluruh dunia.
Penyu telah mengalami beberapa adaptasi untuk dapat hidup di laut, diantaranya yaitu dengan adanya tangan dan kaki yang berbentuk seperti sirip dan bentuk tubuh yang lebih ramping untuk memudahkan mereka berenang di air. Penyu laut juga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan garam-garam air laut yang ikut tertelan bersama makanan yang mereka makan dan juga kemampuan untuk tinggal di dalam air dalam waktu yang lama selama kurang lebih 20-30 menit. Telinga penyu laut tidak dapat dilihat, tetapi mereka memiliki gendang telinga yang dilindungi oleh kulit. Penyu laut dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi rendah dengan sangat baik dandaya penciuman mereka juga mengagumkan. Mereka juga dapat melihan dengan sanghat baik di dalam air. Penyu laut memiliki cangkang yang melindungi tubuh mereka dari pemangsa. Penyu laut berbeda dengan kura-kura. Apabila dilihat sepintas, mereka memang terlihat sama. Ciri yang paling khas yang membedakan penyu laut dengan kura-kura yaitu bahwa penyu laut tidak dapat menarik kepalanya ke dalam apabila merasa terancam.
Penyu hijau adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak di banding beberapa penyu lainnya. Penyu laut, umumnya bermigasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama.  Kita mungkin masih ingat salah satu adegan dalam film Nemo, saat induk jantan Nemo bertemu dengan gerombolan penyu hijau yang bermigrasi.  Tidak persis sama dengan pola migrasi penyu umumnya, namum jelas memberikan gambaran bahwa penyu laut bermigrasi sebagai rangkaian dari siklus hidupnya.  Pernah di laporkan migrasi penyu hijau yang mencapai jarak 3.000 km dalam 58 – 73 hari.  Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa penyu yang menetas di perairan , di temukan di sekitar perairan dan Hawaii.
Penyu laut khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat menelan beberapa hewan kecil.  Hewan ini sering di laporkan  beruaya di sekitar padang lamun (seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar padang alga.  Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia testudinum,Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea).  Pernah di laporkan pula bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun lamun dan alga.
2.1     Cara perkembangbiakan
Penyu laut adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah permukaan laut.  Induk betina dari hewan ini hanya sesekali kedaratan untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada substrate berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk.  Untuk penyu hijau, seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir, dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenag bebas untuk tumbuh dewasa. Penyu membutuhkan kurang lebih 15-50 tahun untuk dapat melakukan perkawinan. Selama masa kawin, penyu laut jantan menarik perhatian betinanya dengan menggosok-gosokkan kepalanya atau menggigit leher sang betina. Sang jantan kemudian mengaitkan tubuhnya ke bagian belakang cangkang si betina. Kemudian ia melipat ekornya yang panjang ke bawah cangkang betina. Beberapa jantan dapat saling berkompetisi untuk merebut perhatian si betina.Hanya penyu laut betina yang pergi ke pantai untuk bersarang dan menetaskan telurnya. Penyu laut jantan jarang sekali kembali ke pantai setelah mereka menetas. Penyu laut pergi untuk menetaskan telurnya ke pantai dimana mereka dulu dilahirkan.
Penyu betina naik ke pantai untuk bertelur. Dengan kaki depannya, mereka menggali lubang untuk meletakkan telur-telurnya. Kemudian mereka mengisi lubang itu dengan telur-telurnya sebanyak kurang lebih 100 butir (bahkan mungkin lebih). Kemudian mereka dengan hati-hati menutup kembali lubang tersebut dengan pasir dan meratakan pasir tersebut untuk menyembunyikan atau menyamarkan letak lubang telurnya. Setelah proses melelahkan ini selama kurang lebih 1-3 jam berakhir, mereka kembali ke laut. Penyu umumnya lambat dan canggung apabila berada di darat, dan bertelur adalah hal yang sangat melelahkan, Penyu yang sedang bertelur sering terlihat mengeluarkan air mata, padahal sebenarnya mereka mengeluarkan garam-garam yang berlebihan di dalam tubuhnya. Beberapa penyu dapat menghentikan proses bertelur apabila mereka terganggu atau merasa dalam bahaya. Oleh karena itu, sangat penting diketahui bahwa jangan mengganggu penyu yang sedang bertelur.
2.2      Masa Bertelur
Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 – 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir yang sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut. Penyu yang menetas di perairan pantai Indonesia ada yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii. Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.
Beberapa peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan belum di tambah dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai menetas dan  saat kembali kelaut untuk berenang. Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa.  Predator alami di daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode saratan, Coenobita sp.), Burung dan tikus.  Dilaut, predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang berada di lingkungan perairan pantai faktor perburuan oleh manusia.










 


 


Gambar II. Siklus Hidup Ordo Testudininata


Sumber : Jassin,1989
 





























Sejak menetas tukik-tukik akan mencari makan tidak jauh dari pantai tempatnya menetas. Sampai saat ini para ahli penyu belum mengetahui persis siklus hidup panjang penyu-penyu itu. Tidak ada yang tahu kemana penyu-penyu kecil itu pergi antara 5-20 tahun. Buktinya, saat diadakan peneliti dengan  melakukan penyelaman tidak pernah menemukan punyu-penyu muda. Penyu-penyu tampak lagi ketika sudah dewasa, ketika sampai saatnya akan berbiak lagi. Jadi penyu-penyu yang bertelur sekarang ini adalah penyu-penyu yang menetas 30 tahun lalu.
Di tempat-tempat yang populer sebagai tempat bertelur penyu biasanya sekarang dibangun stasiun penetasan untuk membantu meningkatkan tingkat kelulushidupan (survival). Di Indonesia misalnya terdapat stasiun penetasan di Pantai selatan Jawa Barat (Pangumbahan, Cikepuh KSPL Chelonia UNAS), pantai selatan Bali (di dekat Kuta), Kalimantan Tengah (Sungai Cabang FNPF), pantai selatan Lombok, Jawa Timur (Alas Purwo), Bengkulu (Retak ilir Muko-muko)

2.3        Ancaman dan Upaya Penyelamatan
Ancaman yang paling besar bagi penyu di Indonesia, seperti juga halnya di seluruh dunia, adalah manusia. Pembangunan daerah pesisir yang berlebihan telah mengurangi habitat penyu untuk bersarang. Penangkapan penyu untuk diambil tellur, daging, kulit, dan cangkangnya telah membuat populasi penyu berkurang. Di beberapa negara, penduduk masih mengambili telur penyu untuk dikonsumsi. Telur-telur itu dapat ditemui di pasar. Penyu hijau termasuk penyu yang dimanfaatkan secara berlebihan (over eksploitasi ) oleh penduduk Indonesia. Mereka dibunuh untuk diambil dagingnya. Bali merupakan konsumer terbesar penyu laut. Mereka menggunakan penyu dalam upacara-upacara adat mereka. Ribuan penyu telah terbunuh untuk memenuhi permintaan pasar di Bali.
Sebagian orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang memiliki banyak kelebihan. Selain tempurungnya yang menarik untuk cendramata, dagingnya yang lezat ditusuk jadi Sate penyu berkhasiat untuk obat dan ramuan kecantikan. Terutama di Tiongkok dan Bali, penyu menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur dari pantai, telurnyapun diambil. Meski sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang melindungi semua jenis penyu, perburuan terhadap hewan yang berjalan lamban ini terus berlanjut. Penyu laut telah mengalami penurunan yang dramatis dalam jumlah populasi dalam jangka waktu terakhir ini. Bahkan beberapa spesies terancam kepunahan dalam waktu yang dekat. Dengan semakin menurunnya populasi penyu di dunia maka CITES menmasukkan penyu dalam katagori appendix 1(CITES, 1988).

BAB III. PENUTUP
3.1  Simpulan
                  Dari hasil makalah diatas makalah maka kami dapat menyimpulkan bahawa:
1.         Ordo testuninata terdiri dari Penyu Hijau / Green Sea Turtle (Chelonia mydas), kura- kura (cryptrodira Pleurodira) dan Bulus atau labi-labi bulus (freshwater turtles).
2.         Ordo Testudinata dibagi menjadi sub bangsa yaitu cryptodyra dan pleurodira.
3.         Cryptodyra yaitu kura-kura yang dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang, sedangkan  pleurodira yaitu kura-kura yang tidak dapat memasukkan secara penuh kepala dan lehernya ke dalam cangkang. Leher dan kepala ditekuk kesamping tubuhnya.
4.         Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,termaksuk  yang melindungi semua jenis penyu.
5.         Populasi penyu di dunia sangat sedikit sehingga CITES memasukan ordo Testuninata dalam katagori appendix 1 .


3.2  Saran
                  Adapun salam dalam pembuatan makalah ini kami sebagai penyusun berharap makalah ini dapat permanfaat bagi para membacannya dan di koreksi jika terjadi kesalahan.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim,1988.Penurunan Populasi Penyu.CITES Indonesia,Jakarta
_______,2015.http://id.wikipedia.org/wiki/ Penyu_ hijau{Internet}. diakses tanggal 15 April 2015 at 09:34 Am
Jassin, Maskoeri. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Radiopoetro. 1990. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Komentar